Monday, November 26, 2012

[EnjoyJakarta] Rekreasi yang Murah dan Edukatif di Kebun Binatang Ragunan


“Jadi, kita mau pergi ke mana?”

Selalu begitu pertanyaan yang muncul dari mulut suamiku setiap libur akhir pekan. Sejak menikah, kami memang sering menghabiskan liburan akhir pekan di luar rumah. Liburan itu untuk menyenangkan anak-anak kami yang masih balita dan sehari-hari lebih banyak berada di rumah. Kasihan kalau tidak diajak jalan-jalan, bosan di rumah terus.


Dulu, kami lebih sering liburan di mall. Bingung mau liburan ke mana yang dekat dan murah. Dengan lokasi di Citayam, Bogor, kami lebih sering ke Depok yang banyak pusat perbelanjaan. Belakangan juga ke Cibinong, tapi kurang ramai. Liburan di mall terus, lama-lama bosan juga. Itu-itu saja yang dilihat, dan sudah pasti boros. Dipikir-pikir jadi malah mengajarkan perilaku konsumtif ke anak-anak, karena maunya belanja terus.

Tempat wisata sebenarnya banyak, tapi suamiku sudah malas duluan kalau diajak. Lokasinya jauh, fasilitas tak memadai, dan selalu ramai di akhir pekan. Sampai kutemukan Kebun Binatang Ragunan (KBR), sebagai alternatif liburan akhir pekan. Gara-gara ikut kopi darat dengan teman-teman facebook yang diadakan di KBR, aku jadi ketagihan jalan-jalan ke sana.

Aku sudah tahu KBR dari kecil, tapi seingatku baru sekali diajak ke sana oleh orang tuaku. Alasannya karena jauh dan tidak ada akses kendaraan (padahal cuma dari Ciputat). Berhubung dari Citayam lebih mudah diakses (apalagi sudah ada mobil pribadi), jalan-jalan ke KBR semakin mudah. Saat ayahku (kakeknya anak-anak) minta diajak jalan-jalan karena bosan di rumah terus, yang terpikir cuma KBR, sebagai tempat rekreasi yang murah meriah dan nyaman. Untuk anak-anak, KBR bisa jadi tempat edukasi tentang binatang. Anak-anakku kan masih kecil semua, masih senang-senangnya dengan binatang.

Jadilah, kami dua keluarga (keluarga kecilku dan keluarga ayahku), naik mobil ke KBR. Perjalanan dimulai dari Citayam (rumahku) ke Ciputat (rumah ayahku), menjemput ayah dan dua adikku. Ibuku sudah meninggal dunia. Lalu, dilanjutkan ke KBR di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.  Perjalanan relatif lancar, karena masih pagi. Sampai di KBR, kami memarkirkan mobil dulu di tempat parkir yang super luaaaas. Tak perlu takut kehabisan tempat parkir seperti di mal-mal. Ke luar dari mobil, disambut dengan tawaran penjaja makanan, minuman, mainan anak-anak, sampai tikar plastik untuk duduk. Harga satu tikar Rp 5.000. Ayahku membeli dua tikar, karena lupa membawa tikar dari rumah.

Tiket masuknya sangaaaat murah. Ini benar-benar rekreasi yang murah-meriah. Tiket masuk untuk dewasa Rp 4.000/ orang, anak-anak Rp 3.000/ orang. Berhubung sebelumnya sudah pernah berkunjung ke KBR, kali ini aku membawa persediaan air minum yang banyak. KBR sangat luas dan semua ditempuh dengan jalan kaki. Ada memang kereta keliling, tapi tidak seru ah jalan-jalan di Ragunan naik kereta. Tidak bisa berlama-lama melihat binatang.

Begitu masuk melalui salah satu pintu, kami disambut dengan penawaran bertubi-tubi dari tukang foto keliling. Mereka asal jepret-jepret saja, tanpa izin. Ah, biar saja deh difoto-foto, kalau nanti disuruh beli dan harganya mahal, ya ditinggal pergi saja, hehehe…. Sebelum merambah KBR, kami makan siang dulu di warung makan tak jauh dari pintu masuk. Berhubung ada tulisan: harga satu porsi Rp 8.000- Rp 12.000, kami tidak ragu-ragu untuk masuk. Harganya relatif terjangkau. Dan memang benar, aku hanya mengeluarkan uang Rp 60.000 untuk makan dua keluarga, atau lima porsi (anak-anak tidak ikut makan).

Perut kenyang, perjalanan dilanjutkan dengan melihat-lihat binatang yang banyaaak sekali. Mula-mula kami disambut dengan si leher jenjang, Jerapah. Saat itu, jerapahnya hanya satu dan sedang melayani pengunjung yang ingin foto-foto atau sekadar memberi makan. Anak-anak senang sekali melihat jerapah, tapi lebih senang lagi dengan mainan yang dijajakan di sekitar kandang. Banyak sekali penjaja mainan. Terpaksa deh beli dua mainan balon sabun, daripada mogok jalan.

Aku sendiri kelihatan noraknya. Maklum, rasanya baru pertama kali melihat jerapah yang benar-benar supeeeer panjang. Entahlah berapa meter itu jerapah, lebih tinggi dari rumah tingkat dua. Rumah jerapahnya pun dibuat tinggi. Lucu, lucu… jerapahnya sangat jinak, beberapa pengunjung leluasa mengusap-usap muka jerapah sambil memberi makan.

Lanjut lagi, mumpung amunisi tenaga masih penuh. Selain tukang penjual mainan, di KBR juga banyak penjual makanan. Uniknya, di beberapa tempat lesehan, banyak terdapat penjual pecel lele yang rata-rata orang Jawa Tengah. Serasa berada di Jawa Tengah saja. Pecel lelenya terlihat menggoda, tapi sayang perut masih penuh. Supaya lebih terasa berada di Jakarta, banyak juga penjual Kerak Telor. Jadi tidak perlu tunggu setahun sekali, saat Jakarta Fair, karena di Ragunan pun banyak penjual Kerak Telor.

Kami terus berjalan sampai bertemu kandang gajah. Istirahat dulu di tempat duduk panjang, mirip halte, di dekat kandang gajah. Anak-anakku melihat gajah yang berjalan mengelilingi kandang sambil memakan rumput di sekeliling kandang. Wow, bisa melihat gajah dari dekat itu “sesuatu” banget. Kalau mau naik gajah juga bisa, tapi anak-anakku tidak mau. 

Anak-anak antusias melihat rusa
Setelah istirahat sebentar, kami melanjutkan perjalanan lagi. Banyak lapak-lapak tukang bakso, mie ayam, soto betawi, di depan kami. Sayangnya, lapak-lapak itu terlihat kosong. Para pengunjung lebih suka memakan makanan yang dibawa dari rumah, dengan menggelar tikar di tanah-tanah lapang. Kami belum ingin menggelar tikar yang sudah dibeli. Rasanya sayang kalau datang ke Ragunan hanya untuk gelar tikar. Maunya bisa melihat semua binatang yang ada, meski toh tak kesampaian saking banyaknya. Akhirnya, memang tikar yang kami beli tak terpakai sama sekali :-)

Melintasi kandang rusa, anak-anak tergerak untuk memberi makan. Rusa-rusa itu seakan tahu bahwa para pengunjung akan memberi makan, jadi mereka berada di dekat jeruji, menjulurkan kepala meminta makanan. Meskipun ada larangan memberi makan kepada binatang, para pengunjung banyak yang melakukannya. Sebaiknya sih kita menaati peraturan, karena kasihan juga kalau binatang-binatang itu sakit. Yang repot ya pengurus KBR. Jangan khawatir, binatang-binatang itu sudah diberi makan dengan baik. Terlihat fisik para binatang yang sehat dan terawat. Kandang-kandangnya pun bersih. Jempol deh buat pengurus KBR.

Ismail memberi makan rusa

Kami lalu meneruskan perjalanan ke kandang binatang lainnya; harimau putih, beruang, kera, ular, burung-burung, dan lain-lain, sekuat kaki melangkah. Semuanya terlihat menakjubkan. Untuk binatang-binatang buas, kandang dibuat sangat jauh dengan pengunjung, sehingga meminimalisir kemungkinan pengunjung terjatuh ke kandang macan, misalnya. Berhubung sudah masuk waktu zuhur, kami salat dulu di musala yang ada di dalam Ragunan. Alhamdulillah, musalanya relatif bersih dan nyaman. Kami bergantian salat di musala, karena ada yang harus menjaga anak-anak. 


Istirahat di depan musala, sambil bergantian
menjaga anak-anak
Berhubung banyaknya pengunjung Ragunan di akhir pekan, kami harus benar-benar mengawasi anak-anak agar jangan terpisah dan hilang. Bisa berabe kalau anak-anak hilang di tengah padatnya pengunjung. Untung saja Ragunan sangat luas, sehingga meskipun banyak pengunjung, kita tidak berdesak-desakan. Anak-anak bahkan menikmati saat bermain di tanah-tanah kosong di dalam Ragunan.

Ismail bermain di tanah lapang
yang banyak terdapat di Ragunan


Masuk ke kandang  ular dan binatang melata lainnya, adalah pengalaman  yang menggelikan. Bukan lucu lho, tapi geli. Jarang-jarang kan kita melihat ular yang panjang dan besar? Ular-ular itu jumlahnya banyak, dipisah-pisah sesuai jenisnya. Ada ular Sanca, Phyton, Kobra, dan lain-lain. Hedeuuu… bulu kuduk merinding. Ularnya sih kelihatan diam-diam saja, tidak tahu ya kalau kacanya dibuka. Ya, tidak seperti binatang lain yang berada di kandang berjeruji, ular-ular diletakkan di dalam kandang kaca yang tertutup rapat. Bayangkan kalau di kandang berjeruji, bisa-bisa itu ular meloloskan diri. 


Kandang Ular Sanca, hiiiy



Kera, monyet, dan orangutan juga diletakkan terpisah dengan binatang lain. Di kandang yang berbentuk memutar, kita bisa melihat kera-kera berbagai jenis. Ada yang hanya sendiri, berdua, dan beramai-ramai. Kera-kera itu sepertinya “sadar kamera.” Beberapa kali difoto, ada yang pasang wajah siap difoto, hehehe…. 


"Moto bayar, lhooo..." kata Kera

"Belum dandan, nih... jangan foto sayaaah..." 

Banyak tempat yang masih bisa dikunjungi, apa daya kaki tak sampai. Yap, benar, kaki sudah pegal setelah mengelilingi kandang-kandang binatang yang entah berapa kilometer jaraknya. Kami pun mengakhirkan perjalanan dengan singgah di depan kandang angsa berbentuk danau. Tempatnya romantis buat foto-foto. Ada bangku panjang di depan danau. Kami berfoto dulu sekeluarga, mengabadikan momen berjalan-jalan di Kebun Binatang Ragunan. Oya, KBR ini juga bersih dan tertata  lho... ada tong sampah yang diletakkan di beberapa titik. Malulah kalau pengunjung masih juga buang sampah sembarangan, karena tong sampahnya mudah ditemukan. Tapi ya... kalau sudah perilaku buruk, biarpun ada tong sampah, tetap ada oknum yang buang sampah sembarangan. 

Foto keluarga di depan kandang angsa


Ada sebuah pohon besar, yang juga eksotis. Duduk sejenak, melepas lelah, sambil foto-foto lagi…. Hitung-hitung  bagai bulan madu kesekian dengan suami, meskipun disertai rombongan. Gampang lah, kalau mau balik lagi ke Ragunan. Selain dekat, juga murah. Anak-anak juga bisa belajar tentang binatang secara langsung, tidak hanya melihat di televisi dan buku. Ragunan memang tempat wisata rekreasi keluarga, yang murah dan edukatif. Enjoy Jakarta, bisa dimulai dengan mengunjungi Kebun Binatang Ragunan, apalagi kalau sudah punya anak. Tak terasa hari sudah sore, masih belum puas mengelilingi Ragunan, apa daya kami harus pulang. 

Sempet-sempetnya romantis-romantisan di bawah
pohon besar....


Jangan khawatir bakal berpanas-panasan di Ragunan, karena banyak pohon besar yang menaungi di tengah matahari Jakarta yang garang. Yang harus dikhawatirkan justru kalau hujan, bingung mau berteduh di mana. Untungnya cuaca masih bersahabat ketika kami meninggalkan Ragunan. Di pintu keluar, kami bertemu lagi dengan tukang foto keliling yang tadi mengambil gambar kami tanpa izin. Mereka “memaksa” kami untuk membeli hasil fotonya. Mula-mula dengan harga Rp 20.000/ lembar. Akhirnya, harga mentok di Rp 5.000/ lembar, dan kami pun bersedia membelinya daripada dijadikan bungkus pisang goreng :D

Ayo, jalan-jalan ke Ragunan, kalau mampir ke Jakarta! 











12 comments:

  1. sip gan,, kalau di surabaya kebun binatang surabaya gan..

    ReplyDelete
  2. Halo, blogger. saya putri dari VIVAlog. Kirimkan data pribadi kamu ke putri.megasari@viva.co.id dengan format:

    Nama:
    Email:
    No.Hp:
    Alamat:
    Judul Artikel:
    Akun Twitter:

    Karena yang sudah submit akan di data.
    Terima kasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Mba Putri... biodata sudah dikirim, tp imelnya expired. Ada imel lain, gak?

      Delete
  3. selalu menyenangkan setiap berkunjung ke kebun binatang terlebih bersama keluarga tercinta

    ReplyDelete
  4. wah.. kalo saya ke jakarta butuh ongkos banyak, hihi.. kapan2 boleh tuh sekeluarga ke sana :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ongkos dari daerah ya, Pak?
      Semoga kesampaian ke jakarta ya :)

      Delete
  5. Berbagi Kisah, Informasi dan Foto

    Tentang Indahnya INDONESIA

    www.jelajah-nesia.blogspot.com

    ReplyDelete
  6. kapan tuh mbak ke ragunan.sebelum lahiran atau sesudah?aku sebelum lahiran sempat ke sana.mau liat foto2 buat buku jilbab, eh..ternyata geser jadualnya.hehehe

    ReplyDelete
  7. Haaah! tiketnya murah bangeeeeeet? KBS 5xnya deh. Alhamdulillah, kalau binatang2 itu bahagia dan seger buger ya Mbak...:D

    Brin

    ReplyDelete
  8. Wah ternyata bukan orang saja yaw yang sadar kamera,,, kerapun nggak mau kalah dengan manusia narsisnya,,,, hehehe

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...