Monday, April 29, 2013

Lomba Pakai Like dan Penulis yang Sibuk Mempromosikan Bukunya


Sejak ikut berbagai lomba di facebook dan blog, saya mempelajari banyak hal. Awalnya, saya ikut saja semua lomba yang bisa saya ikuti, entah itu pakai like, penilaian juri, dan SEO. Untuk lomba pakai like, biasanya saya ikut karena ketidaktahuan. Pertama kali ikut lomba pakai like itu di Berani Kotor Itu Baik, yang disponsori oleh Rinso. Saya ingat sekali, itu pertama kalinya ikut lomba di facebook yang disponsori merek ternama. Biasanya sih saya ikut lomba menulis yang diadakan penerbit atau teman-teman penulis. Saya kirim dua, lalu me-like sendiri cerita saya. Ada seorang teman facebook (tapi gak dekat, saya bilang teman karena dia ada di friendlist saya), yang memperhatikan aktivitas saya me-like sendiri tulisan saya itu (lucu ya? Hahahaha), mengirim messages di inbox.


“Makanya Mba jangan sombong, jadinya gak ada yang mau nge-like tulisannya tuh,” kata dia.

Saya tersengat. Masya Allah! Saya memang ingat teman ini, pernah beberapa kali inbox-inbox-an, tapi.. sombong? Heh, saya lupa kapan pernah berkonflik dengannya. Wong jarang berinteraksi. Dia mengirim inbox juga karena ingin berkenalan dengan saya dan saya melayaninya. Saya pun bertanya, kapan saya sombong? Walaupun saya lupa, saya minta maaf kalau pernah menyakiti hatinya. Akhirnya dia balik minta maaf karena menuduh saya sombong.

Kemudian saya cek semua inbox yang masuk, dan ternyata ada beberapa inbox yang belum saya baca karena gak masuk notifikasi. Saya mengira-ngira, mungkin ini yang bikin saya dianggap sombong. Dengan jumlah teman facebook 5000 orang (facebook saya sudah penuh), saya terpaksa menonaktifkan chat on, karena tiap kali buka facebook, banyak yang ngajakin chat.  Kadang isi chatnya hanya iseng. Padahal, saya buka facebook sambil menulis naskah, jadi merasa terganggu dengan bunyi yang masuk.
Belakangan saya tahu bahwa lomba di Rinso itu bukan berisi testimonie menggunakan Rinso, jiyaaah….

Ya sudahlah. Saya tinggalkan saja tulisan-tulisan saya itu, soalnya isinya testimoni menggunakan Rinso. Lagian ribet, harus pakai like. Memang ada sih yang penilaian juri, tapi tetap saja isi tulisan saya kan gak sesuai ketentuan.

Lalu, saya fokus pada penulisan buku. Gak ikut lomba-lomba begitu lagi. Sampai buku saya banyak yang terbit. Dan saya pun dikepung rasa jenuh. Pengen nulis yang lain. Saya melihat informasi mengenai lomba blog. Lomba yang pertama kali saya ikuti itu kalau gak salah lomba BCA. Penilaian oleh juri, tapi saya masih belum paham dengan lomba blog, keyword, dan segala macam yang ribet. Jadi, tak ada sama sekali saya singgung tentang BCA, padahal seharusnya nama sponsor dimasukkan ya?

Saya ikut lagi yang Alfamart. Kali ini lomba SEO. Ada seorang teman blogger yang berkomentar kalau dia gak mau ikut lomba SEO karena ribet. Saya yang masih culun, belum tahu apa itu lomba SEO. Tapi karena sudah nulis, ya ikut saja. Eh, ternyata memang ribeeeet ya SEO itu. Intinya mah saya kalah. Nah, saya coba ikut lagi yang Gofress, hanya mau uji kemampuan SEO apa udah bagus. Ternyata sistemnya sama aja dengan like. Harus sering menyebar link lomba supaya banyak yang baca, itu salah satu kuncinya. Idiih… capek juga ya. Mending nulis yang lain daripada mempromosikan link terus menerus.

Jadi lomba SEO itu miriplah dengan lomba pakai like. Kita mesti sering-sering mempromosikan tulisan. Bedanya, kalau pakai like ya kita mesti punya relasi yang banyak. Orang gak akan serta merta ngasih like kalau gak suka tulisan kita. Tapi kalau relasi, pasti bakal ngelike. Namanya juga berteman. Biarpun tulisannya jelek, tetap dilike. Itu yang saya gak suka. Saya mendingan ikut lomba yang setengah like, setengah penilaian juri. Naaah… yang ini saya juga ikutan. Diadakan oleh LG TV. Sebenarnya saya udah ciut, tapi temanya menarik, tentang TV. Saya punya cerita tentang itu.

Masalahnya ya itu deh, saya paling gak bisa ngumpulin like. Saya merasa gak enak (sungkan) merepotkan teman untuk ngasih like, apalagi kalau minta di inbox. Saya sering dapat inbox minta like. Kalau saya yang dimintai like, saya berusaha ngasih like, jika memungkinkan. Misalnya, pas saya emang lagi ol di kompi. Kalau ol pakai hape, susah ngasih likenya. Kecuali lombanya di facebook yang bukan APP ya.  Terus, kesannya gimana ya lomba yang pakai like itu… menurut saya yang dinilai bukan tulisannya ya, tapi jumlah likenya. Sama saja dengan lomba SEO. Asal sudah menduduki posisi pertama google, biarpun tulisannya jelek, pasti menang.

Jadi, hanya ada delapan teman dekat yang ngasih like. Saya biarin aja deh itu tulisan sepi like. Saya lihat tulisan peserta lain, ada yang mendapatkan like ratusan. Duh, sudah nyerah deh. Males saya. Saya tinggalin aja itu lomba, yang penting sudah ikutan. Eh, gak disangka, saya menang juga walaupun kemudian banyak protes yang menyerang juri. Katanya juri gak konsisten. Lomba pakai like, tapi pemenangnya cuma dapat like sedikit.

Sebenarnya lomba pakai like dan SEO ini sama saja dengan penulis yang sibuk mempromosikan bukunya, sampai gak nulis-nulis. Puyeng lho mikirin gimana buku bisa laris, trik-trik marketingnya dan segala macam. Kalau penulis itu gak produktif, bisa saja fokus pada promosi buku. Tapi kalau penulis itu produktif, bisa-bisa hanya fokus gimana supaya bukunya laku dan jadi gak nulis. Padahal, urusan promosi ini bersinergi dengan Penerbit. Malahan ada tuh penulis misterius, Ilana Tan, yang gak ketahuan siapa orangnya. Otomatis, dia gak perlu sibuk promosi. Cukup menulis saja. Dan bukunya bisa laris manis, karena penerbitnya all out mempromosikan.

Pada akhirnya, karya yang bicara. Jika karya itu memang bagus, dia akan bertahan lama. Sekarang mungkin gak laku, suatu ketika orang akan menemukan “emas” itu. Lihat saja karya-karya Ahmad Tohari. Dulu jarang yang membaca, sekarang best seller. Sedangkan bila kita sibuk mencari like, jangan-jangan kita malah melupakan kualitas karya. Sebab, like bisa didapat dengan relasi pertemanan, yang bisa jadi teman itu memberikan like hanya karena tak enak terhadap kita. Kemarin saya tertipu dengan lomba yang pakai like. Rasanya di peraturan lomba, tak ada ketentuan harus mencari like. Tahu-tahu setelah masuk finalis, harus mencari like sebanyak-banyaknya. Sudah kadung jadi finalis, saya terpaksa minta-minta like, hasilnya? Kalaaaaah…. Wong saya gak pintar nyari like. Gak sempat juga buka internet terus untuk nyari like. Mending mikir buat nulis yang lain. Lain kali, say good bye saja untuk lomba pakai like, kecuali kalau tertipu kayak kemarin. 

5 comments:

  1. Iyaaa, Wiin... hadooh... aku cuma dua kali promosiin, saking gak sempat buka internet. Yg LG, nasib kita sama ya :-)

    ReplyDelete
  2. kalau yang pernah saya singgung, gimana Mbak? :p
    hihi ...

    pengen tahu pendapatnya saja.

    ReplyDelete
  3. wah, aku pernah tuh mbak ikutan lomba scrapbooknya silverqueen. yang lain digital dan theme dari silverqueen, aku upload yang handmade. eh, kalah di like. ya, ya, ya,,, akhirnya jadi mikir, like itu mematikan karya yang bagus *muji karya sendiri*. hahahaha..

    ReplyDelete
  4. wah mak leyla...aku udah keder duluan klo pake like...kalah tenar soalnya...:)

    ReplyDelete
  5. lomba SEO ama like beda mak :D
    SEO perlu teknik backlink and link building
    kalo like itu suka suka hati orang :D

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...