Wednesday, January 25, 2017

Seseruan ala Emak di Restoran Gumati Bogor



Assalamu'alaikum. Dulu saya punya keinginan kumpul dengan teman-teman wanita seperti saat masih kuliah atau SMA. Kami ngobrol-ngobrol dan tertawa-tawa, berbagi cerita tentang apa saja tanpa harus digelayuti suami dan momongan. 


Saya harus menahan keinginan itu sampai bertahun-tahun lamanya. Tahun 2010, setelah kenal Facebook dan masuk ke grup IRT (Ibu Rumah Tangga), kami sempat beberapa kali kopi darat di kebun binatang ragunan, masjid UI, rumah teman, tapi tidak begitu lepas dan bebas ya karena anggotanya banyak. 

Saya rindu bercengkerama dengan sahabat-sahabat dekat, berbagi cerita tanpa ada sekat. Akhirnya memang sahabat itu terpilih dengan sendirinya. Dari sekian banyak jumlah anggota grup IRT, hanya dua yang masih bertahan curhat-curhatan dengan saya; Mbak Eni Martini dan Santy Martalia Musa.

Akhir tahun 2016, Mbak Eni mengajak saya berkenalan dengan Mbak Nunu Halimi dan Maria Soraya dan mengumpulkan kami di dalam inbox FB di mana kami bisa curcol sebebasnya. Beda dengan grup IRT yang lebih luas jangkauannya, Ibu Rumah Tangga. Selain sebagai IRT, profesinya beragam. Ada yang usaha katering, jualan online, dsb.

Di grup Emak Kece ini semuanya adalah Blogger. Jadi kami bisa sering ketemuan di acara-acara blogger dan punya hobi yang sama. Tema cerita yang diangkat pun seragam dan tidak ada yang gagal paham. Walaupun tetap berantem sedikit masih ada. Namanya juga ngobrol. 



Nah, kemarin itu selepas acara blogger, saya mengajak mereka makan-makan di Restoran Gumati Bogor, restoran yang menyajikan menu makanan khas Sunda. Sebenarnya sih Mbak Nunu yang punya ide tempatnya. Mbak Nunu pula yang awalnya punya ide nraktir. Sayangnya pas Mbak Nunu nraktir, saya tidak bisa datang. 


Dari Stasiun Bogor, hanya naik angkot sekitar 10 menit, sudah sampai di restoran ini. Perginya, kami naik Grab Car. Ongkosnya cuma Rp 10.000 saking dekatnya. Pulangnya, baru deh kami naik angkot dari bayar per orang Rp 3.000. 


Awalnya saya ngeri, berapa ya harga makanannya? Restorannya gede, ada yang di atas dan di bawah. Kami naik ke lantai satu yang seperti rooftop dan melewati musola yang cukup besar. Mbak Nunu mau mengambil tempat di bawah di dekat kolam renang, tapi teman-teman lain sepakat di atap. Lebih enak, anginnya sepoi-sepoi. 


Di lantai satu itu sepertinya tamunya hanya kami. Tidak tahu yang di bawah ya. Jadi kami bebas pilih tempat duduk. Daftar menu pun hadir dan kekhawatiran saya terbukti. Harganya mahal-mahal bo! Seperti harga makanan di hotel. Eit, ternyata tidak. Setelah kami telusuri daftar menu tersebut, kami mendapatkan harga makanan yang standar dan terjangkau.

Baca Juga: Mudik ke Selatan, Mampir dulu ke Rumah Makan Purbasari 

Kami pun memesan Nasi Bakar, Karedok, Bakwan Jagung, dan Es Teh Manis. Ya, itulah menu yang harganya terjangkau. Santi yang memang sudah makan di tempat acara, minta es campur seharga Rp 22.500. Lalu, dia pesan sendiri yang akan dibayar sendiri, Sop Buntut seharga Rp 79.000. Memang yang harganya mantap itu yang menu daging-dagingan. 


Berhubung kami emak yang sudah kelebihan berat badan, jadi cukup beli menu tanpa daging, xixixi.... *Alasan. Bagi yang ingin pesan di luar pesanan saya, memang harus bayar sendiri deh. Ya maklum kan nraktirnya pakai budget. Maria pesan es krim untuk adiknya seharga Rp 25.000. 

Oya, di sini tidak semuanya emak-emak. Mbak Nunu dan Mbak Eni membawa anak dan Maria membawa adiknya. Tapi semuanya sudah besar, jadi anteng. Mamak-mamak pun bisa ngobrol puas.

Nasi Bakar Rp 13.000
Ini pertama kalinya saya makan nasi bakar lho. Penasaran kayak apa rasanya. Katanya sih nasi bakar ini sudah ada isinya. Pas datang, per porsinya itu ada dua gulungan nasi. Wah, terhitung murah dong.



Nasinya mirip nasi goreng, ada campuran telur, bumbu, dan cabai. Rasanya juga enak, gurih. Ternyata makan satu gulungan saja sudah kenyang. Recommended deh. Murah dan kenyang. 

Karedok Rp 19.000
Pesanan terakhir supaya piringnya lebih penuh, gitu. Pesannya cuma sepiring dimakan bersama seperti lauk nasi. Sayurannya segar dan bumbunya lezat. Ah, sampai tidak sempat saya mengunyahnya pelan-pelan. Langsung lumat.



Bakwan Jagung Rp 19.500
Per porsi ada 3 tapi bakwannya besar-besar. Makan satu saja sebagai tambahan nasi pun sudah kenyang. Bakwannya gurih, renyah, enak deh pokoknya. 


Setelah selesai makan dan foto-foto, saya membayar ke kasir. Saya kira habisnya hanya 200 ribuan, ternyata pas bayar... Rp 343.000! Hah? Untung ada uangnya. Ya iyalah.... Saya lihat struknya, OMG, pajaknya gede juga ya Rp 44.000. Untung teman-teman mau membayar pajaknya. Ha-ha-ha.. nraktir macam apa ini?


Sop Buntut, es krim, dan tambahan nasi bakar sudah dibayar oleh pemesan karena itu merupakan tambahan. Sop buntutnya enak dan dagingnya banyak. Kata Santy sih sepadan dengan harganya. Es campurnya saya tidak tahu rasanya karena dilarang mencoba. Es krim juga tidak tahu. Kalau mau tahu, boleh datang sendiri ke sini ya.

Secara tempat dan lokasi sudah sangat memuaskan. Harga makanan juga terjangkau untuk item tertentu. Yang mengejutkan hanya pajaknya. It's okay, karena kami puas bisa makan, ngobrol, dan foto-foto di sini. Selanjutnya giliran siapa ya yang menraktir? Kita tunggu saja, hehe....


Baca juga tulisan Mbak Eni Martini: Kuliner Bogor, Nasi Bakar 13 Ribu di Restoran Gumati 

21 comments:

  1. Dari dulu aku penasaran sama rasa yang karedok. Belum kesampaian karena di sini tak ada yang jual

    ReplyDelete
  2. Ya ampun, makanannya bikin laper aja. Mana udah waktunya sarapan .:p

    ReplyDelete
  3. Harganya cukup terjangkau ya, Mbak? ^_^

    ReplyDelete
  4. Nasi bakar nya pas buat kantong saya..

    ReplyDelete
  5. makan2 sambil kumpul2 apalagi ditraktir asikkk bgt ..

    ReplyDelete
  6. Nambah referensi tempat makan & ngumpul nih mbak...serunya,mau dong acara ngumpul2nya.

    ReplyDelete
  7. Nambah referensi tempat makan & ngumpul nih mbak...serunya,mau dong acara ngumpul2nya.

    ReplyDelete
  8. wahhh kelihatannya seru banget tuh... harganya makanan juga terjangkau banget,.hehehe

    ReplyDelete
  9. Memang asyik tempatnya yaa, jadi kangen grup IRT kita yang heboh dulu hihi..

    ReplyDelete
  10. Karedok..udah lama banget ga ketemu menu ini mbak.jd pengen

    ReplyDelete
  11. Awalnya aku kira murah juga. Nasi bakarnya hanya Rp 13 ribu sih. Tapi teryata mahal karena pajak ya. Hihii. Seru mba ngumpul bareng :)

    ReplyDelete
  12. dari jaman baheula, cuma numpang lewat aja tempat ini. udah takut duluan sama harganya.
    setelah baca tulisan mba leyla ini... aku bakal teuteup numpang lewat hehehehe

    gapapa mahal. yang penting seruu bisa kumpul bareng emak2 :D

    ReplyDelete
  13. Aku blum pernah nih mba, nggak kesampean mlulu ��
    Asik yaaa, ternyata dkt dr stasiun Bogor...

    ReplyDelete
  14. Pengen nyobain yang warung nasi liwet tapi kata temenku lebih mahal dari Gumati

    ReplyDelete
  15. hahaha kocak nih mak Leyla..
    emang bete ya liat pajak makanan gede bgt.. itu bakwannya menggiurkan euy

    ReplyDelete
  16. maaf mbak,,kok ga boleh nyicip esnya?

    ReplyDelete
  17. Ketika saya tinggal di Bogor. Tempat ini sepertinya belum ada. (Ya iyalah Oommm ... tahun kapan emangnya)
    yang jelas berkumpul dengan teman yang "sejenis" mempunyai kesamaan akan mengasikkan sekali, Dan menurut pengalaman saya yang ideal itu sekitar 5-8 orang. Lebih dari itu intensitas menjadi agak kurang. Susah nyatunya

    salam saya Mak

    ReplyDelete
  18. mau donk bakwan jagung nya mbak

    ReplyDelete
  19. Waahhh...baru bisa komen...next kita makan-makan lagi ya mba... Nice to know you muach...

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....