Friday, March 30, 2012

Motivasi Menulis: Saya Ini Penulis Santai


Bila melihat beranda facebook atau twitter yang rata-rata diisi oleh penulis, saya jadi dapat mengetahui jadwal kerja mereka. Biasanya mereka aktif di tengah malam sampai dini hari. Dari update statusnya, kelihatannya mereka sedang menulis sambil online. Sejak banyak bergaul dengan sesama penulis, memang mereka lebih suka menulis di tengah malam, karena suasana yang mendukung. Bagaimana dengan saya?



Saya ini penulis santai. Tidak percaya? Rasanya waktu saya lebih banyak untuk tidur daripada menulis. Jam Sembilan malam, saya sudah tidur menemani anak-anak, apalagi saat hamil begini. Siang hari pun saya tidur, saat anak-anak tidur. Lalu, kapan saya menulis? Kapan saja kalau ada waktu, biasanya pagi hari setelah memandikan dan menyuapi anak-anak, sampai tengah hari. Atau malam hari, usai salat Magrib. Sering juga saya melewatkan hari tanpa menulis. Sebab, saya memang bukan penulis deadline, yang menulis karena dikejar-kejar.

Kalau ikut lomba menulis, saya menulis kapan saja, tidak menunggu deadline. Lebih sering malah saya mengirimkan naskah di awal perlombaan. Saat ada waktu, saat itulah saya menulis. Saya tidak ngoyo dalam menulis. Dalam mengikuti lomba pun, tidak semua lomba saya ikuti. Hanya yang kira-kira dapat saya ikuti. Kalau temanya di luar jangkauan, ya tidak saya ikuti. Saya amat jarang begadang di tengah malam untuk menulis. Tidak kuat. Memang tidak terbiasa begadang. Lagipula, efek begadang ternyata sangat buruk untuk kesehatan.


Di akhir tahun 2011 sampai awal 2012, enam buku saya terbit. Empat buku solo, dua antologi. Meskipun antologi, keduanya adalah buku yang saya susun. Artinya, saya yang bekerja mengumpulkan naskah, menyeleksi, mengedit, sampai mengirimkan ke penerbit. Lho kok bisa ya gak ngoyo tapi bukunya terbit berturut-turut?

Alhamdulillah… hanya dua buku antologi itu saja yang saya garap di tahun 2011, empat buku solo itu sebenarnya tabungan menulis saya selama bertahun-tahun.
Saya menulis dengan proses, tidak instan. Novel Jean Sofia ditulis sejak duduk di semester kedua kuliah. Bertahun-tahun menganggur di komputer, akhirnya diterbitkan tahun 2011. Buku Rahasia Pengantin Baru, ditulis saat masih jadi pengantin baru. Tadinya hanya sekadar diary pengantin yang iseng-iseng saya tulis setiap ada peristiwa yang berkesan. Ternyata lama-lama jadi buku. Itupun menunggu beberapa tahun untuk diterbitkan. Buku Catatan Hati Ibu Bahagia, sama juga nasibnya. Saya tulis dengan proses, tidak direncanakan untuk jadi buku. Saya hanya ingin mengabadikan momen-momen berkesan selama menjadi ibu rumah tangga. Dan baru terbit juga di tahun 2012. Sedangkan buku TAARUF, adalah buku yang bagian pertamanya sudah pernah diterbitkan lima tahun lalu, sedangkan bagian keduanya sudah selesai ditulis sejak tiga tahun lalu.


Semua itu proses, tidak instan. Saya tidak pernah terburu-buru menerbitkan buku setelah selesai ditulis. Biasanya, justru diendapkan dulu sebulan, baru dikirim ke penerbit. Proses di penerbit itulah yang menjadi endapan selanjutnya. Ada penerbit yang langsung merespon, lebih seringnya sih naskah saya ditolak. Tetapi itu justru bagus. Dengan ditolak, saya baca lagi naskah itu, saya revisi mana yang kurang, lalu saya kirimkan ke penerbit lain. Sehingga setelah diterbitkan, saya benar-benar puas. Adakalanya malah saya tidak puas juga setelah diterbitkan. Ternyata masih ada yang kurang.

Saya pernah setahun lebih tidak menulis apa-apa, sejak melahirkan anak pertama yang disusul kelahiran anak kedua. Begitu repotnya sampai tidak bisa menulis. Alhamdulillah, anak kedua umur enam bulan, saya menjadi pemenang ketiga lomba novel yang diadakan sebuah penerbit. Novel yang menang itu, bukanlah novel baru, melainkan novel yang sudah lama mengendap di komputer saya dan baru saya kirimkan saat itu.

Jadi, bagi saya, yang penting menulis, tidak penting kapan waktunya. Tidak perlu ngoyo atau bergadang. Kesehatan lebih penting. Banyak penulis yang meninggal muda, karena penyakit kanker hati, akibat keseringan begadang dan pola hidup tidak sehat. Tidur itu perlu. Bahkan, saya sering mendapatkan ide menulis saat sedang tidur. Tidak tanggung-tanggung. Ide novel dari awal sampai akhir. Rehat menulis sesekali, juga perlu, untuk mengumpulkan energy lagi, dan agar ide-ide tidak monoton.

Jika terus berada di depan komputer tanpa variasi, ide yang keluar akan begitu-begitu saja. Saya suka jalan-jalan, mengobrol dengan orang-orang di dunia nyata dan maya, membaca buku-buku para penulis lain, mengoreksi tulisan penulis pemula, dan mengumpulkan naskah-naskah antologi. Semua itu menimbulkan ide baru di kepala saya.

Tidak perlu terburu-buru ingin tulisan kita diterbitkan. Endapkan sejenak, lalu baca lagi untuk melihat ada perubahan pemikiran atau tidak. Ikutilah proses di penerbit dengan sabar. Bila ditolak, koreksi lagi, kirimkan ke penerbit lain. Naskah kita tahu kapan akan muncul. Tabungan naskah itu, pada waktunya akan membuat kita terkejut, karena terbit bersamaan.

2 comments:

  1. Saya selalu senang membaca setiap untaian kata-kata mbak di blog,saya percaya suatu saaat ada karya mbak yang menjadi best seller.o..ya..mbak maaf ya saya mem followup blog-blog yang mbak ikuti.tks ya

    ReplyDelete
  2. Assalamualaikum.sy plan nk tulis buku motivasi..apa ye elemen yg perlu ada dam buku genre motivasi?

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....