Friday, July 6, 2012

Resensi Buku: My Salwa, My Palestine; Membaca Konflik Palestina dari Perspektif Berbeda


 
 
My Salwa My  Palestine

 
 
Jika belum membaca sejarah lengkap jatuhnya Palestina ke tangan zionis Israel, sebagian dari kita akan berpikir bahwa konflik Palestina adalah konflik antara umat Islam dan Yahudi. Terlebih selama ini, umat Islam-lah yang lebih banyak bersuara mengenai pendudukan Palestina oleh Israel. Itu pula yang ada di dalam pikiran saya, yang belum mengetahui benar mengenai konflik Palestina-Israel. Media massa tidak banyak mengupasnya, seakan-akan konflik Palestina-Israel itu biasa saja. Meskipun penjajahan telah dihapuskan di muka bumi, agaknya PBB menutup mata terhadap penjajahan zionis Israel terhadap bangsa Palestina.


Novel My Salwa, My Palestina, adalah novel fiksi, tetapi berdasarkan riset sejarah. Penulisnya pun berkebangsaan Palestina, yang kini menetap di Amerika. Semula saya pikir, novel ini akan bercerita tentang Palestina berdasarkan sudut pandang seorang muslim, sebagaimana yang sering saya baca di cerpen-cerpen bertema Palestina, yang ditulis oleh penulis Indonesia. Ternyata, ini novel Palestina yang ditulis berdasarkan sudut pandang seorang nasrani atau Kristen.

Ya, tiga agama besar; Islam, Kristen, dan Yahudi, adalah tiga agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk Palestina. Sebab, tanah Palestina memang tanah Sejarah bagi ketiga agama samawi itu. Bagi umat Islam, Palestina adalah tempat masjid Al Aqsha yang disebutkan di dalam Al Quran, berada. Bagi Umat Kristen, Palestina adalah tempat Yesus Kristus disalib. Dan bagi umat Yahudi, Palestina adalah tanah kelahiran Musa. Tak heran, masjid, gereja, dan sinagog, berdiri berdampingan di Palestina.

Novel ini bercerita tentang Yousif, dari kata Yakub, seorang pemuda Arab beragama Nasrani, yang baru berusia 17 tahun. Sedang giat bersekolah di sekolah menengah tingkat akhir. Di sini, saya pun baru terbuka mata, “oooh.. ternyata orang Arab pun ada yang beragama Nasrani….” Keluarga Yousif termasuk taat beragama, meski disebutkan sering berpesta dan minum minuman keras. Ayahnya seorang dokter, ibunya seorang ibu rumah tangga. Yousif disebutkan dari keluarga menengah ke atas. Tahun 1947, ketika Palestina akan jatuh ke tangan zionis, ayahnya baru saja merenovasi rumah mewah mereka sehingga tergambarkan betapa mewahnya.

Yousif bersahabat dengan Amin, seorang Arab Muslim, dan Ishaq, seorang Yahudi asli. Amin, dari keluarga yang sangat miskin dengan jumlah saudara yang banyak. Tinggal di perumahan kumuh. Ishaq dari keluarga menengah. Mereka selalu bersama-sama, baik di sekolah, maupun saat bermain seusai sekolah. Yousif jatuh cinta kepada Salwa, seorang gadis Arab Nasrani. Namun, sebagaimana tradisi masyarakat Palestina, para gadis akan segera dinikahkan begitu lulus SMA. Begitu juga dengan Salwa. Salwa telah dijodohkan dengan seorang lelaki yang 15 tahun lebih tua usianya. Cinta Yousif bertepuk sebelah tangan, karena ayah Salwa tak menyetujui putrinya menikah dengan pemuda yang masih ingusan.   

Cerita dibuka dengan perjalanan Yousif, Amin, dan Ishaq, menguntiti beberapa orang Yahudi yang agak mencurigakan. Yousif yakin bahwa mereka adalah mata-mata zionis. Zionis adalah sebuah organisasi politik Yahudi yang bertujuan merampas tanah Palestina. Saat itu, Palestina sedang berada di bawah mandataris Inggris. Di perjalanan, Amin terjatuh dari atas bukit dan tangannya patah. Akibat salah pengobatan, tangannya harus diamputasi. Ternyata dugaan Yousif benar. Orang-orang itu adalah mata-mata zionis yang sedang mengukur-ukur potensi dan peluang untuk menyerang Palestina. Namun, kekhawatiran anak muda ingusan itu dianggap angin lalu saja oleh orang tua dan paman-pamannya. Hanya satu pamannya, Bahasim, yang memang seorang pejuang, yang percaya ucapan Yousif. 

Bahasim yakin bahwa zionis sedang mengincar Palestina. Ia menyiapkan perlawanan dari bawah tanah. Perlu diketahui bahwa rakyat Palestina tidak punya senjata dan tidak pernah berlatih militer. Inggris melarang mereka memiliki senjata. Rakyat Palestina kala itu pun menjadi rakyat yang “melempem.” Sebagaimana keluarga Yousif sendiri yang antikekerasan. Ketika Bahasim meminta dukungan dana untuk membeli senjata, ayah Yousif tak mau memberi meskipun punya uang banyak. Ia percaya bahwa Palestina akan baik-baik saja, dan setiap perselisihan bisa diselesaikan dengan jalan damai. Rakyat Palestina larut dalam pesta-pesta. Diceritakan di situ bahwa pemudanya banyak menghabiskan waktu di kafe-kafe, minum alkohol dan main bliyar. Mereka tak sadar bahwa mereka sedang di ambang kehancuran.

Hingga sebuah kabar mengejutkan pun datang. Inggris meletakkan mandatnya terhadap Palestina. Inggris akan hengkang dari Palestina, dan wilayah Palestina akan dibagi dua dengan Israel. Negara baru itupun diumumkan, Israel. Rakyat Palestina gempar. Kekacauan mulai terjadi, terutama di kawasan Jerusalem. Mulai terjadi pembunuhan terhadap rakyat Palestina dari ras Arab, baik muslim maupun Kristen.   Dilakukan oleh gerakan zionis bawah tanah yang radikal. Sementara di tempat yang minoritas Yahudi, rakyat Yahudi Palestina pun ketakutan karena orang-orang Arab mulai meneror mereka. Termasuk keluarga Ishaq yang rumahnya ditimpuki batu. Keluarga Ishaq sempat mengungsi ke Jerusalem.

Dalam waktu cepat, kegentingan di Palestina semakin terasa. Terlebih ketika ada satu desa Palestina yang dibumihanguskan oleh Israel. Seluruh penduduknya dibantai dengan keji. Ibu hamil dibelah perutnya, wanita-wanita diperkosa, anak kecil ditembak di tempat. Ajaibnya, ada satu bayi yang selamat, saat ditemukan, sedang menyusu di putting ibunya yang telah tewas. Pembantaian itu sangat mengenaskan, tapi tak ada yang dilakukan DUNIA untuk Palestina. Mereka bungkam, seakan kejadian itu tak ada. Negara-negara Arab pun lamban bertindak. Padahal, ketika Israel mengusir rakyat Palestina, mereka berkata, “Pulang sana ke Abdullah….” Abdullah adalah Raja Saudi.

Rakyat Palestina di desa lain yang belum tersentuh Israel, sudah mulai cemas, tapi tak tahu mau berbuat apa. Yang kaya dan cepat bertindak, segera melarikan diri ke negara-negara Arab, tetangga Palestina, seperti Mesir dan Yordania. Yang miskin, tak tahu mau ke mana. Yang kaya tapi tak mau lari, merasa yakin bahwa negara-negara Arab akan membantu mereka, sehingga mereka tetap tinggal di Palestina. Lagipula, itu tanah mereka, rumah mereka. Kalau lari, Israel justru diuntungkan. Namun, tidak lari pun tak ada yang bisa diperbuat. Mereka tak punya senjata dan tak bisa berperang. Hingga satu demi satu desa dikuasai oleh Israel.

Ishaq, yang dulu berjanji tak akan memutus tali persahabatannya meskipun Israel datang, ternyata justru ikut memerangi Yousif dan Amin. Ishaq tewas di tangan kelompok Bahasyim. Sebenarnya Ishaq tak mau memerangi teman-temannya, tetapi ia dipaksa oleh Israel. Semua anak muda Yahudi harus ikut dalam militer Israel. Zionis Israel dan Yahudi sebenarnya tidaklah sama. Orang-orang zionis adalah keturunan Yahudi, tetapi tidak semua Yahudi mau bergabung di dalam zionis. Yahudi yang taat justru tidak mau Israel menguasai Palestina karena itu bisa menghambat turunnya Mesiah.

Yousif dan keluarganya tetap bertahan di rumahnya, yakin bahwa desa mereka, Ardallah, tidak akan mampu ditembus Israel, karena ada kelompok Bahasim yang menjaga. Ternyata dugaan mereka salah. Pada akhirnya, mereka harus ikut hengkang dari Palestina, diusir paksa oleh Israel. Yousif bahkan harus menyaksikan seorang saudaranya diperkosa di depan matanya oleh tentara Israel. Benar-benar meruntuhkan harga dirinya sebagai orang Arab. Rakyat Palestina dipaksa meninggalkan rumah mereka dengan berjalan kaki dan tidak membawa harta benda apa pun. Di tengah musim panas yang menyengat, kehausan, satu per satu yang lemah harus menjemput maut, termasuk ayah Salwa. Setelah sampai di negara Arab yang dituju pun, tak tahu mau apa karena tak punya bekal apa pun. Ini benar-benar novel yang tragis. Ironisnya, ini tak sekadar fiksi. Kenyataannya memang ada di tanah Palestina.

Sudah sangat jelas bahwa Israel sedang menjajah Palestina, tetapi DUNIA seakan menutup mata. Negara-negara Arab pun lepas tangan, tak benar-benar membantu, meskipun bisa. Rakyat Palestina hanya menemukan harapan kosong. Abdullah dan kroni-kroninya tetap berpesta, membuang-buang uang dengan membeli klub sepakbola :D :D, sedangkan rakyat Palestina meregang nyawa. Semoga dengan berubahnya satu per satu pemimpin Arab, kemerdekaan Palestina dapat segera diwujudkan. Bayangkan bila berada di posisi keluarga Yousif, yang sudah mempunyai rumah, tanah, dan harta yang banyak, lalu dipaksa untuk meninggalkan semuanya.

Berhubung novel ini diceritakan dengan sudut pandang seorang Nasrani, maka nuansa islaminya tidak banyak. Justru yang terasa adalah nuansa Nasraninya, seperti prosesi pemakaman dan pernikahan. Itu juga berarti seharusnya orang nasrani pun merasa berhak dengan tanah Palestina, karena saudara mereka di sana juga banyak yang terzalimi. Jadi, konflik Palestina memang bukan semata konflik Islam dengan Yahudi, melainkan konflik ras Arab dengan Zionis.

Yang belum saya ceritakan adalah kisah cinta antara Yousif dan Salwa, yang terhambat oleh restu orang tua dan suasana perang. Bagaimanakah kisah cinta mereka? Hanya bisa dibaca di dalam buku ini yang sudah diobral murah. Hayo, bacaa…. Ini novel Sejarah yang dituturkan dengan ringan, tidak berbelit-belit, dan tidak akan membuat perut melilit. Kecuali emosi yang akan meluap ketika membayangkan penyiksaan-penyiksaan terhadap rakyat Palestina, terlepas apakah dia seorang muslim ataukah nasrani. 

8 comments:

  1. Ternyata Yahudi juga kejam sama Nasrani, ya... Sayangnya, banyak Nasrani yang justru mendukung kekejaman Yahudi.

    ReplyDelete
  2. Lan tardha 'ankal-Yahud wa lan Nashara hatta tattabi'a millatahum
    QS.2:120

    ReplyDelete
  3. Sepertinya menarik baca tulisan Kak Hana. Di mana ya bisa didapatkan novelnya?

    ReplyDelete
  4. lebih jauh lagi, dulu bangsa yahudi dan nasrani juga udah pernah diusir sama saladin, sampe kocar kacir di eropa. selanjutnya di binasakan hitler. dah lebih dulu lagi pernah dizolimi oleh hsama firaun. gak heran mereka yg mangaku sebagai bangsa yg paling tinggi derajatnya, mau meminta haknya kembali.
    akan berulang terus sampe akhir jaman. gak heran kalo disebut kaum terpilih. dan ada di kitab juga.
    mereka gak akan pernah menyerah atau bredamai

    ReplyDelete
  5. Ka, boleh tau beli bukunya dimana?

    ReplyDelete
  6. Nabi Musa bukannya lahir di Mesir, Mbak? Yang menjadikan Palestina sebagai tanah berharga Yahudi, sepanjang yang saya tahu, karena itulah tanah yang dijanjikan Alloh kepada mereka saat dibawa Nabi Musa menyeberangi Laut Merah.

    Namun mereka terlampau bebal hingga Alloh tidak mengizinkan mereka tiba di tanah yang dijanjikan kecuali setelah selama 40 tahun tersesat berputar-putar. Bahkan Nabi Musa pun tidak sempat menginjakkan kaki di sana, meninggal dan dimakamkan di dekat perbatasan tanah yang dijanjikan itu.

    cmiiw, Mbak.

    ReplyDelete
  7. mbak, boleh tau beli bukunya dimana atau mbak punya novel nya atau pdf dari novel ini ngga?
    saya lagi butuh bukunya buat tugaas kuliah saya,saya cari-cari di toko buku ngga ada.

    ReplyDelete
  8. Babak paling menyedihkan saat sang dokter yang baik hati harus menjadi korban dalam pertempuran, dalam posisi sebagai Yousif, tentu kenyataan itu sangat berat. Kebahagiaan dan ketenangan mereka menguap tanpa tahu apa salah yang telah mereka perbuat. Ironisnya, cerita di dalam novel tersebut, terus berlangsung hingga hari ini....

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....