Friday, January 25, 2013

Giveaway Senangnya Hatiku: Gak Pakai Pembantu Lagi


Tulisan ini sebenarnya tidak hendak diikutkan dalam even give away Pak Azzet. Berhubung sesuai dengan temanya, sekalian saja kuikutkan. Ini kali kedua aku mengikuti give away Pak Azzet. Yang pertama dulu tentang Asyiknya Ngeblog, dan tidak menang. Itu pertama kalinya aku ikut even give away di blog, lho. Kebetulan saat itu aku menulis tentang Asyiknya Ngeblog, lalu Windi Teguh menyuruhku mengikutsertakannya ke even GA Pak Azzet yang kebetulan temanya serupa.

Awalnya aku kurang berminat mengikuti even give away blogger, karena hadiahnya sedikit (jujur, xixixixi….). Tetapi setelah kuikuti, banyak manfaat yang kudapatkan. Dulu, waktu belum ikutan even-even GA seperti ini, jarang sekali pengunjung yang meninggalkan komentar di postinganku. Padahal, kalau melihat statistik blog, banyak juga yang membaca tulisanku. Eh, kenapa ya kok mereka tidak meninggalkan komentar? Setelah mengikuti even-even GA, aku baru mengerti. Rupanya ada etika nge-blog. Even GA itu adalah salah satu cara untuk mengeratkan silaturahim di antara blogger. Dengan mengikuti GA, otomatis kita meninggalkan komentar di penyelenggara, menjadi followernya, penyelenggara juga mungkin berminat menjadi follower kita, lalu di kemudian hari akan saling blogwalking.


Jadi, kali ini pun aku mengikuti even GA terbaru dari Pak Azzet. Temanya tentang “Senangnya Hatiku.” Banyak hal yang membuat hatiku senang, tapi akan kuceritakan yang paling baru yaaaa…. Aku senang karena sudah tidak memakai pembantu tumah tangga lagi. Lho? Kok senang? Bukannya kerjaan rumah jadi semakin berat? Apalagi ketiga anakku masih kecil-kecil. Yang dua masih balita, yang satu masih bayi umur 3,5 bulan. Rumahku jauh dari tetangga dan saudara. Suami berangkat kerja pagi, pulang malam. Nyaris tak ada yang membantuku.

Menjadi ibu rumah tangga dengan tiga anak yang masih kecil-kecil memang cukup berat. Itu kenapa aku minta tambahan satu pembantu lagi, setelah anak ketigaku lahir. Rasanya aku tak sanggup melakukan semuanya sendiri: mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh tiga anak yang masih di bawah umur 5 tahun. Sebelumnya, aku memakai Bibi Cuci-Setrika. Masuk jam 6 pagi, pulang jam 10 pagi. Tapi sejak anak ketigaku lahir, aku merasa kewalahan. Dua kakaknya lincah-lincah, berlarian ke sana kemari sambil berteriak-teriak, mengganggu dede bayinya yang asyik menyusu. Otomatis,  bayiku susah memejamkan mata dan harus digendong terus. Bagaimana aku bisa mengasuh kakak-kakaknya yang masih harus dibuatkan susu, disuapi makan, dan dimandikan?

Aku pun mendapatkan satu pembantu lagi, khusus mengasuh dua anakku, selain yang bayi. Anak yang bayi kuasuh sendiri. Jadi aku bisa konsentrasi memberikan ASI Eksklusif. Pembantuku yang kedua itu bukan orang yang cepat tanggap, kerjanya cenderung lelet, dan harus selalu diberitahu apa yang harus dikerjakan. Kalau aku tidak menyuruhnya memberi makan anak-anak, dia mesti tidak memberi makan anak-anak. Aku harus mengawasinya terus menerus dan menanyakan hal yang sama setiap hari. “Bi, anak-anak udah disuapin? Bi, nanti sebelum pulang, anak-anak dimandikan dulu ya….”

Si bibi yang kedua ini, masuk pagi pulang sore. Tapi, karena dia cenderung lelet, sering sekali pekerjaannya tak selesai. Kalau tidak ditegur, anak-anakku sering tidak dimandikan dan disuapi makan. Malah dia lebih sering tidur. Kalau anak-anak sudah berangkat sekolah dan dia tidak ada kerjaan, tahu-tahu terlelap, menggelesor di lantai. Yah, itulah suka dukanya. Sukanya, pekerjaanku memang terbantu. Setidaknya, anak-anak bisa makan tiga kali sehari karena ada yang menyuapi. Kalau sebelumnya, aku sering terlambat memberi makan karena sibuk mengurus si bayi.

Nyapu dibantuin Ismail (cuma akting :-D)

Sampai akhirnya, si bibi cuci iri dengan pekerjaan si bibi pengasuh, Si bibi cuci ini melihat sendiri bagaimana santainya si bibi pengasuh. Jam sepuluh sudah leha-leha, duduk di sofa sambil memperhatikan si bibi cuci mengepel. Di dalam benak si bibi cuci, “enak banget ya, kerja santai, gajinya lebih besar dari gajiku.” Memang, gaji mereka kubedakan, karena si bibi pengasuh kan kerjanya dari pagi sampai sore,  jadi dapat gaji lebih besar. Si bibi cuci mengeluhkan hal itu kepadaku. Wah, aku jadi bingung, bagaimana ini? Kalau gaji si bibi cuci dinaikkan, bisa jebol kantungku. Terpaksa deh, si bibi pengasuh kukurangi jam kerjanya dan otomatis kukurangi juga gajinya, jadi sama dengan si bibi cuci. Teteeeep… si bibi cuci tidak terima, dia maunya gajinya dinaikkan. Kalau dia minta dinaikkan, nanti si bibi pengasuh minta dinaikkan juga.

Bukannya pelit, tapi memang keuangan keluargaku juga belum stabil, masih banyak cicilan kredit. Ambil dua pembantu saja terpaksa dan niatnya hanya sampai dede bayi berusia 6 bulan. Si bibi cuci mengancam akan berhenti kerja kalau  gajinya tidak dinaikkan, ya sudah aku terima ancamannya. Jadi bukan aku yang memberhentikannya. Aku pun mengambil alih tugasnya, mencuci baju sendiri. Hanya saja menyetrika kuserahkan ke si bibi pengasuh dengan catatan, gajinya kunaikkan. Jadi aku hanya pakai satu pembantu. Baru seminggu berlalu, tahu-tahu si bibi pengasuh ikut berhenti kerja. Katanya sakit dan merasa tidak enak karena si bibi cuci dipecat, padahal dia sudah lama  bekerja denganku.

Nyetrika dibantuin Sidiq (cuma akting :-D)

Duh, aku tidak memecat. Aku kan tidak menyanggupi permintaannya, dan kalau tidak kusanggupi, dia memang mengundurkan diri. Sudahlah, aku pusing juga jadinya. Terbayang pekerjaan rumah bejibun. Kenapa urusan dengan pembantu ini malah mempersulitku? Aku mendiskusikannya ke suami, dan dia menyerahkan semuanya kepadaku. Baiklah. Kuputuskan untuk tidak memakai jasa pembantu sama sekali. Akan kutunjukkan bahwa aku bisa melakukan semuanya sendirian.

Ya, memang, mulanya badanku pegal-pegal. Pekerjaan rumah tangga bukan hal sepele, apalagi ditambah dengan mengasuh tiga anak kecil-kecil. Alhamdulilah, mungkin karena niatku kuat, semua teratasi. Caranya, pekerjaan dilakukan sedikit-sedikit, jangan menunggu banyak. Misalnya, nyuci baju biarpun baru sedikit, ya dicuci saja. Jangan ditumpuk. Nyuci piring dan nyetrika juga begitu. Tadinya kupikir aku bakal tidak bisa mengetik lagi, karena di hari-hari pertama, badanku pegal-pegal dan mata mengantuk sampai tidak sanggup menyalakan komputer. Syukurlah, itu tidak berlangsung lama. Tubuhku mulai terbiasa, dan aku bisa mengetik lagi di malam hari, meskipun siang harinya kerja rodi, hihihihi…..

Kini, supaya tidak pegal-pegal, semua pekerjaan kulakukan dua hari sekali, kecuali nyuci piring, urus anak, dan memasak yang harus tiap hari. Alhamdulillah, kalau hari libur, suamiku mau membantu. Lumayan bisa mengistirahatkan badan.Uang belanja pun bisa dialokasikan ke hal lain, yang tadinya banyak buat bayar pembantu, sekarang bisa ngasih-ngasih ke orang tua dan sodara-sodara. Bisa juga buat beli bajuku dan anak-anak. 

Senangnya hatiku, teringat kisah Fatimah RA, putri Rasulullah Muhammad SAW yang meminta pembantu rumah tangga, ketika merasa tak sanggup lagi melakukan pekerjaan rumah tangga. Rasulullah menyuruhnya pulang kembali, tanpa diberikan seorang pembantu pun, dan menganjurkan Fatimah untuk melafalkan tasbih, tahmid, dan  takbir setiap kali merasa lelah setelah melakukan pekerjaan rumah tangga. Jika Fatimah—yang anak pembesar Mekkah waktu itu—tidak mendapatkan bantuan seorang pembantu, mengapa pula aku gusar? Ketika Asma bertanya kepada Rasulullah, bila lelaki mendapatkan pahala jihad dari kepergian mereka ke medan perang, bagaimana dengan para wanita? Rasul menjawab, bahwa wanita juga mendapatkan pahala jihad dari pekerjaan mereka di rumah; menjaga harta suami, mengurus rumah, dan mendidik anak-anak. Subhanallah! Hiburan apa lagi yang mesti kita cari, wahai ibu rumah tangga, selain pengkabaran bahwa kita akan mendapatkan pahala jihad dari tugas-tugas rumah tangga yang kita lakukan?

Memang sih, pekerjaan rumah tangga itu benar-benar tidak ada habisnya. Kalau boleh milih, aku lebih milih pergi ke kantor, berdesakan di kereta api, dan diomeli bos, daripada melakukan pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak. Tapi, pekerjaan apa pun, kalau dilakukan dengan keikhlasan, hasilnya memang berbeda. Hati senang dan tiada beban. Yah, meski tetaaaap… malam sebelum tidur, pekerjaan rutinku bertambah: memijat kedua kaki yang pegal-pegal.

---------------------------------------

Alhamdulillah, tulisan ini memenangkan GA Pak Azzet dan mendapatkan hadiah buku. 

19 comments:

  1. Mba leyla hebaaaat.bisa ngerjain semuanya.msh bisa nulis lg

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillaah... ya meski harus super sabaar :)

    ReplyDelete
  3. keren mba! saya anak baru satu aja berasa heboh banget :D
    tapi bener, lebih enak tanpa art & hidup jg lebih tenang..
    susah dapet art yg oke.. yg ada malah jadi kesel sendiri klo art-nya lelet..

    ReplyDelete
  4. Sgt mengispirasi. Terutama unt ibu2 muda sepertiku yg baru mendapatkan anak kedua. Hampir putus asa karna anak kedua yg baru lahir suka ngajak begadang semalaman sedang anak pertama yg baru 3 tahunan msh suka cemburu dan msh butuh perhatian. Jika mbak yg punya anak 3 bisa masak yg baru dua kayak aku ngak...iya ga sih. Hehe

    ReplyDelete
  5. Sip, semoga barokah mbak Dan dilimpahkan rejeki, beruntung suami memiliki anda, seorang istri yang telaten, ganbatte kudasai.

    ReplyDelete
  6. Sip, semoga barokah mbak Dan dilimpahkan rejeki, beruntung suami memiliki anda, seorang istri yang telaten, ganbatte kudasai.

    ReplyDelete
  7. Supeeèeeeer.... aku baru punya satu sj sdh mrs kerepotan. Makasih ya mba. Jd punya smgt baru

    ReplyDelete
  8. Halo mb, salam kenal.. tulisannya sangat menginspirasi dan membuat saya lebih yakin lagi bisa hidup tanpa ART dengan 3 balita jg mbak (4th, 3th, dan 5 bln). Rencananya setelah lebaran nanti saya jg ingin melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan ART mbak. Semoga saya bisa seperti mbak. Terimakasih

    ReplyDelete
  9. Halo mb, salam kenal.. tulisannya sangat menginspirasi dan membuat saya lebih yakin lagi bisa hidup tanpa ART dengan 3 balita jg mbak (4th, 3th, dan 5 bln). Rencananya setelah lebaran nanti saya jg ingin melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan ART mbak. Semoga saya bisa seperti mbak. Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba rahayu gmn? Berhasilkah hidup tanpa ART? Sharing dong mba.. Saya jg ingin ga pke ART lg stlh lebaran. ART bnyk bikin mkn hati nya.

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
  10. Wow... hebat masih bisa nulis, ini yg blm sy wujudkan Mb.. bagi resep donk ..ttp bisa berkreasi

    ReplyDelete
  11. Wow... hebat masih bisa nulis, ini yg blm sy wujudkan Mb.. bagi resep donk ..ttp bisa berkreasi

    ReplyDelete
  12. Mba Leyla hebat.. Ga ada ART apakah anak2 lebih terkontrol mba? Anak saya yg besar 2thn9bln yg kecil 1.5bln. Sama seperti pengalaman mba, anak yg besar triak2 n usil ganggu adiknya menyusu. Sedangkan ART gaya nya makin bikin pusing ditambah suka clepto..

    ReplyDelete
  13. Mba Leyla hebat.. Ga ada ART apakah anak2 lebih terkontrol mba? Anak saya yg besar 2thn9bln yg kecil 1.5bln. Sama seperti pengalaman mba, anak yg besar triak2 n usil ganggu adiknya menyusu. Sedangkan ART gaya nya makin bikin pusing ditambah suka clepto..

    ReplyDelete
  14. Hebat mbak..saya baru satu udah mw peccah ini kepala hehehehe

    ReplyDelete
  15. Benar sekali, Islam sangat mengapresiasi kerja seorang ibu rumah tangga. Rasulullah tidak memberikan Fatimah seorang pembantu yang diinginkannya, sebaliknya mendapat motivasi besar untuk mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Namun ada kalanya, seorang ibu rumah tangga juga berprofesi di luar rumah. Atau boleh jadi, dia punya orangtua lansia yang perlu diurus sementara dia sendiri tidak memiliki keterampilan merawat lansia. Pusiiingggg.... Bagaimana solusinya, mbak?

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....