Tuesday, September 17, 2013

Perlindungan Kesehatan untuk Hidup Lebih Tenang


Saya dan Bapak
“Hmmm.. Bapak tidak pakai asuransi ya?” Dokter bertanya sambil memandangi bapak saya, sebelum menentukan obat apa yang akan diresepkan kepadanya. Bapak saya menjawab,

“Tidak.”

Terlihat sekali Pak Dokter kesulitan meresepkan obat yang terjangkau oleh keuangan bapak saya,  tanpa adanya perlindungan asuransi.

“Ini pengobatannya akan lama. Sepertinya Bapak akan bergantung pada obat. Penyakitnya sudah kronis. Kalau pakai asuransi kan enak. Uang untuk obat bisa digunakan untuk keperluan lain. Lumayan kan tiap berkunjung menghabiskan ratusan ribu,” Dokter menjelaskan.


Saat itulah, saya yang kebagian menemani Bapak memeriksakan kesehatannya di rumah sakit, semakin menyadari pentingnya perlindungan kesehatan bagi keluarga, terlebih di masa tua. Bapak saya divonis terkena penyakit diabetes dan tekanan darah tinggi yang terjadi karena kesalahan pola makan. Kalau dari garis keturunan, tidak ada keluarga Bapak yang terkena diabetes. Beberapa tahun belakangan, Bapak suka mengonsumsi makanan yang manis-manis. Saya ingat kalau berbuka puasa, dia bisa minum lebih dari tiga gelas besar sirup.
 
Kejadian kemarin bukan kejadian pertama yang mengingatkan saya mengenai perlindungan kesehatan, terutama di masa tua. Dulu, tetangga saya juga kesulitan memperoleh biaya berobat untuk ibunya yang terkena stroke dan harus dirawat di rumah sakit dengan biaya sehari Rp 1 juta. Lalu, teman suami saya menawarkan rumah kakeknya yang dijual untuk membiayai pengobatan sang kakek yang katanya bisa menghabiskan dana ratusan juta. 

Tak ada orang yang ingin sakit, apalagi sakit berat. Semua pasti ingin merasakan kondisi tubuh yang enak, nyaman, dan terbebas dari rasa sakit. Tak heran, orang dengan penyakit kronis cenderung akan menempuh jalan apa pun demi mengobati penyakitnya, sekalipun itu tidak logis. Masih ingat dengan dukun cilik, Ponari, yang konon bisa mengobati sakit dengan perantara batu? Berbondong-bondong orang datang kepadanya untuk minta diobati, karena Ponari hanya meminta biaya seikhlasnya.

Kondisi ekonomi yang kurang mampu, menyebabkan orang kesulitan berobat ke rumah sakit. Sekali berobat di rumah sakit swasta, bisa menghabiskan uang minimal Rp 300 ribu. Itupun sudah menggunakan resep obat generik. Jika dirawat, sehari bisa Rp 1 juta (sudah dengan dokter dan obat), tergantung jenis penyakitnya. Dalam kondisi ekonomi yang pertengahan semacam bapak saya, tidak mungkin mengurus kartu Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Kami bukan keluarga miskin, tetapi juga akan kelimpungan bila membiayai semua pengeluaran rumah sakit dari kantong sendiri. 

Gaya Hidup Sehat untuk Akhir yang Baik

Ada-ada saja penyakit zaman sekarang ini. Masih muda saja sudah sakit. Teman kantor  suami saya, meninggal di usia 40 tahun karena serangan jantung. Rasanya jadi aneh kalau mendengar ada orang yang masih hidup di usia 40 tahun, seperti orang tua si bibi (pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah saya). Bahkan beliau masih bisa berkebun. Hebat, kan? Bandingkan dengan orang-orang dari kelompok menengah ke atas, baru berusia 50 tahun saja (seperti bapak saya), sudah terkena beraneka ragam penyakit. Membandingkan kesehatan keduanya, tentu juga harus membandingkan gaya hidupnya. Memang ada perbedaan yang drastis di antara keduanya:

  1. Makanan Alami: Orang-orang kampung, makananannya lebih alami. Sebagian besar hasil tanam dan beternak sendiri. Keluarga si bibi juga menanam sayur sendiri (walau tidak semua jenis sayuran), juga memelihara ayam dan kambing yang diberi makanan alami (rumput dari daerah sekitar). Bandingkan dengan orang kota yang semuanya mesti beli dari hasil perkebunan dan peternakan massal. Bukan rahasia lagi kalau pertanian dan perkebunan massal menggunakan Pestisida (racun serangga) untuk melindungi tanaman. Pestisida itu menempel pada sayuran dan buah-buahan, sehingga harus dibersihkan benar-benar. Itupun belum tentu bisa bersih sepenuhnya. Ada pilihan sayuran yang tidak memakai Pestisida, tapi harganya sangat mahal. Begitu juga dengan hewan ternak. Ayam kampung memang tersedia, tapi harganya dua kali lipat daripada ayam broiler (ayam yang menggunakan hormone pertumbuhan supaya cepat besar). Sedangkan harga ayam broiler saja sedang melambung tinggi. Mau menanam sendiri, tidak ada lahan yang tersedia. Kebanyakan tinggal di kompleks perumahan dengan lahan terbatas.  
  2. Makan Berlebihan: Orang-orang kota juga cenderung mengonsumsi makanan lebih banyak daripada orang kampung. Pilihan makanannya pun tidak mendukung gaya hidup sehat, tinggi kalori, dan tinggi gula. Ya, memang enak sih, tapi tabungan penyakitnya juga banyak. Kolesterol, asam urat, diabetes, tekanan darah tinggi, sampai kanker. 
  3. Aktivitas Fisik: Bapak saya juga dinasihati oleh dokter agar memperbanyak berolahraga. Kenyataannya memang beliau tidak pernah berolahraga, terlebih setelah pensiun. Ke luar rumah pun tidak, kecuali terpaksa. Otomatis jadi kurang menghirup udara segar. Aktivitas orang-orang perkantoran sangat minim aktivitas fisik. Kebanyakan hanya duduk di depan komputer, dan sesekali berdiri untuk ambil minum atau ke toilet. Lain dengan orang kampung, terutama yang berativitas di kebun dan kandang, pergerakan tubuhnya lebih banyak. Walaupun tidak berolahraga dalam bentuk gerakan-gerakan beraturan, tetapi jantung terus memompa optimal dengan adanya pergerakan fisik yang banyak.
Apakah sulit mendapatkan kesehatan? Gaya hidup sehat sebenarnya tidak sulit, asal mau bersungguh-sungguh melakukannya. Berikut tips-tipsnya:

  • Pilih makanan yang tidak mengandung bahan pengawet, pewarna makanan berbahaya, dan pemanis buatan. 
  • Cuci bersih sayur mayur dengan air hangat yang mengalir untuk meminimalisir kandungan Pestisida. 
    Petani sedang menyiram sayuran dengan Pestisida
  • Batasi mengonsumsi ayam broiler, ganti dengan ikan segar. Ikan pun tak terhindarkan dari pegawet berformalin, jadi harus pandai-pandai memilihnya. 
  • Kurangi konsumsi makanan berlemak, karena berpotensi meningkatkan serangan jantung. 
  • Kurangi pemakaian garam dan MSG (penyedap rasa) dalam pengolahan makanan, karena berpotensi meningkatkan serangan hipertensi. 
  • Kurangi mengonsumsi gula, karena berpotensi meningkatkan serangan diabetes. 
    Di antara penyebab diabetes
  • Olahraga teratur dan sering jalan-jalan menghirup udara segar. Di daerah perkotaan seperti Jakarta, jalan-jalan sehat bisa ke daerah Bogor (Kebun Raya Bogor). Di daerah perkotaan lain, tentu ada daerah pinggir kota yang menawarkan udara segar dari pepohonan rindang.
Pentingnya Perlindungan Kesehatan Bagi Keluarga Melalui Produk Asuransi Kesehatan

Namun, datangnya penyakit bisa tak terduga. Sekalipun kita sudah berusaha hidup sehat, bukan tidak mungkin terkena penyakit. Kita memerlukan perlindungan kesehatan dalam bentuk biaya rawat jalan dan rawat inap, salah satunya melalui jasa asuransi. Beberapa perusahaan memberikan tunjangan asuransi bagi karyawannya, beberapa yang lainnya tidak. Tunjangan asuransi pun sering kali terbatas, misalnya hanya untuk dua anak. Otomatis, anak ketiga dan seterusnya, perlu dilindungi oleh asuransi lain. 





10 comments:

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....