Saturday, September 14, 2013

Rainbow: Tak Selalu Ada Pelangi Selepas Hujan


Rainbow
Rencana yang sempurna untuk malam yang sempurna. Syukuran Anniversary pertama, Akna dan Keisya. Hidangan Ratatoille Ou Micro Ondes, salah satu masakan Perancis yang sangat dikuasai oleh Keisya dan disukai Akna, terpaksa harus dimasukkan ke dalam lemari es karena Akna tak jadi pulang malam itu. Suara di telepon memberitahu Keisya bahwa Akna mengalami kecelakaan. Tragisnya, Akna harus merelakan kaki kanannya diamputasi! 

Anda, para istri, bagaimana perasaan Anda bila suami yang gagah, tampan, mapan, mengalami kecelakaan dan salah satu bagian tubuhnya diamputasi? Naudzubillahimindzalik… Jangan berandai-andai sesuatu yang buruk, ah. Saya pun masih bingung menjawab pertanyaan ini. Bagaimana ya? Apakah saya masih bisa menerima suami saya kelak? Duh, istri macam apa saya ini masih bertanya soal itu? Setia, dooong! Setia kayak si Keisya tuh!

Masih ingat tidak, kasus artis Gugun Gondrong yang divonis terkena kanker otak dan mengalami kemunduran otak? Perilakunya jadi seperti anak kecil lagi, padahal dia baru saja menikah. Kisah Keisya di Novel Rainbow karangan Eni Martini dan diterbitkan oleh Elex Media Komputindo ini mengingatkan saya pada kisah Gugun. Maklum, emak-emak penggemar infotainment, xixixixi….

Selama setahun, televisi menyajikan kesetiaan istri Gugun yang tetap semangat mendampingi Gugun berobat dan kembali hidup normal. Bahkan, ajaibnya, sang istri bisa hamil pula! Sayangnya, ketika anak mereka berusia 2 tahun (kalau tidak salah), sang istri mengajukan cerai karena sudah tak tahan lagi akan sikap Gugun yang temperamental. 

Kasus Akna demikian pula. Temperamental. Keisya sama sekali tak menyangka suaminya akan menjelma menjadi sosok yang asing setelah kecelakaan itu. Suami yang dulunya baik, perhatian, ramah, manis, romantis, berubah menjadi monster menakutkan yang membuat Keisya ketakutan. Wajar sih, secara logika, orang yang kehilangan salah satu bagian tubuhnya secara tiba-tiba tentu mengalami syok, perasaan tidak terima, dan akhirnya temperamental. 

Saat kita menikah, kita tak hanya harus bisa menerima pasangan apa adanya, tetapi juga umur pasangan. 

Kalimat itu masih terngiang di telinga saya, diucapkan oleh salah seorang penulis senior yang sering menulis buku-buku tentang pernikahan. Umur pasangan, berarti kita harus siap bila sewaktu-waktu ditinggalkan oleh pasangan karena dia meninggal lebih dulu. Itu bisa terjadi kapan saja, bahkan tak terduga. Bisa nanti ketika sudah sama-sama tua, bisa juga baru tiga bulan menikah, pasangan berpulang ke rahmatullah.

Setelah membaca Novel Rainbow, saya mendapatkan nasihat tambahan.

Saat kita menikah, kita tak hanya harus bisa menerima pasangan apa adanya, tetapi juga perubahan yang akan terjadi padanya selama waktu berjalan

Perubahan. Ya, itulah yang dihadapi oleh Keisya. Setelah setahun menikah, Akna mengalami perubahan tak hanya satu kaki yang diamputasi, melainkan juga sikap dan temperamennya. Kesabaran Keisya benar-benar diuji, bukan hanya sabar menerima fisik Akna yang cacat, melainkan juga sabar menghadapi sikap dingin, ketus, temperamental yang mendadak diidap oleh suaminya. 

Saya menikmati benar membaca Novel Rainbow. Sejak bab pertama, sudah disuguhi konflik yang menguras emosi, geregetan, gemas, sampai tertawa-tawa. Eni Martini dapat mengemas sebuah novel romantis yang tragis, tetapi humoris. Gaya bercerita yang cepat, mudah dicerna, tetapi membekas di hati, membuat novel ini bisa dibaca hanya dalam waktu satu malam.

Kover novel ini sesuai dengan judul dan isinya: Rainbow. Ilustrasi bak lukisan dengan gradasi warna-warni, indah dan romantis. Ilustrasi di bagian dalam pun memperlihatkan gambar payung, benda yang dipakai saat hujan. Font yang digunakan mendukung kenyamanan saat membaca.  

Namun, berkenaan dengan isi cerita, sejujurnya, saya dibuat gemas oleh Keisya.  Iya, memang, ketika Akna baru selesai dioperasi, Akna tak mau didekati oleh Keisya. Keisya syok karena diusir oleh suaminya. Dan seterusnya, Keisya justru menjauhi Akna. Bayangkan gimana gak gemas, tidur seranjang tapi saling memunggungi, tidak saling menyentuh, dan berlangsung berbulan-bulan! Konon katanya Akna malu karena sudah cacat. 

Well, kalau saya.. (jiyaaah…) gak akan kuat diam-diaman sama suami berbulan-bulan, apalagi masih tidur seranjang. Wong gak tidur seranjang pun, marahan cuman tiga hari, lalu sayang-sayangan lagi. Apalagi tidur seranjang, pasti ada insiden kecil yang menimbulkan “sesuatu,” semacam gak sengaja menyentuh kaki pasangan, gak sengaja memeluk waktu balik badan, dan banyak lagi.  Suami pasti akan lebih gak kuat lagi kalau gak menyentuh istrinya berhari-hari, bahkan berbulan-bulan! 

Saya lebih bingung lagi pas Keisya melarikan diri dari Akna setelah Akna “memperkosanya.” Ini aneh, sebenarnya. Suami  memperkosa istri? Setelah berbulan-bulan istri melalaikan tugasnya, suami dituduh memperkosa istri? Dari sisi Akna, adalah wajar apabila terjadi perubahan sikap setelah musibah besar yang menimpanya. Dan wajar juga kalau Akna kemudian “memperkosa” Keisya, wong berbulan-bulan “dibiarkan.” Jadi, mestinya Keisya menerima, bukan kabur. Malah kalau perlu, ditambah dengan pelayanan lain yang memuaskan. Sebagai istri, seharusnya Keisya berjuang semaksimal mungkin untuk mengembalikan semangat Akna, bukan malah pasrah, cengeng, dan ujung-ujungnya... kabuur…. 

Oke, Keisya memang berjuang menyelamatkan ekonomi keluarganya karena Akna di-PHK, tetapi bagi seorang lelaki, dukungan istri dari segi psikis jauh lebih penting. Agak janggal juga, apa benar kalau orang cacat kaki lalu jadi tidak bisa bekerja? Kalau “hanya” cacat kaki, rasanya masih banyak pekerjaan yang bisa dilakukan, apalagi Akna mampu membeli kaki palsu. Sayangnya, Keisya ini hanya fokus pada penyelamatan dalam hal ekonomi, tapi membiarkan suaminya menderita dalam kesepian dan keterpurukan. Di balik sikap lemah lembut Keisya, justru Keisya inilah tokoh antagonis di dalam novel ini. 

Yaaa… kalau Keisya gak begitu, di mana konfliknyaaa? Justru sikap Keisya yang begitu itu yang bikin geregetan, wkwkwkwkwk… Dan mungkin memang ada tipe istri yang seperti itu, yang merasa sudah menjadi pahlawan ketika mampu menyelamatkan kondisi ekonomi keluarga, tetapi gagal menyelamatkan perasaan suaminya. Lalu, siapakah yang menyelamatkan pernikahan Keisya dan Akna? Kalau saya sebutkan, bisa jadi spoiller dong. Baca saja di novel seharga Rp 37.800 ini. 

Tak selalu ada pelangi selepas hujan, tetapi Novel Rainbow menyajikan kisah seindah pelangi. Jika diratingkan 1-5, saya berikan rating 4 untuk novel  ini. Bravo, Eni Martini!

Membaca Rainbow-Eni Martini
Judul        : Rainbow: Akan Selalu Ada Kesempatan Kedua
Pengarang: Eni Martini
Penerbit    : Elex Media Komputindo
Terbit        : Juli, 2013
Halaman   : 208 
ISBN        : 9786020216096
Harga       : Rp 37.800


20 comments:

  1. Ngakak tertahan ketika membaca: Keisha lah tokoh antagonis dalam novel ini.
    tahu ga mba, aku tuh jatuh cinta sama ekspresi Liv Tyler di film HULK...bibirnya, matanya, suaranya: It's ok...it's ok....

    ReplyDelete
  2. wis pokoke baca tulisan mbak leyla apapun slalu bikin senyum2 deh

    ReplyDelete
  3. aku nangis lho baca renbo. soale segala kemungkinan macam kisah di renbo bisaterjadi pada siapa aja.ngeri.

    ReplyDelete
  4. wah jadi penasaran tapi kondisi keuangan sedang tidak memungkinkan, nunggu gajian ah...

    ReplyDelete
  5. yang penasaran hubungi penulisnya :P

    ReplyDelete
  6. aku menggalami apa yg keisya alami dik, suami depresi karena tiba-tiba harus cacat, dan tidak mudah mengembalikan kepercayaannya, aku yg udah 13 tahun menikah dg suamiku aja bingung, harus bersikap,jadi bener keisya mendingan kabur hahaha..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mba Triana, tadinya mau kusebutkan jg namamu sebagai contoh kasus yg tabah dan istri setia :D

      Delete
  7. Mba Triana..diam-diam aku sempat terkejut, mengapa jadi seperti posisimu, tapi aku tak berani mengungkapkan. hanya berharap maknanya tersampaikan, setidaknya bisa kasih sedikit 'penghiburan', bahwa...kau tidak sendiri.
    Meski RAINBOW belum seindah pelangi sungguhan. penulisnya belum terlalu cerdas hehehehhe

    ReplyDelete
  8. bener juga, bun. kalo didiemin lama-lama apalagi udah suami istri, apa ya tahan? hahaha :P tp memang laki-laki punya kecenderungan ada di "gua"nya ketika dia ngerasa ga nyaman dia milih diem. entah kapan keluarnya dari "gua" ya tergantung pinternya istri bujuk suami :D

    ReplyDelete
  9. Iya baca buku Mbak Eni tuh nyaman enak dibaca dan ngalir begitu aja. Semoga dapat memenangkan hadiah sesuai harapan ya Mbak Ley.

    ReplyDelete
  10. makasih buat semua apreasiasinya, semangat juga pada bertelor buku yah

    ReplyDelete
  11. Rentang waktu pernikahan, pastinya banyak sekali perubahan ya mbak.Entah kita ataupun suami yang berubah.

    ReplyDelete
  12. Halo mbak Leylaa, baru sempet kunjungan balik niih hehehe... wih aq bru tau lho akhirnya mas Gugun en istrinya cerai #kemaneajeee maybe pertimbangannya ke anak kali yaa, bukan dari pribadi istrinya #gosiiipajeee :D

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....