Friday, October 4, 2013

Cintaku Tertambat di Perpustakaan


Daripada bengong di dalam kelas yang kosong, Camar benar-benar melangkahkan kaki ke perpustakaan. Ia sudah suka membaca buku sejak kecil, karena Mama sering memberikannya buku cerita. Ketika ia melihat penjaga perpustakaan, ia merasakan sebuah chemistry, membayangkan kelak dirinya menempati posisi itu, mengabdi kepada buku-buku. Petugas Perpustakaan cukup ramah, meski sering galak juga terhadap para siswa yang terlambat mengembalikan buku, bahkan menghilangkannya. Sebagaimana lazimnya sebuah perpustakaan, di tempat itu juga dilarang bersuara berisik. Benar-benar harus fokus membaca.

“Hai, mau cari buku apa?”
Camar sungguh terkejut ketika orang yang tidak diharapkannya muncul di hadapannya dan menyapanya!
“Masih ingat denganku, kan?” tanya Anto. Camar pura-pura tersenyum. Aduh, gawat. Sepertinya Anto juga penggemar perpustakaan. Kalau sering ke perpustakaan, bisa-bisa ia bertemu lelaki itu terus.
“Masihlah. Aku mau cari buku Akuntansi, besok ada ulangan,” jawabnya, sambil berpura-pura sibuk mencari buku yang dimaksud. Padahal, tadinya dia mau mencari novel, meskipun perpustakaan itu hanya menyediakan novel-novel karya Pujangga Lama. Sepertinya harus ada yang mengusulkan kepada Kepala Perpustakaan agar koleksi buku mereka ditambah.
“Aku bantuin, ya,” Anto menunjukkan sikap sok pahlawannya—setidaknya itulah yang ada di benak Camar. Sedikit banyak, Camar jadi ge-er karena ada cowok yang menunjukkan perhatiannya kepadanya. Ups, tapi dia kan sedang jatuh cinta kepada Bayu? 
------------------------------------------------------------------
 Kisah di atas hanya penggalan cerita di dalam novel saya yang masih belum diterbitkan, alias masih menanti jodoh penerbit. Ceritanya memang berkisah tentang Camar, gadis yang hobi ke perpustakaan, bahkan kelak dia menjadi Librarian, atau petugas perpustakaan (Pustakawan). Mengapa saya bisa menangkap Librarian sebagai profesi di dalam novel itu? Tentu itu juga ada kaitannya dengan kegemaran saya ke perpustakaan.
Sumber: Pinterest
Yap, perpustakaan adalah salah satu tempat kongko favorit saya, selain musola, semasa SMA dan kuliah dulu. Kenapa perpustakaan? Karena saya suka baca. Itu saja sih alasannya. Saya bisa baca dengan gratis selama berada di perpustakaan. Itu sangat menguntungkan bagi seorang siswi berbujet rendah seperti saya. Zaman SMA dulu, uang saku tidak pernah cukup untuk membeli buku (apalagi novel). Saya bahkan takjub kepada seorang teman yang hobi mengoleksi komik. Harganya waktu itu hanya Rp 3.000/ eksemplar, tapi bagi saya sangat mahal mengingat uang saku hanya Rp 2.000 untuk makan dan transport. 
Coba zaman dulu sudah kenal blog dan ikut giveaway blogger yang rata-rata hadiahnya buku ya, pasti saya kan bisa mengoleksi buku-buku, hehehe.... Itu sebabnya saya sering ke perpustakaan, meskipun koleksi buku di perpustakaan  SMA sangat terbatas dan kebanyakan buku lama. Saya justru jadi terbiasa membaca novel semacam Salah Asuhan, Sitti Nurbaya, dan novel-novel terjemahan semacam Drakula, juga novel detektif yang saya sudah lupa judulnya. Ketika saya lulus SMA dan menerbitkan novel pertama, saya langsung mengadakan bedah buku di SMA saya, dan menyerahkan beberapa buku untuk tambahan koleksi perpustakaan. Yang paling bangga sih kelihatannya guru bahasa Indonesia. Beliau tahu banget kalau saya hobi ke perpustakaan dan gak heran nilai bahasa Indonesia selalu bagus #tsaaaah..... 
Hobi membaca buku itulah yang membuat saya jadi hobi menulis dan saya harus berterimakasih kepada perpustakaan sebagai sarang buku. Ketika kuliah, saya juga masih menggemari perpustakaan. Sayangnya, perpustakaan kampus hanya menyediakan buku-buku ekonomi (karena saya kuliah di fakultas ekonomi), sedangkan saya sangat suka membaca novel. Untunglah, uang saku sudah agak lumayan jadi saya bisa menganggarkan membeli novel setiap bulan. Saya sudah beberapa kali mendapatkan honor pemuatan cerpen di majalah, jadi bisa digunakan untuk membeli novel.
Ketika mendekati skripsi, saya baru tahu ada perpustakaan besar, perpustakaan Jawa Tengah yang gak jauh dari kampus. Hadooooh... ke mana aja siiih? Soalnya, gedungnya besar sekali seperti gedung perkantoran. Namanya juga perpustakaan terbesar di Jateng. Tadinya saya ke sana mau pinjam buku-buku yang menunjang skripsi, eh di lantai bawah ada ruangan khusus novel. Wow, harta karun tuh! Akhirnya saya lebih banyak menetap di ruangan novel daripada nyari bahan skripsi. 
Setelah lulus kuliah, saya menjadi petugas perpustakaan! Yippiiie... Eh, enggak ding. Saya bekerja di sebuah penerbit yang kantornya berada di lantai dua sebuah perpustakaan Rumah Cahaya, Depok, milik Forum Lingkar Pena, Depok. Jadi, penerbit tempat saya bekerja itu, menyewa ruangan atas dari FLP Depok. Berhubung rumah saya jauh dari kantor, saya minta izin menginap bersama dengan Pustakawannya. Lagian dia kasihan juga tinggal sendiri di perpustakaan. Kalau siang memang ramai, tapi kalau malam kan sendirian.
Saat itu rasanya senaaaang sekali bisa berada di tengah buku-buku dan bebas mau baca buku apa saja, bahkan saya sampai  bosan baca buku saking banyaknya. Buku-bukunya juga up to date, walaupun akhirnya saya tidak bisa membaca semuaya karena saya sudah capek baca naskah-naskah kiriman penulis. Lah, saya kan menjadi yunior editor yang tugasnya menyeleksi naskah, sebelum dievaluasi lagi di rapat redaksi.
Sayangnya, setelah menikah, saya terpisah jauh dari perpustakaan. Saya sudah tidak bekerja lagi, karena memutuskan untuk menjadi penulis lepas, dan bahkan sudah tidak pernah lagi ke perpustakaan. Terakhir kali ke perpustakaan itu sewaktu diundang launching perpustakaan di kompleks sebelah, tapi jauh juga dari rumah saya. Perpustakaannya juga kecil, hanya satu ruangan. Namanya juga untuk anak-anak.
Impian saya ke depannya adalah mendirikan perpustakaan untuk anak-anak di kompleks ini. Eh ternyata di kantor RT sudah ada perpustakaan, hehehe... Sayangnya, perpustakaan itu tertutup, tidak dimanfaatkan secara optimal karena ruangannya terkunci, gak ada yang jaga. Padahal, perpustakaan itu sarang ilmu, karena di sana banyak buku yang dapat membuka wawasan.  
Semoga impian saya kelak dapat terwujud sebelum semua buku koleksi saya menguning lembarannya dan rusak dimakan rayap. 




13 comments:

  1. dulu,waktu kuliah paling mampir ke perpus buat bahan kuliah aja.tapi kerajingan baca2 itu waktu ngajar,serua ja kalo libur jalannya ke perpus kota sama satu lagi toko buku hehehe..
    aminnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn...turut mengaminkan ci

    ReplyDelete
  2. kalau saya pingin punya perpustakaan pribadi mbak

    ReplyDelete
  3. Tosss... saya juga penghuni setia perpustakaan Mbak. Sukses untuk GA nya yah Mbak Ela, moga menang :)

    ReplyDelete
  4. Suka ama kalimat:
    "Hobi membaca buku itulah yang membuat saya jadi hobi menulis dan saya harus berterimakasih kepada perpustakaan sebagai sarang buku."

    --> Makasih Mbak Ela udah ikutan Library Giveaway! ;)

    ReplyDelete
  5. sayang banget ya perpustakaan di RTnya
    semoga impiannya terwujud ya mba :)
    sukses juga GAnya ^^

    ReplyDelete
  6. klo gw rencananya bikin perpus pribadi buat majang semua komik2 yang gw punya
    good luck GAnya...

    ReplyDelete
  7. Saya selalu suka berada di perpustakaan ;)

    ReplyDelete
  8. Keren ide pembuatan Bukunya, Semoga segera di Aprove ya buku yg bisa menginspirasi orang utk suka membaca dan datang ke perpustakaan :-)
    Amiiin..

    ReplyDelete
  9. Sy dulu ke perpustakaan jaman SMA .. perpustakaan daerah di Makassar, memang banyak buku2 keren .. saya tergila2 Agatha Christie waktu itu .. sampai2 akhirnya mabuk dam gak mau baca lagi Agatha Christie hehehe

    Btw moga menang yaa

    ReplyDelete
  10. Blog-nya keren, kami senang sudah bisa berkunjung.

    ReplyDelete
  11. Waaaaah.. makasih ya untuk semua komennya. Ayo kita lestarikan perpustakaan supaya buku-buku terpelihara ^_^

    ReplyDelete
  12. Camaaaaar, suskes ya...aku ikut ach *nyoba

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....