Thursday, October 10, 2013

Persaingan Penulis Itu Keras, Jendral!


Copas status Bunda Linda Razad di facebook, tanggal 7 Oktober 2013. Beliau adalah editor di Penerbit Quanta, Elex Media, yang telah menerbitkan beberapa buku saya: Gado-Gado Poligami, Taaruf, Rahasia Pengantin Baru, dan yang akan terbit: Mitsaqan Ghaliza. Statusnya mungkin agak bikin deg-degan yaaa.....

 "Banyak orang bilang hidup ini kejam. Saya pun juga bilang begitu, karena saya sering berlaku "kejam". Beberapa naskah yang masuk terpaksa harus saya tolak. Inilah "kekejaman" yang menyakitkan, baik bagi penulis maupun bagi kami di penerbit.


Saya bisa merasakan betapa penulis sudah bersusah payah menghasilkan naskah dengan menyediakan waktu dan membaca berbagai referensi. Banyak pengorbanan yang harus dilakukan, tapi editor dengan mudah menolaknya.

Di era persaingan yang semakin "menggila" ini, banyak pertimbangan yang harus dilakukan ketika menerima sebuah naskah. Sepuluh tahun yang lalu, setelah buku terbit, penerbit dan penulis tidak perlu melakukan apa2 lagi. Penerbit cukup menunggu permintaan cetak ulang, dan penulis menunggu royalti.


Sekarang sudah tidak bisa lagi seperti itu. Tempat display di toko buku yang terbatas, dan semakin banyaknya buku yang masuk ke toko buku setiap hari, menyebabkan buku tidak bisa lama2 didisplay di floor. Hanya dalam waktu 1 bulan, buku akan langsung di-rak-kan (ditempatkan di rak, yang menyebabkan pengunjung sulit melihatnya). Dalam waktu 6 bulan kemudian, buku2 akan diretur oleh toko buku ke penerbit. Penerbit hanya punya 2 pilihan terhadap buku2 yang diretur ini, di-obral atau dimusnahkan. Hal yang sangat menyakitkan.

Saat ini bukan lagi masa keemasan bagi penerbit dan penulis. Ini adalah masa perjuangan dan kerja keras. Penerbit dituntut mencari terobosan baru untuk menjual buku, dan penulis dituntut harus lebih aktif lagi mempromosikan buku2nya di social media.

Beberapa penerbit saat ini ketika menilai naskah tidak hanya fokus pada isi naskah tersebut, tapi juga pada komunitas yang dimiliki penulis, dan seberapa aktif penulis dalam bersosial media. Semakin aktif penulis di sosmed mempromosikan bukunya, biasanya akan semakin baik penjualan buku penulis tersebut.

Sepuluh tahun yang lalu editor tugasnya hanya mengedit, sekarang harus bisa memasarkan buku2nya sendiri. Begitu juga penulis, tugasnya bukan hanya menulis tapi juga harus bisa mempromosikan bukunya.

Hidup selalu berubah, dan yang abadi hanyalah perubahan itu sendiri. Yang bisa melihat perubahan itulah yang akan bertahan. Katanya sih..." 

Soal naskah ditolak, jangankan penulis pemula, saya sendiri yang sudah berpengalaman menerbitkan buku, masih mengalami yang namanya naskah ditolak. Memang ada rasa sedih dan berpikir, apa naskah saya jelek ya? Tapi nyatanya, ditolak oleh Penerbit A, eh lolos di Penerbit B. Artinya, standar penilaian penerbit itu berbeda-beda.

Naskah yang masuk akan diseleksi dulu, tak hanya isinya, melainkan juga prospek pemasarannya. Wajar sajalah, karena penerbit mengeluarkan modal untuk menerbitkan naskah itu dan berharap modal itu akan kembali disertai keuntungan. Menerbitkan buku itu ternyata bukan masalah gampang. Menerbitkan hanya satu proses, proses yang tak kalah sulit adalah menjualnya. Saya sudah sering cerita di blog ini tentang toko buku yang sepi pengunjung dan buku-buku yang tidak dipajang di rak buku saking banyaknya buku yang masuk ke toko  buku. Mengenaskan. Jerih payah penulis rasanya tidak diharga secara maksimal. 

Nah, gimana kalau buku tidak laku? Haduuh.. kalau dimusnahkan rasanya kok gimana gitu ya? Mending dibagikan saja ke perpustakaan-perpustakaan. Soal buku yang langsung ditarik setelah 6 bulan, saya juga sering mengalaminya. Makanya, sekarang kalau ada yang mencari buku TAARUF atau buku-buku lain yang sudah lewat setahun masa terbitnya, saya juga kesulitan mencarikannya. Di toko buku yang dinamis, sudah tentu tidak dijual lagi, alias sudah ditarik. Mungkin adanya di toko buku yang stagnan, atau toko buku kecil yang tidak terlalu sering memperbarui stok bukunya.

Tak heran juga bila sekarang para penulis begitu giat mempromosikan bukunya di dunia maya. Persaingan penulis itu keras, Jendral! Jadi, maklumi saja kalau ada penulis yang sering membagikan foto bukunya, atau sering promo. Itu dalam rangka membantu penerbit. Kalau tidak begitu, bagaimana bukunya bisa dikenal dan dibeli? Tak cukup hanya memajang buku di toko buku atau mengandalkan penerbit.

Memang sih, ada beberapa penulis yang dispesialkan, seperti penulis yang sudah terkenal (artis, ustadz, motivator, public figure lain), tapi ya.. terima nasib saja kalau kita termasuk penulis yang dicuekin :D Ini mungkin juga menjawab pertanyaan mengapa sekarang saya lebih banyak ikut lomba menulis instan yang hasilnya juga instan, hehehe..... Dan bagi Anda yang masih kesulitan menembus penerbit (sebenarnya saya juga masih kok), status Bunda Linda itu bisa dijadikan masukan, seperti:

  • Mengikuti tren yang sedang bergulir, misalnya sekarang ini sedang tren novel romance. Asal disesuaikan dengan idealisme kita.
  • Menulis tema yang long lasting, alias gak ada matinya. Contohnya: buku pelajaran, buku tips-tips, buku masak :D
  • Aktif di sosial media, walaupun belum punya buku, sekadar untuk memperkenalkan diri. Makanya sering-sering tuh update blog. 
  • Menciptakan tema-tema yang menarik dan dapat memikat penerbit, plus calon pembaca, tentunya.
  • Terus menulis, memperbaiki kualitas.
  • Mencoba segala jenis genre tulisan, selama belum menemukan yang klik. Apalagi kalau Anda menjadikan menulis sebagai profesi, Anda harus bisa menulis apa saja. 
  • Jangan membatasi diri, mentang-mentang sudah punya buku, terus males deh ikut audisi-audisi menulis. 
  • Terus mencoba menembuskan naskah ke media apa saja, jangan pantang menyerah. Yang kuat akan bertahan.
  • dan lan-lain, pasti masih banyak tips lainnya. 


 

30 comments:

  1. jaman sekarang penlis juga terlibat langsung dalam promosi,bahkan dalam penjualannya pun ada yg punya stok sendiri di rumah ehehe...

    mbk,saya siap jd narasumbernya hehehe....kalo butuh setting Siak dan apapun saya siap berbagi kok,dengan senang hati...^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul, mba Hanna... karena begitulah sikonnya.
      Soal calon novel itu entah kapan ngegarapnya hehe.... belum ada idenya. Makasih bantuannya :-)

      Delete
    2. Glek (menelan pahitnya ludah , dada sesak , kepala pusing , jantung berdebaran) kesetimbangan dunia terus bergeser . Orang yg tidak dapat melayani perubahan akan punah.

      Delete
  2. makasih infonya mbak leyla jadi tambah wawasan untuk penulis pemula sepertiku :)

    ReplyDelete
  3. yang jelas, sekarang personal branding itu perlu banget. walaupun pindah2 penerbit, tetep yang dikenal karya kita dan nama kita. kalo penerbitnya udah gulung tikar pun nama kita tetep ada ya, bun. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya La, mau ga mau penulis harus memperkenalkan diri, ga bisa diem aja kayak dulu.

      Delete
    2. aku sering liat buku2 anak terutama yang diobral cuma 5-10 rb aja. kadang liat penulisnya tetep semangat nulis jadi ga tega mau ngabari kalo bukunya diobral di kotaku. :')

      Delete
    3. Aku termasuk suka beli buku anak yg diobral :'(

      Delete
  4. Ya begitulah. Menulis adalah perjuangan. Dan perang karya sesungguhnya ada di rak toko buku :D
    Meskipun tahap demi tahap sama pentingnya juga sih ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ho oh, mb Shab... sedih deh klo liat buku diem aja di raknya hehe

      Delete
  5. yang bikin sedih itu yang dmusnahkan ya, mbak. saya akui kok, memang dunia kepenulisan itu saingannya banyak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mb, baru ngeh aku klo ada pilihan dimusnahkan, hiks...

      Delete
  6. sedih dgn pilihan dimusnahkan.. jd bubur kertas hiks..

    ReplyDelete
  7. susah juga ya jadi penulis...padahal baru mau mulai jadi penulis..huft..

    ReplyDelete
  8. nyimak ulasan mbak Leyla, jadi masukan penting bagi diri sendiri yang belum ada karya apapun :-)

    ReplyDelete
  9. saking kerasnya aku jadi takut mbak :)

    ReplyDelete
  10. tidak semudah yang dibayangkan ya...

    ReplyDelete
  11. Kenapa ya kalau saya tetap merasa optimis hihi... *jujur
    Saya sendiri ketika mulai berkecimpung di dunia penulisan, bukanlah siapa-siapa. Tidak ada penerbit yg mengenal saya. Skrg pun buku yg saya tulis masih sedikit. Namun alhamdulillah tiap buku yg terbit, penjualannya selalu tinggi. Setidaknya lebih tinggi dari buku sejenis.
    Saya selalu berpikiran begini pada buku yang saya tulis: "Saya memiliki "sesuatu" yang ingin saya bagikan pada pembaca. Saya gembira kalau pembaca dpt memetik manfaat dari buku saya. Oleh karenanya saya harus memberitahu mereka. Tentu dengan cara yang baik dan simpatik."
    Setelah itu, otak saya biasanya bekerja keras membuat strategi marketing untuk mempromosikan buku. Entah dengan kuis, mengumpulkan testimoni, bergabung dg berbagai grup yg akan menjadi sasaran promosi, dll.
    Hasilnya, ya alhamdulillah deh :)
    Semoga terinspirasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Suka dengan optimismenya, Teh :-)
      Alhamdulilah klo penjualannya selalu tinggi, Teh, gak banyak penulis yg seberuntung Teteh.
      Tulisan ini jg bermaksud mengajak penulis utk giat mempromosikan karya mereka :D

      Delete
  12. Nulis buku buat aktualisasi, eksistensi, kepuasan batin dll, kalo yg buat materi n refreshing, bisa lewat lomba2 blog, kuis, hihihi, nulisnya dikit kalo menang lumayan, :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ho oh, mb Lyta. Cuman sekarang lg banyak matrenya nih :D *aku lhoo

      Delete
  13. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  14. Hi leyla dan semuanya, yuk daftarkan diri kalian untuk Private Beta Testing dari sebuah website baru bernama ACTIVORM dan kalian bisa ikutan undian berhadiahnya nantinya. Terima kasih.

    ReplyDelete
  15. skrg penulis hrs benar2 aktif, ya :)

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....