Tuesday, November 19, 2013

Proyek Monumental 2014: Keajaiban Finansial


Sebentar lagi sudah masuk  tahun 2014, tidak terasa waktu berjalan sangat cepat. Sepertinya baru kemarin saya menuliskan resolusi tahun 2013, tahu-tahu sekarang harus menulis resolusi 2014. Langsung saja ya, proyek monumental saya untuk tahun depan adalah: KEAJAIBAN FINANSIAL. Ah, apa pula itu? Ya, saya mendapatkan istilah itu dari buku Keajaiban Finansial, karya Innuri. Beliau adalah seorang pengusaha butik yang pernah mengalami kebangkrutan besar tetapi dapat bangkit lagi dan lebih sukses. Beliau membagi rahasia-rahasianya dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami. Bagaimana beliau bisa melunasi hutangnya yang ratusan juta dan memulai kembali usahanya? Berikut ini rahasianya, yang insya Allah akan saya praktekkan demi mencapai proyek monumental keajaiban financial:



Pertama, adalah memasrahkan diri kepada Allah Swt, termasuk memasrahkan hutang-hutang kita kepada Allah Swt. Selama ini rupanya saya salah berdoa. Biasanya saya berdoa, “Ya Allah, lapangkanlah rezekiku agar aku dapat melunasi hutang-hutangku.” Terus terang, saya memang masih berhutang biaya pengobatan almarhumah ibu saya kepada tante saya, alias adik ibu saya. Hutang itu bentuknya tidak mengikat, kapan saja boleh dibayar. Tante saya juga tidak menagih, tapi kan tidak enak menanggung hutang terus.

Jadi, saya ingin sekali melunasi hutang itu, agar ibu saya juga tenang di alam kubur. Menurut Innuri, doanya harus diubah menjadi:”Ya Allah, saya pasrahkan hutang-hutang saya kepada-Mu. Terserah bagaimana Engkau melunasinya. Izinkan saya mensyukuri nikmat-nikmat-Mu dan menjalani hidup dengan tenang.” Di dalam doa yang pertama ada kesombongan yang sangat halus, di mana saya yakin bahwa saya dapat melunasi hutang-hutang itu atas usaha saya. Sedangkan di dalam doa yang kedua, saya mengakui bahwa Allah Swt yang Mahakuasa untuk melunasi hutang-hutang itu.

Kedua, adalah berzikir dalam segala keadaan. Berzikir itu sebenarnya mudah, sangat mudah. Kita ucapkan saja: Alhamdulillah, Astaghfirullah, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, sepanjang waktu. Kenyataannya, saya masih sering lupa. Padahal, berzikir itu ibadah paling ringan yang akan mendekatkan kita kepada Allah. Bila kita sering istighfar, dosa-dosa akan  terhapus, dan permintaan pun mudah dikabulkan. Acap kali yang membuat doa kita terhalang adalah dosa-dosa kita, itu sebabnya sebelum meminta kita diharuskan beristighfar dulu. Dengan senantiasa berzikir, lisan kita pun terhindar dari ucapan yang sia-sia.

Ketiga, ikhlas melakukan tugas yang sudah menjadi kewajiban saya. Apa pun pekerjaan itu bila dilakukan dengan ikhlas, pasti akan menimbulkan rasa suka cita, terlepas dari tuntutan-tuntutan duniawi. Ikhlas berarti melakukan pekerjaan dengan niat Lillahi Ta’ala, bukan mengharapkan imbalan dari manusia. Contohnya, dalam mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Saya pernah berhitung dengan suami saya, “saya kan sudah melakukan ini, ini, ini….” Tanpa saya sadari, ucapan itu barangkali menghanguskan pahala-pahala ibadah saya yang lalu. Bagaimana tabungan amal saya mau penuh kalau terus diungkit-ungkit? Demikian juga ketika memberi sesuatu kepada orang lain, jangan diungkit-ungkit. Jangan dipikirkan apakah orang itu mau membalasnya atau tidak, sebab ada balasan yang lebih pasti, yaitu balasan dari Allah Swt.

Keempat, rutin bersedekah dan jangan menghitungnya. Saya inginnya mengikuti jejak Innuri yang rutin memberikan nasi bungkus setiap hari untuk orang kelaparan, tetapi sulit mencari orang kelaparan di tempat saya. Jadi saya mempercayakannya kepada lembaga zakat dan infak yang ada di daerah saya. Sedekah itu juga jangan dihitung-hitung karena perhitungan Allah Swt di luar logika. Bila kita berhitung 1+1=2, maka hitungan Allah Swt 1+1= tidak terbatas. Artinya, balasan dari Allah Swt akan di luar perhitungan kita, tapi stop, jangan dihitung-hitung.

Saya pernah membaca keluhan seseorang yang bersedekah dengan niatan mendapatkan balasan tujuh ratus kali lipat. Tapi, kok ditunggu-tunggu balasan itu belum datang juga ya? Barangkali balasan itu bentuknya bukan berupa sejumlah uang yang dia sedekahkan dikalikan, tetapi berupa nikmat sehat, keselamatan, dan lain sebagainya. Bisa saja kan kita ditakdirkan mengalami kecelakaan, lalu karena bersedekah, takdir kecelakaan itu ditangguhkan. Bisa saja, lho! Jadi, jangan berhitung dengan Allah Swt.

Kelima, tidak bergantung kepada selain Allah Swt. Saya tidak hendak menyudutkan ibu-ibu yang bekerja ya, tetapi kebanyakan alasan mereka bekerja adalah karena ingin mandiri dan tidak mau bergantung kepada suami.  “Kalau gak kerja, nanti gimana kalo tiba-tiba suami meninggal? Susah dong ya kita….” Kira-kira begitulah kalimat yang tercetus dari ibu bekerja yang bekerja karena tidak mau bergantung kepada suami. Dengan begitu, berarti ibu yang tidak bekerja seperti saya ini disebut sedang bergantung kepada suami ya?

Saya juga pernah berpikir begitu dan juga merasa khawatir bagaimana kalau tiba-tiba suami sakit berat dan tidak bisa bekerja lagi?Atau, suami pergi mendahului saya? Atau, suami menikah lagi? Jawaban suami saya waktu itu, “kamu harus memperbarui imanmu, Ma. Yang kasih rejeki kan Allah, bukan aku.” Saat itu saya tidak begitu mendengarkan ucapan suami, tetapi setelah membaca cerita Innuri, saya baru tersadarkan. Innuri juga berpikir begitu, merasa bergantung kepada suaminya. Dia pernah secara tidak sadar menuhankan suaminya, sampai kemudian suaminya bangkrut dan semua hartanya lenyap. Saat itulah dia sadar, Allah Swt adalah tempat bergantung. Suami kita, atau bos kita (bagi ibu yang bekerja) bukanlah tempat bergantung. Allah Swt adalah tempat bergantung, maka percayakanlah rezeki kita kepada-Nya. Mintalah apa saja, pasti akan dikabulkan kalau kita percaya.

Keenam, memudahkan urusan orang lain. Perkara ini sebenarnya mudah, tetapi sering kali terlihat susah. Ada hadist yang berbunyi, “bila kita memudahkan urusan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita.” Jadi, untuk mendapatkan bantuan Allah sebenarnya mudah, kita juga harus ringan tangan membantu orang lain. Sekali lagi, ini bukan hal yang mudah. Contohnya saja di dunia perfesbukan, ketika ada yang sedang ikut lomba dan meminta like. Itu kan sebenarnya mudah, mudah sekali semudah menggerakkan jemari di atas layar android. Tapi ternyata tak semudah itu, di pikiran kita ada saja yang menghalangi untuk membantu, semacam lintasan, “Ah, nanti dia menang lagi. Enak di dia, gak enak di saya dong.” Padahal, kita tidak rugi apa pun, hanya gerakan jari tidak sampai lima menit.

Ketujuh, tidak mengeluh dan selalu berpikir bahwa hidup ini indah. Sesungguhnya, kesulitan hidup kita ini dibentuk oleh pikiran-pikiran kita sendiri. Jika kita berpikir hidup ini indah, maka dia akan terasa indah. Tapi jika kita terus berpikir bahwa kita selalu kesusahan, yang terjadi ya susah terus. Di dalam hadist Qudsi disebutkan bahwa “Allah mengikuti persangkaan hamba-Nya.” Otomatis, kalau kita mengira Allah memberikan kesusahan, Allah benar-benar akan memberikan kesusahan. Maka, berpikirlah bahwa hidup kita selalu bahagia, niscaya Allah akan selalu mengaruniakan kebahagiaan itu.

Demikianlah hal-hal yang akan saya lakukan demi mencapai keajaiban finansial di tahun 2014. Walaupun tahun 2014 masih dua bulan lagi, insya Allah saya sudah mulai mempraktekkan cara-cara di atas. Bismillah, semoga Allah Swt meringankan langkah saya. Aamiin…..

*Sebenarnya saya bingung apakah ini termasuk proyek monumental atau tidak, tapi bagi saya ini monumental :D Yang penting saya sudah berpartisipasi ya, Pakde.... 




15 comments:

  1. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Proyek Monumental Tahun 2014
    Akan saya catat sebagai peserta
    Keep blogging
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  2. aahh tantee.... proyek monumentalnya nampar bangeet :') semoga kita bisa melaksanakannya ya tante. aamiin

    ReplyDelete
  3. proyeknya aku contek untuk diterapkan ya mbak

    ReplyDelete
  4. ini mah bener2 proyek luar biasa mbk...inspiratif sekali di pagi ini ^^
    Baarokallah

    ReplyDelete
  5. ikutan proyeknya ya...( nyontek dech )..hihi...semoga dimudahkan oleh Allah...Barrakallahufikum

    ReplyDelete
  6. Mantap mak proyeknya,aku jd bnyk belajar lagi nih...terus menginspirasi ya mak

    ReplyDelete
  7. memang bener hutang itu Allah yang bayar, bukan kita, bun. karena kadang pembayarannya pun dari pintu rezeki yang ga disangka2. asal udah diniatin insya Allah kebayar.

    ReplyDelete
  8. ho...ho...ho... mudah bacanya. tapi melakukannya kayaknya perlu keistiqomahan yang ekstra ya, mbak?

    semoga dapat tercapai apa yang diidamkan.
    seperti artikel saya ini: http://bit.ly/1gg4KeA

    ReplyDelete
  9. Mbak Elaaaa... makasiiiii..
    btul2 mencerahkan..

    ReplyDelete
  10. Ijin share yaaa mbak. Terimakasih sudah mempraktekkan apa yang tertulis di bukuku , semoga Allah ridha.

    ReplyDelete
  11. Semoga mendapatkan keajaiban finansial yang lebih di tahun depan ya mbak :)

    ReplyDelete
  12. Ngena banget, "bergantung pada suami" makasih sudah diingatkan mbak.

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....