Wednesday, September 10, 2014

Brisbane, Menulis Novel Berdasarkan Latar


Sudah lama saya ingin menulis novel dengan latar tempat (setting) luar negeri atau tempat lain yang jauh dari tempat saya berpijak. Mengkhayal? Namanya juga novelis, ya kerjaannya mengkhayal. Seorang novelis plus travel writer mengatakan, akan lebih baik kalau tempat itu sudah pernah kita datangi, jadi latarnya lebih hidup. Tapi, menurut saya, kelebihan seorang novelis adalah kita bebas mengkhayal seluas-luasnya, termasuk mengkhayalkan sebuah tempat yang belum pernah kita pijak. Kalau harus pernah datang ke tempat itu ya namanya penulis nonfiksi. Novel itu kan sebuah karya fiksi, hasil rekaan penulisnya. 


Lalu, negara mana yang ingin saya "datangi?" Walaupun hanya mengkhayal, saya ingin khayalan itu tetap berpijak pada kenyataan. Kalau hanya berbekal informasi dari google, barangkali akan ada banyak "kesalahan" mengenai kondisi negara itu. Saya harus mencari negara di mana saya punya teman atau narasumber yang tinggal di sana, jadi bisa saya tanya-tanyai. Akhirnya, pilihan pun jatuh pada BRISBANE, AUSTRALIA.

Mengapa Brisbane? Apa menariknya Brisbane? Alasannya hanya satu, saya punya teman yang kuliah di sana, hasil beasiswa. Jadi, saya punya narasumber untuk ditanyai tentang Brisbane. Tokoh Anggia di dalam novel ini pun, seorang gadis yang berhasil mendapatkan beasiswa ke Brisbane. Tentu saja saya tak mengambil kisah teman saya. Kisah seluruhnya adalah fiksi, hasil rekaan semata. Saya pun mulai bertanya-tanya kepada teman saya itu tentang Brisbane dan prosedur beasiswa untuk kuliah di University of Quensland. 

Ah, ternyata tidak mudah menggali informasi, karena teman saya sudah banyak lupa. Dia sudah lulus sejak 5 tahun lalu. Lagipula, dia mengambil beasiswa S2, sedangkan tokoh saya ini mengambil beasiswa S1. Ada yang tidak cocok di sini. Penulisan novel ini pun menjadi sangaaaaat lamban. Saya memakai deadline beberapa lomba novel untuk bisa menyelesaikannya. Yap, "beberapa" lomba, karena akhirnya saya gak ikutan lombanya saking lambatnya penulisan novel ini, hehehe.... 

Setelah novelnya jadi, kelihatan sekali banyak bolongnya, karena sedikitnya informasi yang saya dapatkan tentang hidup di Brisbane sebagai mahasiswa. Konflik cerita juga terkesan klise. Saya utak-atik terus, sampai kemudian saya ketemu dengan Mbak Anne Adzkia, seorang teman penulis yang rupanya pernah tinggal di Emerald, sebuah desa di dekat Brisbane! Ya, ampuuuuun! Kenapa gak dari dulu ketemunyaaa? Dialah narasumber yang berbaik hati mengoreksi naskah ini hingga bisa mendekati kultur Brisbane. 

Saya kembali menjadikan deadline lomba novel sebagai patokan merevisi naskah ini, walaupun terlewat lagi karena episode merevisi naskah adalah episode paling membosankan, hahahaha..... Saya juga mendapatkan masukan dari Mbak Octaviani Nurhasanah mengenai prosedur beasiswa ke Australia, karena logika dalam cerita ini agak kurang masuk akal. Semua bolong itu pun saya tambal, berharap semoga novel ini bisa memuaskan pembacanya kelak. 

Setahun setelah revisi, alhamdulillah saya ketemu dengan penerbit yang cocok. Insya Allah, novel ini akan berada di tangan Anda, sekitar bulan depan. Semoga lancar perjalanannya ke toko buku. Setidaknya saya sudah berhasil menaklukkan satu tantangan lagi: menulis novel berdasarkan latar tempat yang jauh. 

Tipsnya:
  1. Tentukan tempat yang ingin dijadikan setting novel kita.
  2. Cari narasumber yang bisa dimintai informasi mengenai setting tersebut.
  3. Cari konflik utamanya yang berkaitan dengan setting.
  4. Bayangkan kita berada di sana dan mengalami apa yang dialami tokoh-tokohnya. 
  5. Tak perlu boros menggunakan bahasa daerah sana, kalau memang tak kita kuasai. 
  6. Koleksi foto-foto pemandangan di sana, lalu tuliskan berdasarkan apa yang kita lihat. 
  7. Selain mengeksplor pemandangannya, juga bisa menceritakan kulinernya, orang-orangnya, kebiasaan masyarakat setempat, budaya, tradisi, dan sebagainya. 


11 comments:

  1. kalau mbak leyla seneng nulis latar luar negeri, aku baca aja deh ,seraa lagi ada disana

    ReplyDelete
  2. Aaak, mak Leyla kereeen banget. Imajinasi, itu kunci yang penting banget ya mak.

    ReplyDelete
  3. wah senang sekali ya bisa jadi penulis novel, sukses trs ya bu

    ReplyDelete
  4. Alhmdllh....amiin semoga banyak disukai dan mudah didapat ya bu

    ReplyDelete
  5. Assalamu'alaikum, salam perkenalan. senang bisa berkunjung ketempat ibu yang pintar membuat novel

    ReplyDelete
  6. Assalamu'alaikum, jadi penasaran isinya neh bu

    ReplyDelete
  7. wuuih mbk leyla emang keren..
    aku penasaran ama novel ini :D

    ReplyDelete
  8. Trimakasih tipsnya mbak.. Semoga saya lekas punya karya.. Amiiin. :)

    ReplyDelete
  9. These photography types are basically used to advertise something and then finally to sell it. This genre includes the glamorization of the product which makes a product look attractive and so customers willingly buy it.Product Photographer

    ReplyDelete
  10. Actually I read it yesterday but I had some thoughts about it and today I wanted to read it again because it is very well written. brisbane photography

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....