Friday, February 19, 2016

[Review Film Perfume] Ini Akibatnya Ketika Kita Tidak "Peduli"

Sumber: amazon.com
Assalamu'alaikum. Menjelang akhir pekan, baru deh saya punya sedikit waktu untuk memperbarui isi blog ini. Eh, kok tiba-tiba mau mereview film? Sebenarnya di blog ini sudah ada beberapa tulisan review film tapi nggak dilanjutkan karena saya jarang nonton film. Kalau nonton pun, filmnya udah "basi." Alias, sudah lama tayangnya. Menurut saya sih, film dan buku itu akan selalu baru bagi yang belum pernah menonton dan membacanya. Kali ini saya mau mereview film Perfume, film thriller psikologis yang diangkat dari novel berjudul sama, karangan Patrick Suskind.
Novelnya sendiri belum pernah saya baca karena ngeri, padahal udah lama terbit dan pernah laris. Teman saya pernah beli, tapi saya takut bacanya. Teman saya bilang, novelnya serem. Hadeeuuh... kalau denger yang serem-serem, saya takut kebayang-kebayang euy. Nah, karena novelnya laris, dibuatlah filmnya. Kok nggak ngeri nonton filmnya? Itulah hahaha... walaupun takut dengan yang seram-seram, saya suka penasaran juga dengan film thriller. Untungnya, film ini bukan film hantu yang berdarah-darah dan pakai musik yang bikin deg-degan. Justru ini film thriller yang halus, nggak banyak bicara dan musik serem, tapi efek psikologisnya terasa. 

Film ini ternyata dibuat tahun 2006, tapi saya baru nonton di tahun 2014. Ini film Jerman. Saya nggak tahu apa dulu masuk bioskop Indonesia. Kisahnya berlatarkan abad 18 di Perancis, mengenai seorang pemuda bernama Jean-Baptiste Grenoille, lelaki dengan penciuman tajam dan kemudian bekerja sebaia peracik parfum. Tahu sendiri kan, parfum itu termasuk benda yang disukai orang Perancis. Konon, parfum yang paling oke itu buatan Perancis. Saya akan menceritakan apa hikmah yang didapat dari menonton film ini. Sebelumnya, perlu saya kasih tahu bagi yang ingin menonton film ini. Nontonnya jangan bersama dengan anak-anak karena banyak adegan wanita telanjang, tapi... adegan-adegan itu nggak erotis karena semua wanita itu seperti patung saja. Mungkin kalau untuk penonton Indonesia, bakalan disensor yah.... 

Jadi, ceritanya, si Jean ini anak yang nggak diharapkan karena dia lahir dari hubungan bebas ibunya dengan banyak lelaki. Si ibunya ini seorang tukang ikan yang gemar berhubungan seks bebas. Ibunya sudah berkali-kali melahirkan anak dari lelaki yang entah siapa, dan semua anaknya itu dibunuh. Jean lahir saat ibunya sedang berjualan ikan. Saya melihat si ibunya melahirkan ini kok enak banget ya. Saat sedang memotong ikan, ibunya merasa mulas, lalu jongkok sebentar, melahirkan, balik motong ikan lagi. Duh, enak banget ya kalau bisa melahirkan kayak gitu hehe....Nah, Jean ini tadinya bakal bernasib sama dengan kakak-kakaknya, yaitu dibunuh oleh ibunya sendiri. Namun, Jean terselamatkan karena dia menangis kencang dan orang-orang memergoki ibunya yang hendak membunuhnya. Ibunya ditangkap oleh polisi dan dihukum gantung, sedangkan Jean ditaruh di panti asuhan.

Di dalam panti asuhan, Jean tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtua. Penghuni panti asuhan itu kejam. Boro-boro ngasih kasih sayang, ngasih makan aja jarang-jarang. Tak jarang Jean ikut bekerja di pasar untuk mencari makan sendiri. Bedanya dengan anak-anak lain, ternyata Jean ini jenius. Mungkin karena ibunya itu seorang tukang ikan dan sering makan ikan, kali yaa.... Jean bisa cepat mempelajari sesuatu, sampai akhirnya dia menemukan kesukaan terhadap wewangian. Dia bisa mengendus bebauan dari jarak yang jauh. Ketika remaja, dia bekerja menjadi kuli. Kemudian dia tak sengaja mencium bau tubuh seorang wanita dan mengikuti wanita itu. Di sini saya berpikir si Jean ini naksir dengan si wanita dan mungkin mereka bakal jadian. Eh, ternyata, inilah wanita pertama yang DIBUNUH oleh Jean, karena Jean tertarik dengan bau tubuh wanita itu. Hadoooh... namanya juga film thriller, bukan film romance. 

Lanjuuuttt... Ketertarikan Jean terhadap wewangian membuatnya tertarik bekerja pada pembuat parfum terkemuka saat itu, Giuseppe Baldini. Jean diterima bekerja di rumah parfum Baldini. Jean belajar membuat parfum dari Baldini. Baldini mengajarinya teori membuat dua belas aroma parfum, tetapi ada satu aroma yang belum ditemukan. Aroma yang dipakai Firaun sehingga bisa menaklukkan umat manusia. Jean pun tertarik mencari tahu bagaimana menemukan aroma parfum tersebut. Baldini mengatakan bahwa Jean bisa belajar membuat aroma parfum itu di desa Grasse, tapi untuk  bisa ke sana, Jean harus membuat seratus aroma parfum dulu. Jean pun bekerja siang malam membuat seratus aroma parfum yang berbeda-beda, termasuk Parfum Musk kali ya, sehingga dia bisa pergi ke desa Grasse. 

Setibanya di Grasse, pembunuhan satu demi satu pun dimulai. Yap, Jean--yang tidak sekolah--menyimpulkan bahwa formula tiga belas parfum itu berasal dari BAU TUBUH WANITA. Itu disimpulkan oleh Jean sejak pertama dia mencium aroma tubuh wanita pertama yang dibunuhnya dengan tak sengaja.  Dia berpikir, untuk mendapat aroma tubuh itu, dia harus menyuling si wanita. Ya, memasukkan wanita tersebut ke dalam mesin suling parfum. Hiiyy.. ngeri yaah.... Pertama-tama, Jean membunuh wanita pemetik bunga, lalu dimasukkan ke dalam mesin suling. Sayangnya, aromanya tidak sewangi yang diinginkannya (ternyata itu karena si wanita suka berzina). Kemudian, Jean yang kesulitan mencari wanita, mendatangi seorang pelacur. Tadinya sih Jean tidak mau membunuh pelacur itu, tapi rupanya dibunuh juga. Wangi tubuh si pelacur juga tidak memuaskan. 

Jean pun kemudian mencari perawan-perawan, termasuk biarawati-biarawati. Desa Grasse pun gempar karena ditemukan beberapa mayat wanita telanjang di beberapa tempat, termasuk mayat-mayat biarawati. Sasaran Jean yang terakhir adalah seorang gadis, anak orang kaya. Bapaknya sudah menyadari bahwa ada seorang pembunuh yang mengincar gadis-gadis perawan, sehingga dia mengungsikan anaknya dari Grasse. Warga pun menemukan pembunuh gadis-gadis itu adalah Jean, karena mereka menggali tanah di tempat kerja Jean dan menemukan sisa rambut dan pakaian para gadis yang dibunuh. Pengejaran pun dilakukan, tetapi Jean dapat meloloskan diri.

Di sinilah yang bikin deg-degan, apakah Jean berhasil membunuh gadis kaya itu? Jean memastikan aroma tubuh gadis kaya itu adalah aroma ketigabelas yang dapat menyempurnakan tiga belas aroma parfumnya. Aroma parfum yang dapat menaklukkan umat manusia. Jean akan bisa menjadi orang yang berkuasa dengan ketiga belas aroma parfum itu. Dia akan menjadi orang yang dihormati, sesuatu yang tidak didapatkannya selama ini. Tonton deh filmnya, tapi ingat.. jangan bersama anak-anak ya. Filmnya mungkin bisa diunduh di internet atau di You Tube, kalau ada.

Bagaimana Jean bisa menjadi orang yang SETEGA itu? Dia membunuh wanita-wanita hanya demi aroma parfum? Saya menyimpulkan, itu karena dia tidak mendapatkan cinta dan kasih sayang seumur hidupnya. Dia adalah anak hasil hubungan seks bebas ibunya dengan lelaki entah siapa. Dia juga hampir dibunuh oleh ibunya. Kemudian, dia dimasukkan ke Panti Asuhan dan tidak mendapatkan kasih sayang sama sekali, malah sering dianiaya oleh pemilik panti dan dijual sebagai budak, setelah usia remaja. Sejak remaja, dia harus bekerja menjadi kuli tanpa dibayar, karena dia seorang budak. Zaman dulu, perbudakan masih terang benderang. Begitulah, dia hidup tanpa cinta dan kasih sayang, jadi bagaimana dia punya belas kasihan kepada korban-korbannya? 

Tokoh Jean ini benar-benar datar dan dingin. Ketika membunuh, nggak ada tuh perasaan bersalah atau kasihan terhadap korbannya. Barangkali itu adalah akibat dari ketidakpedulian masyarakat terhadap seorang anak miskin dan sebatangkara. Rasa ketidakpedulian itu saya tangkap sepanjang adegan awal film ini. Zaman sekarang, memiliki rasa peduli itu sering mendapat protes juga sih dari orang-orang. Selalu aja ada orang yang bilang, "Urusin aja diri lo sendiri! Gak usah urusin gue!" Yah, selama urusannya positif, kita memang nggak perlu ikut campur urusan orang lain. Bagaimana kalau urusan itu negatif dan bisa membahayakan hajat hidup orang banyak? 

Ambil contoh saja yang sedang "in" saat ini: LGBT (Lesbian, Gay, Biseks, dan Transgender). Para pembela LGBT selalu bilang, "urusin diri lo sendiri, gak usah urusin LGBT. Itu hak asasi manusia. Orang bebas dong mau ngelakuin apa aja." Kalau begitu, ya bebas saja jika kelak ada orang-orang macam Jean Baptiste Grenoille ini beredar bebas dan membunuhi wanita-wanita. Lah wong, bebas.... Hyaaah... apa hubungannya LGBT dengan Jean Baptiste Grenoille? Lho, jika LGBT dihadapi tanpa kepedulian kita, nafsi-nafsi saja, ke depannya akan terjadi musibah besar. Bayangin, kalau udah banyak orang yang jadi LGBT (sekarang saja sudah banyak). Di negara Barat sono, udah biasa yang namanya Surrogate Mother atau ibu pengganti, karena lelakinya jadi gay. Mereka kawin dengan sesama lelaki, tapi masih pengen punya bayi juga. Lah gimana coba caranya? Kalau nggak pakai adopsi, ya pakai ibu pengganti.

Sampai kiamat pun, laki-laki nggak bakal bisa tuh hamil dan melahirkan. Laki-laki kawin dengan laki-laki ya nggak bakal jadi anak. Caranya pakai ibu pengganti, salah satu dari gay itu menanamkan spermanya ke seorang wanita yang berfungsi sebagai ibu pengganti. Wanita itulah yang mengandung dan melahirkan. Tapi, sebenarnya kalau dipikir, itu spermanya kan cuma dari salah satu gay. Jadi, itu cuma keturunan dari salah satu gay itu aja dong. Misalnya kayak Neil Patrick Harris dan pasangannya yang gay serta sudah mengambil ibu pengganti. Itu spermanya pakai sperma salah satu aja kan, karena telurnya tetap milik si ibu pengganti. Apa efeknya? Ya sama aja memisahkan si anak dengan ibunya. Walaupun itu ibu sudah dibayar, tetap saja ibu itu adalah ibu dari anak-anak Neil Patrick Harris.

Sumber: www.news.com.au
Yang lesbian begitu juga. Pakai sperma laki-laki lain, entah siapa. Jual beli sperma sudah biasa di negara sono. Walaupun spermanya beli, tetap saja ayah si anak itu adalah si pemilik sperma.  Trus, apa akibat ke depannya? Anak-anak itu bakal terputus garis keturunannya. Mereka nggak tahu siapa ibunya, karena ibunya hanya ibu pengganti. Bisa jadi nantinya mereka menikah dengan saudara kandung sendiri (dari ibunya atau ayahnya) karena nggak tahu kalau bersaudara. Belum lagi pada banyak kasus, jika anak-anak dari ibu pengganti itu terlahir cacat, orangtua pemilik sperma tidak mau menerima. Lalu, bagaimana nasib anak-anak itu? Si ibu pengganti juga belum tentu mau merawat, karena dia kan cuman terima uang untuk hamil dan melahirkan saja. Nah lho.. tambah lagi anak-anak yang terbuang dan haus kasih sayang.

Itu belum ditambah dengan penyakit akibat LGBT yah. WHO pun mengatakan bahwa kaum gay dan transgender memiliki risiko dua puluh (20) kali lipat terkena HIV/ AIDS daripada pasangan heteroseksual  (sumber www.doktersehat.com). Kenapa? Sudah jelas karena mereka memasukkan alat kelamin ke tempat yang bukan semestinya, tempat yang dipenuhi bakteri kotoran, yaitu anus atau dubur. Berbeda dengan vagina, tempat itu khusus untuk jalan keluar bayi. Kalau ada yang bilang pengidap HIV/ AIDS itu justru IBU RUMAH TANGGA, seorang ibu yang sehari-hari di rumah dan hanya berhubungan seksual dengan suaminya. Kok bisa? Itu harus ditanya dong kenapa? Masa kalau lurus aja, bisa kena AIDS? Penularan AIDS bukan hanya dari hubungan seks. Bisa saja dari transfusi darah, jarum suntik, dan sebagainya, tapi tetap yang paling banyak ya hubungan seks. Dan ternyataaa... ibu rumah tangga bisa kena HIV/ AIDS, sumbernya dari suaminya jugalah. Kecuali si ibunya itu doyan jajan. Nyatanya, berdasarkan sumber www.cnnindonesia.com, penularan utama itu dari suaminya. Bagaimana suaminya bisa kena HIV/ AIDS? Tanyalah sama suaminya, apakah suaminya itu suka "jajan"? Jajannya ke mana? Ke wanita penghibur atau lelaki penghibur? 

Naudzubillahimindzalik yaa.... Saya berlepas diri dari musibah besar itu, karena itulah saya mencoba untuk ikut peduli. Salah satunya dengan postingan ini. Jika ada teman-teman yang memiliki kecenderungan menyukai sesama jenis, cobalah untuk menerapi diri dengan jasa psikolog, psikiater, ustaz, ustazah, dan sebagainya. Dekatkan diri kepada Allah Swt atau menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Semoga kita selalu mendapatkan petunjuk-Nya untuk meniti jalan yang lurus dan bukan jalan yang dimurkai-Nya. Kita tidak mau terlahir anak-anak seperti Jean Baptiste Grenoille karena orangtuanya hanya mementingkan seks semata. Aamiin....

15 comments:

  1. adikku punya novelnya, tp baru baca sedikit aku gabisa terusin...

    ReplyDelete
  2. waa.filmny serem banget, ngga nonton awalnya, cuma inget di adegan terakhir betapa jean merindukan kampung halamannya trus bunuh diri. kasian. ini novel satire kayaknya ya mba, nasehat agar kita tetap mengasihi anak dalam keadaan apapun. apalagi kalo anak jenius, jangan sampai anak yang jenius yang bisa berpotensi membnagun peradaban malah jadi penjahat karena pengasuhan yang salah.

    ReplyDelete
  3. wah.., aku paling suka film thriller, dan bukunya juga. jadi penasaran. harus dapet filmnya nih

    ReplyDelete
  4. Jadi pengen nonton filmnya :) Ngeri ya soal LGBT itu :( Dan kesel banget kalo mereka udah ngomong bahwa itu Hak Asasi Manusia -_-

    ReplyDelete
  5. Aku udah nonton tp agak lamban dan ngebosenin lebih bagus gone girl

    ReplyDelete
  6. Aku punya novelnya, mba. Tapi nggak menikmati karen terjemahannya menurutku agak kaku. Kebayang seremnya. Tq reviewnya, mba.

    ReplyDelete
  7. filmnya aku belum pernah nonton, tapi novelnya punya

    ReplyDelete
  8. aku udah nonton filmnya pas di surabaya tahun lalu, ngeri euy. tapi si pembunuh ini emang wajahnya datar banget, jd susah buat dibenci kecuali tindakannya yang kek gitu. nyleneh karena nyari wangi perawan. duh, apa perawan sebegitu wanginya ya?

    ReplyDelete
  9. Udah nonton, menurutku sinopsis-nya agak melenceng. Si Jean ngebunuh dg masukin ke tabung dan ngeruk kulit pelacur itu buat percobaan. Pas dia ngeruk kulit pelacur itu, dia tes sama anjing si pelacur.

    Kesimpulan kita hampir sama, dia ingin dicintai, tapi aku lebih ke dihormati juga sih. Aku enggak tau hubungan film ini dengan LGBT, tapi emang film ini nyeremin. ;)

    iamvinaeska.blogspot.com

    ReplyDelete
  10. ini film thriller tapi bagus. Nyeremin. Meresahkan karena dia harus ngumpulin minyak gadis perawan buat parfumnya. Serem.

    Untuk LGBT.. dari dulu orang gay dan lesby itu udah ada. Yang pasti orang seperti mereka itu sakit dan atau alami. Karena ada kok memang tubuh laki2 misalnya, tapi hormonnya cenderunh wanita. Laki2 punya rahim itu ada. Pernah aku baca di koran. Anak SD cowok menstruasi.
    Kalau sudah tubuh alamiah begitu... mereka juga gak bisa disalahkan. Yg salah itu kalau yg terbentuk krna lingkungan kemudian ajak2 orang utk yg negatif. meresahkan.

    dan yg pasti lagi, org seperti mereka jangan DIHUJAT/DIJAHATIN. Yg ada mereka akan memberontak dan menginginkan eksistensi diri dg meresahkan seperti ini.
    dari dulu mah uda ada orang gini.. dirangkul. Diajak normal baik2...

    ReplyDelete
  11. udh nonton filmnya, dan gk pgn nnton lg, ngeriiii mak, hiiiii

    ReplyDelete
  12. ngebaca latar belakang tokoh jean, jujur aku tertarik, n langsung googling novelnya,

    aku paling suka soalnya novel thriler psikologis, crime, konspirasi, dsb...aku koleksi banyak..jadi keknya ini pas buat nglengkapin koleksian

    ReplyDelete
  13. saya dah baca novelnya, waktu lagi rajin2nya membaca wkwkwk.. bagus mak endingnya ga nyangka

    btw itu alan rickman yak, yang jadi severus snape *gagal fokus*

    ReplyDelete
  14. Ini film yang masih kebayang adegannya, bukannya romantis atau sensual tapi malah miris.. Ternyata hikmah dari filmnya beneran pas untuk era kebobrokan sekarang ini.. Semoga kita nggak jadi orang tua yang nggak peduli..

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....