Sunday, March 27, 2016

Dapatkah Kita Membangun Rumah dari Hasil Menulis?

Seseorang mengirim surat elektronik kepada saya. Katanya, dia ingin menjadi penulis. Mimpinya, kelak dia dapat membangun rumah dari hasil menulis. Pertanyaan itu belum saya jawab. Saya putuskan menjawabnya dari blog ini, karena dia pun mengenal saya dari blog ini. Dapatkah kita membangun rumah dari hasil menulis? Hm... saya belum berhasil membuktikannya. Jadi, dia bertanya kepada orang yang salah. Itu kenapa saya belum juga menjawab pertanyaannya. Ah, masa sih saya belum bisa membeli rumah dari hasil menulis buku? Kan buku saya sudah puluhan yang diterbitkan? 


Ya, ya, ya... sebenarnya kalau tidak ada musibah yang menimpa ibu saya, saya bisa membayar DP untuk membeli rumah. Tabungan saya pernah mencapai puluhan juta dan itu pernah saya niatkan untuk modal menikah (bukan membeli rumah). Nyatanya, musibah datang dan uang itu pun habis tak bersisa. Apakah saya menyesal? Tidak. Saya yakin rezeki sudah diatur Allah. Alhamdulillah, saya bisa punya rumah juga meskipun bukan dari hasil menulis buku. Rumah suami, tentu saja. Dan sampai hari ini, saya masih menulis walaupun tetap saja belum bisa membeli rumah dari hasil menulis. 

Ah, saya bingung mau menjawab apa. Seharusnya si penanya bertanya kepada Tere Liye, Kang Abik, Dee Lestari, Asma Nadia, yang konon royaltinya ratusan juta sampai miliaran. Sampai kemudian seorang teman blogger membantu memberikan jawaban. Katanya, "walaupun sekarang kita belum bisa membeli rumah dari hasil menulis, kelak kita bisa membeli rumah di surga itu." Ahaaa! Itu dia jawaban yang saya butuhkan! Kenapa otak saya tidak bisa berpikir cepat, ya? Mungkin karena terlalu sering memikirkan nominal rupiah, jadi mampat. Rumah di surga.... Siapa yang tak ingin memilikinya?

Rumah di surga bahan pembangunnya adalah amal kebaikan. Jadi, ketika kita menulis untuk kebaikan, menginspirasi orang untuk berbuat baik, mencerdaskan orang, dan sebagainya, insya Allah kita sedang dalam proses pembuatan rumah di surga. Ketika buku saya yang berjudul "Istri dan Suami yang Dirindukan Surga" terbit, seorang pembaca mengirimkan pesan. Dia baru tahu kalau mencukur alis itu dilarang dalam Islam, padahal dia sudah bergantung pada proses itu karena alisnya sangat berantakan. Tentang hukum mencukur alis, saya sudah tahu sejak masih remaja. Ternyata, siapa yang menyangka ada muslimah yang belum mengetahuinya? 

Alhamdulillah, buku itu telah memberikan pengetahuan baru kepada saudari kita. Walaupun tentu saja penulisnya juga tidak luput dari kesalahan, karena saya sendiri masih menjadi seorang pembelajar. Minimal, saya sudah menyampaikan apa yang saya ketahui sebagai awal dari kehati-hatian. Ketika kita memikirkan amal-amal kebaikan apa yang sudah kita kumpulkan, niscaya kita akan terus bersemangat karena ternyata masih sedikit amal yang telah kita kumpulkan. Lain halnya bila yang ada di pikiran kita hanya nominal rupiah. Semangat akan kendur manakala rupiah yang didapat tidak kunjung menggunung. Apalagi kalau nyatanya kita tidak berhasil membangun rumah dari hasil menulis.

Bagi teman-teman yang ingin mendapatkan buku di atas secara gratis, yuk ikutan giveawaynya di Instagram @LeylaHana. Infonya, klik Giveaway Instagram Istri dan Suami yang Dirindukan Surga. Mari berlomab-lomba dalam kebaikan.

19 comments:

  1. Rumah di surga..
    ya. . Saya setuju mba. Walaupun blm bisa membangun rumah dari menulis di dunia. Tp niat baik yg diwujudkan dalam menulis bisa membantu kita membangun rumah di surga

    ReplyDelete
  2. Mempunyai rumah di surga adalah impian semua orang.
    Dari hasil menang lomba dan mengajar menulis ya mbak rumahnya?

    ReplyDelete
  3. jawaban yg brilliant mba.. :) rumah di surga yg kekal ")

    ReplyDelete
  4. MasyaAllah...bener banget Mba..:")

    ReplyDelete
  5. Seumur umur, cukur alis waktu nikah. Emang ggsuka tp itu kare a adat dan pas nikah pakai adat basahan. Nyesel banget, alisnya nggak sebagus dulu...

    ReplyDelete
  6. Iya ya mba.. rmh di surga itu justru lbh indah dan abadi.. nabung sekarang kita nikmati kemudian

    ReplyDelete
  7. Bisaaaa...temenku bisa bangun rumah murni dari hasilnya menulis cerpen n cerbung n novel aja

    ReplyDelete
  8. Baca masalah cukur alis jadi ingat berantem sama tukang rias waktu pengantinan gara2 ngga mau dicukur. Beruntungnya tukang riasnya masih temen dekat ibu, jadi lebih moderat ngga maksa-maksa.

    ReplyDelete
  9. Baca masalah cukur alis jadi ingat berantem sama tukang rias waktu pengantinan gara2 ngga mau dicukur. Beruntungnya tukang riasnya masih temen dekat ibu, jadi lebih moderat ngga maksa-maksa.

    ReplyDelete
  10. impian aku juga mbak punya rumah impian di sana

    ReplyDelete
  11. iya mmg masalah alis jrg dibahas dlm ilmu fikih ya mbak, aku jg sdh tau sejak SMA pas nemu buku kecil di lemari buku ayah.. rumah di surga, aaamiin :-)

    ReplyDelete
  12. saya gak sabar nunggu pengumumannya mbak, semoga buku itu jd rizki saya. hehe
    ngarepbanget.com

    ReplyDelete
  13. kun fa yakun enggak ada yang enggak bisa.

    ReplyDelete
  14. makasih diingetin aku blm jg ikutan GA ini :)

    ReplyDelete
  15. Rumah di syurga terdengar lebih menggiyurkan ya mbak. Mudah2an dari niat yang baik akan muncul karya yang baik dan membawa kebaikan rejeki juga buat para penulis idealis.

    ReplyDelete
  16. ditunggu lagi mbak tulisan-tulisan yang berikutnya.. :D

    ReplyDelete
  17. Ada juga temen cerita bisa beli mobil dari hasil nabung ngeblog selama ini. Dan karena aku kenal orangnya dan pernah pakai mobilnya jadi yakin klo emang managemen keuangannya itu yang paling penting. Bukan darimana dapat uangnya. Karena kadang ada juga yang dapat uang tapi ga bisa nyimpan. :D

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....