Thursday, April 14, 2016

Semakin Intim dengan Lactacyd White Intimate



Menikah selama sembilan tahun memang bukan waktu yang lama, tetapi juga tak sebentar. Pernikahan itu ternyata hubungan yang penuh lika-liku. Terkadang lurus-lurus saja, tetapi sering kali mengalami hambatan. Jika tidak bisa melaluinya dengan sabar, sudah pasti akan berujung pada perceraian sebagaimana yang terjadi pada  banyak pasangan, termasuk selebritis. Kita melihat pernikahan mereka baik-baik saja, dikaruniai anak-anak yang lucu, tetapi pada tahun ke sekian memutuskan untuk bercerai karena sudah tak sepaham atau seprinsip dan beraneka alasan lainnya. 


Pernikahan saya dan suami yang terhitung masih dini itulah yang membuat kami harus terus bekerja keras untuk menjaga dan mempertahankannya hingga akhir nanti. Pernikahan ibarat bunga yang harus terus disiram dan dipupuk agar tidak layu. Kedua pasangan harus memiliki komitmen untuk menjaganya (bukan hanya salah satu), baru bisa mewujudkan hubungan pernikahan yang solid dan kokoh. Setidaknya, lima hal inilah yang kami lakukan untuk menjaga hubungan pernikahan kami tetap hangat dan romantis. Sesekali bertengkar tak masalah, asal tetap berpegangan tangan dan saling menguatkan.

Beribadah Bersama-sama
Pernikahan ini kami mulai di hadapan Allah. Ikatan janji pernikahan disaksikan langsung oleh Allah dan dalam agama kami, ikatan itu disebut “Mitsaqaan Ghalizaan” atau perjanjian yang kuat. Satu dari beberapa perjanjian manusia yang disaksikan langsung oleh Allah dan mengguncang arsy’ (singgasana Allah). Yang namanya “janji” itu harus ditepati. Kami berjanji untuk saling menunaikan tanggung jawab sebagai suami dan istri, maka kami harus menepatinya. Takdir pernikahan memang hanya Allah yang tahu, apakah kami akan terus bersama sampai ke surga atau terputus di dunia. Namun, dengan adanya janji ini, kami berusaha sekuat tenaga untuk memenuhinya. Dengan beribadah bersama-sama, kami saling mengingatkan akan komitmen pernikahan ini. 

Berfoto usai salat Idul Adha
Memang tidak selalu kami beribadah bersama-sama. Misalnya, suami salat di masjid, saya di rumah. Pernikahan itu sendiri adalah ibadah, jadi kami niatkan semua aktivitas yang kami lakukan dalam pernikahan ini sebagai ibadah. Suami mencari nafkah adalah ibadah. Istri menunaikan tugas sebagai ratu rumah tangga juga ibadah. Insya Allah jika diniatkan sebagai ibadah karena Allah, maka hati dan tubuh menjadi ringan untuk menjalaninya. Tak sedikit suami yang melalaikan tugas mencari nafkah, pun tak sedikit istri yang lalai melayani suami. Namanya manusia pasti selalu digoda agar berkelit dari kewajiban, semoga kami tetap konsisten memikul tanggung jawab dalam pernikahan yang diniatkan untuk ibadah ini. 

Menjaga Komunikasi dan Interaksi Suami Istri
Walaupun kami sudah berada di bawah satu atap, bukan berarti kami terus bersama selama 24 jam. Apalagi jam kerja suami saya bukan lagi 9-5 tapi 7-8. Suami berangkat ke kantor jam 7 pagi dan sampai di rumah jam 8 malam. Saya pun menjalani tugas rumah tangga seringkali kelelahan sehingga tubuh sudah berbaring di tempat tidur pada jam suami pulang kantor. Jika kami tidak menjaga komunikasi dan interaksi suami istri, pastilah hubungan menjadi hambar dan tak berarti. Setelah suami pulang dari kantor, kami sempatkan berbincang selama satu sampai dua jam. Kadang-kadang saya sudah tidur, tapi pada sekitar tengah malam saya bangun lagi. Suami juga kadang sudah bangun lagi, karena jarang bisa tidur lama-lama. Saat itulah kami berbincang-bincang tentang apa saja.

Komunikasi yang intens dan rutin ini dapat menjaga kami dari prasangka negatif terhadap pasangan. Jangan dikira bahwa pernikahan bertahun-tahun dapat membuat suami istri saling mengenal. Jika jarang berkomunikasi, bagaimana bisa mengenal? Bahkan setelah menikah saya masih menemukan kejutan-kejutan dari diri suami saya, yang  baru tersingkap setelah mengobrol panjang. Komunikasi juga membuat kami dapat saling memaklumi dan memahami jika ada perbuatan pasangan yang kurang sreg di hati. Dengan pemakluman dan pemahaman itu, kami dapat menerima kekurangan pasangan dan tidak menjadikannya sumber konflik rumah tangga. 

Melakukan Kegiatan Bersama-sama
Memang tidak setiap hari kami melakukan kegiatan bersama-sama, tetapi dalam satu minggu itu harus ada waktu yang kami habiskan bersama. Sebagai istri, saya juga punya aktivitas sampingan dan kadang-kadang mengikuti kegiatan di luar. Saya tidak boleh kebablasan, karena ada waktu untuk suami yang harus dijaga. Kalau suami melarang, ya sudah. Tetap di rumah dan menemani suami. Kami melakukan kegiatan bersama-sama, dari hal-hal kecil seperti pekerjaan rumah tangga (suami  membantu saya mencuci piring, memasak, mengepel lantai, dan sebagainya), berolahraga (main bulutangkis, lari, senam), bahkan sesekali suami mengantarkan saya ke acara yang harus saya hadiri. Begitu juga saya, beberapa kali menemani suami dinas ke Bandung. Dengan begitu, kebersamaan kami dapat dijaga. 

Menemani suami dinas ke Bandung
Liburan Sekeluarga
Mengapa sekeluarga? Berhubung anak-anak masih kecil dan tidak ada tempat untuk menitipkan anak, jadi kalau liburan ya kami tetap mengajak anak-anak. Bukan masalah, karena kami masih mendapatkan waktu berkualitas. Justru enak bisa bersama anak-anak dan anak-anak menyaksikan bahwa orangtuanya rukun dan mesra. Bahkan anak saya yang bungsu usia 3 tahun, ketika ayahnya pulang dari kantor, berkata: “Ayah cium Mamah…. Cium….” Hehehe… itu karena kami tidak sungkan menunjukkan kemesraan di hadapan anak-anak dalam batas wajar, seperti mencium pipi, punggung tangan, dan memeluk. 

Liburan ke Pantai
Liburan tidak harus menunggu anak-anak libur panjang. Di akhir pekan pun bisa. Kalau libur panjang anak-anak, kami biasanya pulang ke rumah nenek dan kakeknya di Garut, lalu menjelajahi tempat-tempat wisata yang ada di sana dari mulai pantai, pemandian air panas, gunung, dan sebagainya. Saat akhir pekan, kami bisa berjalan-jalan ke tempat yang dekat, seperti Kebun Raya Bogor (karena rumah saya di Bogor), Kebun Binatang Ragunan, atau menginap di hotel untuk satu malam. Tidak masalah. Biaya terjangkau, karena tidak harus berlibur ke luar negeri. Liburan sekeluarga selain mendapatkan kesenangan dan melepas stress, juga semakin mendekatkan hubungan antara suami istri dan anak-anak. Hubungan yang dekat itulah yang akan membuat kita merasa hampa jika ada satu saja yang hilang. Otomatis, suami dan istri memiliki keinginan untuk mempertahankan hubungan sampai kapan pun. 

Bayangkan kalau suami berlibur sendiri, istri pun demikian. Lama-lama ikatan hati itu mengendur karena sudah tak memiliki ketergantungan satu sama lain. Tak heran jika banyak suami istri yang bercerai dengan alasan karena kesibukan sehingga tak ada waktu untuk  bersama. Padahal, kebersamaan itu mudah diciptakan. Termasuk berlibur pun tak perlu menunggu liburan panjang. Liburan juga tidak harus ke tempat yang mahal dan mengeluarkan biaya yang banyak. 

Menjaga Hubungan Intim Suami Istri
Salah satu tujuan pernikahan adalah mendapatkan hubungan seks yang halal, karena memang hubungan intim suami istri itu tidak bisa dianggap sepele. Sesibuk apa pun, suami istri harus menyempatkan diri untuk berhubungan intim minimal seminggu sekali, kecuali saat istri berhalangan. Percayalah, hal itu akan menguatkan hubungan suami istri. Beberapa waktu lalu, saya juga mendengarkan pemaparan seorang konselor di bidang pendidikan anak, bahwa keberadaan seorang ayah itu harus mutlak ada dalam pengasuhan anak. Bagaimana supaya ayah betah di rumah dan bersedia mengasuh anak bersama istri? Salah satunya, perhatikan kebutuhan seksual suami. Dengan kata lain, suami istri harus menjaga hubungan intim di tempat tidur. 

Namun, dalam berhubungan intim tersebut sering kali menghadapi kendala baik psikis maupun fisik. Kendala fisik acapkali mempengaruhi kondisi psikis. Sebut saja area V wanita yang mengalami gangguan karena gatal-gatal, keputihan, bahkan berwarna kehitaman karena terletak di bagian lipatan. Kondisi fisik tersebut bisa membuat seorang istri merasa tidak percaya diri ketika berhubungan intim dengan suami dan mempengaruhi psikologisnya. Ada istilah frigid, di mana istri enggan berhubungan intim dengan suaminya karena tidak percaya diri dan khawatir suami tidak puas. Padahal, kondisi fisik yang demikian bisa diobati, baik dari dalam maupun luar. Dari luar misalnya dengan menggunakan pembersih area kewanitaan Lactacyd White Intimate Whitening Daily Feminine Wash.

Tak hanya berfungsi membersihkan daerah intim wanita atau area V, Lactacyd White Intimate juga mencerahkan area V dalam waktu empat minggu apabila rutin digunakan minimal dua kali sehari, karena mengandung Ekstrak Susu,  Algowhite dari alga laut, dan Actipone-B dari bengkoang. Telah teruji secara dermatologis sehingga aman digunakan setiap hari. Saya sudah menggunakannya kurang lebih satu minggu, jadi tinggal menunggu tiga minggu lagi untuk membuktikan hasilnya. Sedangkan untuk fungsi membersihkan, Alhamdulillah sudah terasa efeknya. Area V terasa lebih bersih dan kesat, gatal-gatal juga berkurang. Maklum, sehari-hari saya banyak bergerak dan mudah berkeringat, sehingga dapat memancing kuman penyebab gatal. Dulu saya merasa terganggu sekali, sekarang tidak lagi. 

Penggunaannya sangat mudah, seperti memakai sabun biasa. Cukup tuangkan di telapak tangan secukupnya lalu busakan, sapukan ke area V dari depan ke belakang, kemudian bilas hingga bersih. Rasakan deh kesegarannya. Bagi saya pribadi, memakai Lactacyd ini sangat membantu dibandingkan dengan sabun biasa karena cocok untuk area V dan tidak membuat iritasi. Kalau pakai sabun biasa justru terasa perih dan gatal. Saya beli ukuran 60 ml sehingga bisa dibawa ke mana-mana, termasuk saat menginap di hotel bersama suami (uhuui…), saya bawa juga lho. Harganya Rp 24.000 di minimarket dekat rumah pun ada. Harga ini bervariasi tergantung tokonya. Jadi, kalau habis, bisa langsung ke minimarket dekat rumah. Pemakaiannya juga hemat, karena hanya menggunakan satu sampai dua tetes untuk sekali pemakaian. 

Semakin intim dengan Lactacyd White Intimate? Mengapa tidak? Karena Lactacyd, Proven Self V.



14 comments:

  1. Bener, mak. Lactacyd varian ini khasiatnya bikin pede para emak-emak. Hehehe... Walopun gak keliatan, bagian yang 'ini' penting juga ya untuk terlihat putih. Goodluck kontesnya. ^^

    ReplyDelete
  2. Uhuiiii....baca ceritanya roman pisaaan dah ah
    moga lucky mb
    aku jg pake,terutama pasca mlahirkan

    ReplyDelete
  3. Oh..jadi itu rahasianya? Hihihi..
    Coba aaahhh..

    ReplyDelete
  4. Makin langgeng ya mbak leyla

    ReplyDelete
  5. Wah qu jd pengen cobain ini TFS mba^^

    ReplyDelete
  6. Keren reviewnyaaaa. Mudah-mudahan menang ya Maaaak. Hihihi. Aku juga pengen ikutan nih, tapi datelinennya besok. Moga masih keburu. Hihihii

    ReplyDelete
  7. Lactacyd saya malah dibelikan suami hihi. Emang perhatian banget dianya.

    ReplyDelete
  8. wah coba ah, belum coba sih produk lactacyd

    ReplyDelete
  9. Aku sih setuju kalau keharmonisan keluarga emang penting untuk dijaga, mba leyla. Wajib itu hukumnya. Biar rumah tangga awet :)

    ReplyDelete
  10. saya juga suka ngintil kalo suami dinas keluar kota, seklaian jalan2 hehehe

    saya masih pake lactacyd yang warna pink, mba, belum coba yang ini :)

    ReplyDelete
  11. Aq blm coba lactacyd yg bisa memutihkan ini :)

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....