Thursday, August 4, 2016

Bagaimana Agar Ibu Rumah Tangga Merasa Cukup dengan Pemberian Suami?

Assalamualaikum. Tulisan saya yang berjudul Saya Bangga Menjadi Ibu Rumah Tangga rupanya dibaca oleh belasan ribu orang. Saya pun beberapa kali mendapatkan email dari ibu-ibu bekerja yang ingin resign dari pekerjaannya dan menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Rata-rata kendalanya sama. Khawatir dengan penghasilan suami yang pas-pasan dan takut tidak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga. Solusinya bagaimana?



Perlu saya jelaskan bahwa ketika menulis tulisan tersebut, bukan ingin mengajak ibu-ibu untuk resign. Semata hanya untuk curhat, karena awal ngeblog ini murni curhat. Tak disangka ternyata banyak ibu yang terinspirasi ingin resign. Alasan utamanya adalah anak. Mereka ingin fokus mengurus anak-anak. Tentu itu alasan yang sangat wajar. Ibu mana yang tidak ingin dekat dengan anaknya? Menjadi ibu bekerja atau full di rumah ada plus minusnya. Ibu bekerja itu plusnya ya bisa punya penghasilan sendiri, tapi minusnya kedekatan dengan anak berkurang. Jujur saja, pasti berkurang karena tidak bisa terus bersama anak. Apalagi anak masih kecil.

Ibu yang tidak bekerja, plusnya ya bisa terus dekat dengan anak (kecuali anak sudah sekolah formal) dan minusnya jadi tidak punya penghasilan sendiri. Mau beli apa-apa, tidak bebas karena harus minta ke suami. Mau memberi ke orangtua pun harus izin suami. Apa pun pilihannya tentu kita sudah siap menanggung konsekuensinya. Dan ibu-ibu yang curhat ke saya itu memang mengeluhkan kurangnya kebersamaan dengan anak, serta kerinduan mengurus anak-anaknya sendiri. Jadi, ibu yang di rumah, berbahagialah karena kita bisa dekat dengan anak-anak dan tidak merasakan kegalauan tersebut.

Bagaimana dengan ekonomi keluarga? Itu yang jadi masalah mengapa ibu-ibu tersebut masih galau ingin resign. Mereka khawatir dengan gaji suami yang pas-pasan tidak akan cukup untuk kebutuhan rumah tangga. Soal cukup atau tidak cukup ini sebenarnya relatif. Ada orang yang merasa cukup walaupun hanya bergaji 1 juta/bulan, ada yang belum cukup juga walaupun gajinya ratusan juta. Karena pengalaman membuktikan, semakin kaya seseorang maka akan semakin banyak pengeluarannya. Urusan uang itu memang tidak akan pernah cukup. Maka rasa cukup harus didatangkan dari dalam diri kita.

Banyak ibu rumah tangga yang mencari alternatif pekerjaan yang bisa dilakukan dari dalam rumah. Saya juga begitu. Namun, banyak juga yang tetap tidak memiliki pekerjaan yang menghasilkan uang dan mereka masih baik-baik saja. Pengalaman saya, sebulan setelah resign, suami saya diPHK dari pekerjaannya. Kami berdua nyaris jobless. Saya juga pernah bertahun-tahun tidak menulis dan tidak dapat penghasilan tambahan. Benar-benar hanya mengandalkan gaji suami. Alhamdulillah, rejeki masih tetap ada. Tiap akhir bulan selalu was-was karena sudah tidak punya uang, toh kami masih bisa melewatinya.

Kalau diingat lagi, sewaktu saya masih kerja juga selalu risau menunggu tanggal gajian karena uang sudah menipis. Jadi sama saja, kan? Dan sekarang setelah saya punya penghasilan sendiri, sebenarnya tidak berpengaruh signifikan juga terhadap perekonomian keluarga karena uangnya saya simpan sendiri. Hanya kadang saya keluarkan kalau uang belanja sudah habis. Mengapa begitu? Karena suami sudah terbiasa mencari nafkah dan menanggung ekonomi keluarga sendiri, jadi tidak butuh lagi uang saya. Tapi dulu saat saya tidak punya penghasilan sendiri, uang belanja habis pun bisa minta ke suami dan suami akan mengusahakannya walaupun dia sendiri sudah habis uangnya. Dari mana? Ya dari Allah. Dari mana saja selalu ada jalannya.

Bagaimana supaya istri merasa cukup dengan pemberian suami?

  1. Hidup hemat, tidak lapar mata, & tidak boros: setelah tidak bekerja, saya menjadi jauh lebih hemat. Dengan tidak bekerja di kantor, saya tidak perlu membeli kosmetik lengkap, baju-baju baru, sepatu, tas, dan sebagainya. Saya baru beli kalau memang sudah butuh. Kalau kerja di kantor, saya pasti sering beli karena harus terlihat berbeda setiap hari. Kalau di rumah mau dikasih lihat ke siapa? Saya juga tidak perlu keluar ongkos transport, uang makan, uang ngopi cantik, tidak bayar pembantu, tidak bayar pengasuh anak, dsb. Akibatnya apa? Sekarang setelah saya punya penghasilan sendiri dari nulis dan ngeblog, saya bingung mau dipakai apa. Kalau dihitung-hitung, kebanyakan saya pakai untuk dikasihkan ke orangtua, adik-adik, dan anak. Saya tidak terbiasa belanja-belanja yang tidak penting. 
  2. Lihat ke bawah, jangan lihat ke atas terus. Penyakit ibu-ibu itu adalah tidak tahan kalau tetangganya punya barang baru. Maunya beli juga. Alhamdulillah saya dijauhkan dari pergaulan ibu-ibu yang menyesatkan (eh, maaf lho). Saya bergaul dengan ibu-ibu yang sederhana. Sehingga saya tidak punya keinginan untuk membeli segala hal yang sedang tren. Saya diperlihatkan kehidupan lain yang lebih di bawah saya. Sebenarnya saya pusing juga kalau lihat di medsos orang-orang sedang pamer ini itu, tapi kembali lagi saya lihat ke bawah dan berusaha tidak tergoda.
  3. Gantungkan hidup hanya kepada Allah. Jangan pada uang, suami, atau apa pun. Jika saat ini pilihannya hanya suami yang bekerja, maka yakinlah bahwa rejeki melalui suami akan lancar jaya. 


Suami sebagai satu-satunya mencari nafkah? 
Mengapa tidak? Kita tidak perlu merasa sebagai wonder woman, bahwa tanpa kita ikut mencari nafkah maka suami akan kehilangan satu kakinya. Jika suami adalah orang yang bertanggungjawab, dia akan bekerja keras mencari nafkah karena sadar hanya dirinya yang mencari nafkah. Lain halnya jika suami ogah mencari nafkah, itu berarti bukan suami yang bertanggungjawab. Sebagai istri, apa yang harus kita lakukan agar suami giat mencari nafkah? Pertama, mendoakannya. DOA istri itu insya Allah makbul. Doakan kesehatan, keselamatan, kelancaran rejeki bagi suami. Saya teringat cerita Sule, komedian terkenal di Indonesia. Ketika dia masih susah, dia pernah melihat istrinya berdoa dengan khusyuk. Doanya terdengar cukup keras. Meminta agar suaminya mendapatkan pekerjaan yang layak dan bisa bangkit dari kemiskinan. Sule menangis mendengar DOA istrinya, sehingga dia mantapkan tekad ke Jakarta, ikut audisi komedian, dan dia menjadi seperti yang sekarang ini. Makanya dia setia dengan istrinya karena DOA istrinya yang membuatnya bangkit.

Kedua, selalu berikan motivasi dan dukungan kepada suami agar giat mencari nafkah. Jangan jatuhkan mental suami dengan kata-kata yang tidak baik. Jangan bebani suami dengan hal-hal tidak penting dan tuntutan-tuntutan yang memberatkan. Bersabarlah menanti kesuksesan suami. Insya Allah akan tiba waktunya suami menjadi mapan dan kita tidak perlu lagi galau apakah harus bekerja mencari uang atau tidak.

Akhir kata, tidak perlu ada ibu yang tersinggung ya karena tulisan saya ditujukan kepada ibu bekerja yang galau ingin berhenti kerja tapi masih khawatir dengan urusan ekonomi. Bagi ibu-ibu yang masih bekerja dan tidak ingin resign, teruskan saja pilihannya. Tentu ada alasan yang berbeda-beda. Tidak semata ekonomi. Banyak juga ibu yang bekerja untuk kemaslahatan umat, seperti dokter, bidan, anggota DPR, dsb.

27 comments:

  1. Denga syukur, insya Allah hidup sudah lebih dari segalanya ya Teh...

    Sepertinya ibu-ibu harus mulai aktif ikut pengajian. Supaya terus mendapat asupan gizi yang manfaat untuk kestabilan rohani.

    Maaf, saya rasakan dan lihat sendiri, jika hidayah blm datang, memang susah untuk bisa bersyukur itu. Terlebih kehidupan gaya kota. Walau di kampung pun kalo sifatnya sudah tak bisa menerima kondisi ekonomi suami tetap aja jadi bahan percekcokan ��

    Mengaji tidak harus datang ke pengajian (jika bisa itu lebih afdol) melalui medsos, gizi untuk rohani itu pun kita bisa dapat. Kuncinya pandai memilih teman, memilih bahan bacaan, dan pandai mengambil pelajaran baik dari kejadian yang menimpa sehari-hari.

    Semoga kita termasuk istri solihah yang mendapatkan jalan ke surga dari pintu mana pun yang disukai, amin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin betul, Mbak Okti. Dengan rutin mengaji kebesaran Allah, insya ALLAH hati tenang dan tenteram.

      Delete
  2. Siap mendoakan suami dan menyemangatinya, tapi saya juga suka bekerja dan menghasilkan uang sendiri, alhamdulilah bisa dari rumah aja, ada aja rejekinya insyaallah aaamiiin :D

    Note: jarang gaul ma tetangga jd kagak tau tetangga beli apaan aja hahahaa :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama, Mbak April. Aku juga suka kerja dari rumah. Aamiin..

      Delete
  3. Intinya bersyukur ya mba.. alhamdulillah setelah resign nafkah dr suami justru bertambah krn karir suami meningkat.. jd memang ga perlu kawatir ya mba.. setuju bgt sm tips no 3

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah ya Mbak. Pengalamannya sama juga dengan saya.

      Delete
  4. Secara ekonomi memang belum bisa mengandalkan penghasilan siami, tapi Allah Maha Baik. 2 hari setelah resign saya malah dapat kerjaan nulis yg hasilnya 10x lipat dari honor saya ngajar. Alhamdulillah. Dari situ saya yakin, Allah udah perfect ngatur rezeki kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Barokallahu, rahasia rejeki hanya Allah yang tahu ya Mbak.

      Delete
  5. Aamiin. Iya. Rejeki bisa dr mana saja, nggak wajib 2-2nya kerja. Kecuali kalo memang si ibu nggak betahan di rumah. Ada lo ibu2 yg seperti itu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga ga betahan di rumah. Jalan-jalan ke sekolah anak-anak, hehe..

      Delete
  6. Saya jadi saksi bagaimana doa kita sebagai istri dikabulkan. Alhamdulillah kami sudah ga punya hutang bank lagi. Kami hidup sederhana dan apa adanya. Sesekali mau makan enak Alhamdulillah bisa aja. Salfa pun mau mainan ini itu sejatinya bisa dibeli tetapi kami ajarkan utk hidup sederhana dan bermain dengan mainan yang sudah ada.

    Saya yang masih galau mau bekerja kembali diingatkan bahwa kelak anak akan menjadi penolong di surga tp kalo tidak kita bentuk sebagai anak shalih/ah dari sekarang, mana bisa kan? Makanya perlu ibu yang lebih banyak waktu mendidiknya.

    Suami selalu berkata: Jangan takut soal rezeki. Karena jika takut, seolah kita menganggap remeh kemampuan Allah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Barokallahu mba Rahmah. Senangnya punya suami soleh yang yakin akan kebesaran Allah.

      Delete
  7. Terimakasih atas nasehatnya mbak :)

    Saya juga baru2 ini dinasehati suami untuk banyak berdoa kalau mau perekonomian lbh baik. Mungkin iya selama saya memang kurang mendoakannya..

    Harus lbh rajin berdoa :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, mba Sinta. Banyak berdoa untuk suami dan keluarga kita ya.

      Delete
  8. Disyukuri apa adanya dan jgn hawatir nggak bs makan. Allah maha kaya, ya Mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Jiah. Cacing dalam tanah juga bisa makan, apalagi manusia yang dikasih akal :-)

      Delete
  9. Kegalauan yang sama saat saya mau resign dulu. Alhamdulillah, rezeki mah selalu ada. Dari mana pun itu. Termasuk dari menulis seperti Mak Leyla. Tapi, saya masih boros eung. Kudu nyontoh Maj Leyla nih. Tfs, mak...

    ReplyDelete
  10. Waahhh... mba.. tulisannya menginspirasi sekali. Bener mba, doa istri yang sungguh - sungguh ampuh. Saya juga udah membuktikannya. Inshaallah dengan jadi full time mom rejeki mah Allah yang ngatur. Serahkan semuanya pada pencipta. Asal semuanya on the right track.

    ReplyDelete
  11. Tulisannya bagus mba. Berharap bisa nulis kayak mba. �� Saya pernah mau berhenti kerja, mba karena anak saya hanya mau minum asi secara langsung tapi kemudian ibu saya menguatkan kalau ini adalah bagian dari perjuangan. Toh pekerjaan saya juga blm tetap, masih freelance di sana sini. Jadi cukup fleksibel. Suami saya juga gak yakin kalau saya mau di rumah aja. Hehe... Tapi ya kadang dilema juga saat anak gak mau dititipin atau gak mau pulang. Nah lo. Hehe...

    ReplyDelete
  12. betul mbak, aku sendiri bekerja tapi bukan untuk mencari nafkah tapi buat mengembangkan kemampuan aku, kata suamiku sayang kalau kamu di rumah saja. dari aku ngajar di sekolah kecil dg gaji minim gak aku pedulikan, sampai dpt ngajar di sekolah top, uang gajian juga lebih banyak aku pakai buat kegiatan dg murid2ku agar mereka berkembang. Sampai aku dapat sertifikat guru padahal aku bukan lulusan guru. Akhrinay aku mengundurkan diri dari mengajar setelah aku merasa aku perlu mengembangkan kemampuan yang lain apalagi anak2 sudah dewasa. yaitu berbagi . Aku buat komunitas anak2 mengajak anak belajar dan bergembira. Aku juga banyak terlibat sebagai relawan

    ReplyDelete
  13. Menenangkan, jika mengikuti gaya dan trend tak ada habisnya. Saya berbelanja sesuai kebutuhan

    ReplyDelete
  14. Wah... Keren nih Mbak �� ijin share ya...

    ReplyDelete
  15. do’a istri sgt mempengaruhi juga ya.. mmg kita sebaiknya banyak bersyukur

    ReplyDelete
  16. tulisannya makjleb jleb banget mbak..subhanallah

    memang Allah maha kaya

    ReplyDelete
  17. noted, terima kasih sudah diingatkan ya mbak leyla

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....