Wednesday, November 2, 2016

Penulis, Buku Obral, dan Amal Jariyah

Assalamualaikum. Tadi siang saya mendapat kiriman email dari penerbit yang memberikan kabar tentang naskah novel saya. Saya diminta mengirim sinopsis lengkap untuk diajukan ke Editor in Chief penerbit tersebut.


Yah, akhirnya setelah naskah itu malas-malasan saya ajukan ke penerbit, sekarang ada perkembangannya juga. Sudah hampir dua tahun saya tidak menerbitkan novel. Memang, waktu untuk menulis novel tergeser oleh ngeblog.

Makanya kalau ada teman yang bilang (dan ini banyak yang bilang), rejeki saya ada di novel bla bla bla. Yeaaah, saya sudah hampir dua tahun tidak menerima royalti dari novel-novel. Tahu kan, kondisi perbukuan saat ini sedang buruk?

Novel-novel yang saya pamerkan di medsos adalah terbitan lama yang sudah tidak ada royaltinya. Novel-novel yang diobral itu sudah tidak memberikan royalti untuk penulisnya. Harga novel obral hanya 5 ribu-10 ribu saja.

Mengenaskan, memang. Tidak heran sih, karena kita (bahkan saya) lebih suka pegang Smartphone daripada buku. Orang semakin malas ke toko buku. Itulah kenapa saya merasa tak bersemangat setiap melihat draft novel.

Baca juga: Novelmu Belum Selesai-selesai?! 

Kendalanya bukan sulit menyelesaikan naskah itu, tapi selalu muncul pertanyaan, "Apakah nanti ada orang yang membeli novel saya? Kalau tidak ada, untuk apa ditulis?" Saya juga butuh "duit cepat" dan menulis di blog untuk saat ini lebih cepat menghasilkan duit.

Ya sih, orang hidup kan butuh duit. Menulis satu novel butuh waktu berbulan-bulan. Lalu, menunggu kabar dari penerbit juga berbulan-bulan. Setelah terbit, harus tunggu enam bulan untuk terima royalti. Setelah terima royalti pertama, buku diobral dan tidak ada royalti lagi.

Jika saja bukan karena saya senang berimajinasi saat menulis novel, pasti saya sudah berhenti. Berhenti menganyam mimpi menjadi novelis ternama dengan novel best seller. Entahlah.

Dua minggu lalu, usai mengambil raport Sidiq, saya nongkrong di parkiran menunggu suami selesai mengambil raport Ismail. Tiba-tiba tetangga saya yang anaknya juga bersekolah di tempat yang sama, menyapa saya.

"Eh, Bu.... Ibu masih simpan novel Ibu yang judulnya 17 tahun?" tanyanya.

Novel berjudul 17 tahun adalah novel saya yang terbit tahun 2007, sesaat sebelum saya vakum dari menulis karena momong dua bayi (Ismail & Sidiq). Promosinya pun tidak maksimal. Boro-boro dipromosikan di medsos, saat itu saya belum punya IG, FB, Twitter, dan Blog ini.

Namun, setelah saya punya medsos pun tetap tidak berpengaruh banyak terhadap promosi buku. Novel Brisbane yang terbit setelah saya aktif ngeblog dan medsos, tetap saja masuk ruang obral hehehe....

Novel 17 Tahun dikembalikan kepada saya sebanyak dua kardus. Sebagian saya jadikan suvenir nikahan adik saya. Sebagian lagi saya jadikan hadiah lomba tujuh belasan di komplek perumahan saya. Anak ibu itu adalah salah seorang yang mendapatkan novel gratis. Ibunya seorang guru di sebuah SMP di Jakarta.

"Saya ini kan sering ngasih pendidikan karakter ke anak-anak di sekolah saya. Novel Ibu itu bagus sebagai contoh. Kan enak kalau ngasih contoh dalam bentuk cerita. Jadi, novel Ibu itu sering saya bawa-bawa sampai lupa ditaruh di mana. Ibu masih punya novelnya di rumah? Nanti saya ke rumah Ibu deh," jelasnya.

Saya tertegun. Satu buah novel lawas dipakai untuk pendidikan karakter anak-anak remaja di sekolah?

Sepanjang perjalanan pulang dari sekolah anak-anak, sambil duduk di boncengan motor suami, saya menangis. Saya terisak sampai suami menoleh sedikit ke belakang, tapi buru-buru saya sembunyikan tangisan saya.

Novel itu sama sekali tidak ada royaltinya. Anjlok di pasaran sampai dibagi-bagikan gratis. Saya sedih. Sedih karena saya tidak dapat royalti. Di sisi lain, saya juga sedih tapi sedih bahagia. Novel saya dipakai untuk mendidik karakter anak-anak.

Lalu, saya teringat tentang amal jariyah. Amal yang pahalanya tidak terputus-putus. Contohnya, kita memberikan mukena ke masjid lalu mukena itu dipakai oleh semua orang yang salat di masjid itu. Pahalanya mengalir terus ke si pemberi mukena.

Dan saya, memberikan satu buah novel yang sudah diobral. Novel obral yang kata orang dalam sindiran-sindiran adalah novel yang tidak berkualitas. Kalau berkualitas, pasti tidak diobral, kan. Padahal banyak juga novel peraih Nobel sastra yang diobral.

Alhamdulillah. Saya bahagia. Saya memang tidak mendapatkan sepeser pun royalti, tetapi novel saya dipakai untuk mendidik karakter anak-anak remaja satu sekolahan. Dan mungkin itu akan berlanjut terus selama si Ibu masih mengajar di sana. Berapa anak? Saya tidak tahu berapa tepatnya.

Baca juga: Menjadi Penulis yang IKHLAS

Semoga novel dan buku-buku saya menjadi amalan yang tidak putus setelah saya meninggal dunia nanti. Aamiin.

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

*Renungan di pertambahan umur, 1 November 2016

19 comments:

  1. Barakallah umrik Mba Leyla Hana :) Makasih ya sharingnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga bisa sukses, dan tetap semangat menulis dan berpromosi. Menulislah dan terbitkanlah, walau tidak mendapat royalti siapa tahu rezeki datangnya daripintu tidak terduga. Walau sebenarnya rezeki itu datangnya karena rajin menulis.

      Delete
  2. Tetap semangat ya mba Leyla. Iya banyak sekali buku yang di obral murah mba.

    ReplyDelete
  3. Aku suka novel mbak leyla. Aku punya yang aku, juliet dan yang trbitan diva press. Semangat nulisnya Mbak. Iya kalo niat jadi penulis memang harus ikhlas jadi dasar pegangan hati.

    ReplyDelete
  4. Aku suka novel mbak leyla. Aku punya yang aku, juliet dan yang trbitan diva press. Semangat nulisnya Mbak. Iya kalo niat jadi penulis memang harus ikhlas jadi dasar pegangan hati.

    ReplyDelete
  5. Terima kasih sharingnya mbak :") semoga keikhlasan dan niat baik mbak lelya dibalas Allah dengan indahnya surga, aamiin. .

    ReplyDelete
  6. Aamiin ... :) Aku setuju sama Mbak. Kembali pada apa niat kita menulis. :)

    ReplyDelete
  7. Buku pertamaku sebentar lagi juga akan bernasib sama. Dikembalikan entah berapa banyak dan tanpa royalti sepeserpun. Alhamdulillah, saya gak kapok. Tetap menulis karena saya sudah bertekad untuk berdakwah fil qalam.

    ReplyDelete
  8. amiiin, gak akan sia-sia ya insyaallah

    ReplyDelete
  9. aamiin, smg novel yg baru nanti jg bakal menginspirasi dan mengalirkan pahala amal jariah.

    ReplyDelete
  10. Amiin ya Rabb... Tujuan akhirat saja, insya Allah dunia mengikuti. Trimakasih Mbak Leyla yang baik, sudah mau menceritakan apa adanya.

    ReplyDelete
  11. Ittulah gambaran penulis di negara kita. Makanya tidak mengherankan, orang malas untuk menulis dan penerbit malas juga menerbitkan buku. Lebih suka menerbitkan buku-buku soal-soal mata pelajaran sekolah.
    Tapi semangat tidak boleh pantang menyerah.
    Menulis dan menulislah, jangan hiraukan ada yang baca atau beli.
    walau memang semua butuh duit.
    Makanya aku setiap bulan mencoba untuk menyisihkan duit guna membeli buku.

    ReplyDelete
  12. kadang kita tak menyadari kalau ahl yang sekecil apapun bisa bermanfaat bagi orang lain ya mbak

    ReplyDelete
  13. masya Alloh mbak. rezeki juga itu ya, menjadi pembuka jalan amal yg lain.

    ReplyDelete
  14. Tetap semangat mba, saya malah pengen kayak mba bisa menelurkan karya. Semoga bisa bermanfaat untuk orang lain aamiin

    ReplyDelete
  15. Semangat terus yaa mbaaa.. Meski kondisi penerbitan sekarang lesu tapi smartphone, internet gak bisa menggantikan sensasi membuka buku lembar demi lembar atau nyium bau kertas.. :) Buku yg bermanfaat pasti berguna buat orang sampai kapan pun..

    ReplyDelete
  16. keep spirits. .seneng deh bisa bertemu orang-orang hebat seperti mbak. success selalu

    ReplyDelete
  17. Amin....

    Penerbitan skrg emang anjlok ya, mbak. Tapi saya tetap baca, bagaimanapun keadaannya

    ReplyDelete
  18. semangat mba, ternyata begini ya suka dukanya menjadi novelis... saya bercita-cita suatu saat bisa menerbitkan novel, salut dengan mba hana yang sudah benar-benar menjadi novelis

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....