Sunday, November 26, 2017

Tips Mengawasi Penggunaan Gadget pada Anak di Era Digital



Alhamdulillah, kemarin saya mendapatkan kiriman smartphone hadiah lomba blog. Tahu nggak siapa yang paling excited melihat kotak kayu berisi smartphone itu? Anak-anak saya! Mereka langsung berebutan ingin memiliki isinya setelah saya kasih tahu kalau isinya adalah handphone.



Nggak heran sih kalau anak-anak saya menyukai gadget. Mereka pasti sudah membayangkan akan mengunduh games apa di smartphone itu. Ternyata benar. Setelah diaktifkan, mereka langsung menghabiskan kuota data saya untuk mengunduh games dan menonton youtube! Hikss....

Gadget, memang sekarang ini sudah nggak bisa dipisahkan dari hidup kita. Gimana anak-anak nggak mau kenal gadget kalau orangtuanya juga nggak lepas dari gadget? Saya akui bahwa saya sangat dekat dengan smartphone. Benda itu hanya lepas dari tangan saya kalau saya sedang ke kamar mandi, memasak, salat, dan naik motor. Suami saya juga begitu.

Jadi, gimana anak-anak nggak mencontoh orangtuanya? Saya memang harus dekat dengan Smartphone karena pekerjaan ada di situ. Maksudnya, pekerjaan saya selalu terhubung dengan media sosial. Nggak ngecek smartphone beberapa menit saja, ada tawaran pekerjaan yang hilang. 

Anak-anak sudah mengenal gadget sejak mereka lahir. Kemajuan teknologi ini benar-benar nggak bisa dihindarkan. Bahkan, pakar parenting pun saya yakin nggak bisa menjauhkan gadget dari anak-anaknya karena benda ini memang sudah menjadi benda yang penting dalam kehidupan sekarang.

Jadi, bukan gadget yang harus dihindari tapi hal-hal negatif yang ditimbulkannya. Makanya, kemarin tanggal 22 November 2017, GIANT mengadakan Diskusi Parenting bertajuk Gadget 101 for Kids di GIANT CBD Bintaro bersama Elizabeth (Lizzie) Santosa, Psikolog dan Komisioner Komnas Perlindungan Anak Indonesia, sekaligus penulis buku Raising Children in Digital. Diskusi ini dilakukan untuk memperingati Hari Anak Internasional 2017.

Sebelumnya, Tony Mampuk, GM Corporate Affairs GIANT dalam sambutannya menyatakan bahwa perkembangan teknologi yang sangat dinamis membuat orangtua harus cerdas dan cermat mengawasi penggunaan gadget pada anak di era digital ini, karena tidak mungkin menghindarkan anak dari gadget mengingat gadget juga punya peran penting untuk tumbuh kembang anak.

Tony Mampuk

GIANT sebagai retail yang peduli terhadap perkembangan anak, mengadakan diskusi ini agar orangtua mendapatkan penjelasan langsung dari ahlinya. Dalam diskusi ini, orangtua juga dapat bertanya kepada Lizzie mengenai problematika yang dihadapi anak-anaknya berkaitan dengan gadget.

Ternyata, menurut Lizzie, Gadget dapat membantu perkembangan motorik, fisik, neurologi, kognitif, moral, bahasa, sosial, dan perkembangan gender dan orientasi seksual.

Kebetulan nih, seorang teman anak saya di Taman Kanak-kanak, sudah bisa membaca sejak umur 3 tahun. Jadi, saat dimasukkan ke TK itu, si anak sudah lancar membaca. Saya tanya resepnya ke ibu si anak. Rupanya sejak umur setahun, anaknya sudah dikasih nonton YouTube khusus tontonan edukatif seperti belajar membaca itu.

Kalau anak saya sendiri, gadget membantu perkembangan bahasanya. Sebagai info, saya ini orangnya nggak banyak ngomong. Kalau nulis, iya banyak, tapi kalau ngomong sih paling males. Suami saya juga orangnya irit bicara. Alhamdulillah, anak-anak saya cerewet semua, alias banyak bicaranya hehe.... Mereka juga pandai bicara dengan bahasa yang nggak umum, maksudnya bahasa level tinggi. Kadang-kadang mereka juga menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris, padahal orangtuanya nggak ngajarin. Jadi, anak-anak saya belajar dari mana? YouTube dan games.

Lizzie Santosa

Itu dia makanya Lizzie sendiri justru menyarankan penggunaan gadget pada anak sedini mungkin asalkan diawasi dengan baik dan hanya memilih konten yang mendidik. Dampak positif internet pada anak, sebagai berikut:


  1. Menunjang materi belajar. Tutorial-tutorial edukatif bisa kita temukan di YouTube dan Playstore. Saya pun mengunduh aplikasi belajar membaca, bahasa Arab, bahasa Inggris, dan sebagainya di Playstore. Disajikan dalam bentuk games menarik, sehingga anak-anak senang mempelajarinya. 
  2. Dapat mengikuti komunitas atau forum yang positif, terutama bagi anak remaja yang sudah diperbolehkan menggunakan media sosial. Misalnya saja, komunitas fotografi, sains, dan sebagainya. 
  3. Pendalaman kompetensi remaja dan kreativitas, contohnya melalui YouTube dan tutorial Do it Yourself (DIY). Nah, ini anak kedua saya suka ngikutin tutorial di YouTube, seperti membuat mainan dari kardus. 
  4. Penambahan ide dari menulis di blog. Para remaja bisa diajak mengisi waktu dengan menulis di blog, sekadar curhat-curhat sederhana atau bahkan tulisan berbobot. Jawara lomba blog pun ada yang masih duduk di bangku kelas 1 SMA. Asyik kan, masih remaja sudah bisa cari uang sendiri dari kegiatan positif. 
  5. Media mengekspresikan diri. Untuk anak-anak usia di atas 13 tahun, sudah diperbolehkan memiliki media sosial seperti blog, Facebook, Twitter, Instragram, asalkan orangtua tetap mengawasi sepak terjangnya ya. Orangtua perlu berteman dengan anak-anaknya di media sosial. Media sosial menjadi tempat mengekspresikan diri sehingga anak dapat membangun kepercayaan dirinya. Asalkan tetap diawasi agar terhindar dari hal-hal negatif seperti pelecehan seksual, bullying, eksplorasi berlebihan. 
Intinya, menurut Lizzie, pengenalan gadget bisa dilakukan sedini mungkin tapi batas minimum penggunaan media sosial adalah 13 tahun. Makanya, anak-anak saya belum ada yang punya media sosial. Kemarin, anak tetangga sudah "ngomporin" supaya anak-anak saya punya Facebook. Mereka punya tanya ke saya, Facebook itu apa. Kata anak tetangga, nanti foto-foto bisa diupload ke Facebook. 

Saya belum memperbolehkan anak-anak memiliki Facebook dan media sosial lainnya karena mereka belum bisa memfilter foto-foto yang boleh dan tidak boleh diupload ke Facebook. Kalau foto telanjang yang diupload, gimana? Namanya juga anak-anak kan. Mereka boleh memakai gadget, itupun hanya mengakses konten edukatif dari games dan YouTube. 

Lalu, apa tips mengawasi penggunaan gadget pada anak?


  • Memberikan aturan yang sama kepada seluruh anggota keluarga. Larangan penggunaan gadget pada jam tertentu harus berlaku juga untuk orangtua. Jadi, jangan melarang memakai gadget kalau orangtuanya juga memakai gadget. A
  • Aturan ditetapkan secara konsisten dan berkelanjutan. Tidak ada tawar menawar. Misalnya, dilarang pakai gadget saat sedang makan. Semua anggota keluarga harus menaatinya, termasuk orangtuanya juga. 
  • Orangtua harus memahami dunia anak. Kadang anak-anak juga butuh hiburan sesaat, misalnya bermain games. Anak-anak saya contohnya, sekolah sampai sore. Pulang sekolah, saya kasih kesempatan main games maksimal 1 jam. Kenapa enggak? Toh, di sekolah mereka nggak pakai gadget. Main games sekadar untuk merefresh otak, nggak ada salahnya. 
  • Tidak melepas pengawasan pada anak. Orangtua harus mendampingi anak-anaknya saat menggunakan gadget. Gadget yang dipegang anak tidak boleh menggunakan password. Kalaupun ada password-nya, orangtua harus tahu password-nya apa. Jangan sampai ada yang disembunyikan oleh anak dari orangtuanya. 


Orangtua jangan asal melarang penggunaan gadget pada anak tanpa memberikan alternatif kegiatan lagi yang menyenangkan. Ya anak-anak kan bisa bosan juga, apalagi orangtuanya sendiri sibuk dengan gadget. Salah satu kegiatan positif untuk mengalihkan gadget dari anak adalah mengikuti kompetisi menggambar seperti yang diadakan oleh GIANT, yaitu GIANT FAUNATIC DRAWING COMPETITION.

Selain acara Diskusi Parenting, GIANT juga mengumumkan nama 10 pemenang lomba menggambar fauna itu. Lombanya sendiri diadakan dari tanggal 23 Oktober sampai 2 November 2017 dengan tema fauna. Terpilih 10 gambar yang paling menarik dengan total hadiah 30 juta rupiah! Wow!

Nggak hanya itu, hasil karya dari para pemenang juga dijadikan disain untuk reusable bag yang akan dijual oleh GIANT secara nasional. Duh, bangganya orangtua yang anak-anaknya menang lomba itu. Kalau sedang ke GIANT dan menemukan hasil karya anaknya pada tas ramah lingkungan itu pasti seneng sekali. Hm, siapa saja sih ke-10 pemenangnya? 

  1. Hapsari Nisrina Adi Rizky 
  2. Fira Hairunisa Yulifar 
  3. Charlene Josephine
  4. Cornelius Kenneth Riffianto
  5. Sherly Vermont Kwerni
  6. Keiko Audrine Jovita 
  7. Faeyza Zahra Anindita 
  8. Farrel Rizky Hidayat 
  9. Wulan Anjani 
  10. Cheche Kirani 
Itu yang nomor 10 namanya seperti nama artis Cheche Kirani. Selamat ya untuk adik-adik yang berbakat ini. Pak Tony juga mengungkapkan bahwa antusiasme anak-anak terhadap lomba ini sangat besar. Terbukti lomba ini berhasil menarik 313 peserta dari 48 sekolah di Jadebotabek. Apalagi kalau lombanya diadakan secara nasional ya. 

Para pemenang lomba 

Lomba ini memperlihatkan bahwa anak-anak masih suka menggambar secara langsung, alias di atas kertas dan menggunakan pensil warna. Bukan hanya menggambar di aplikasi internet. Kompetisi menggambar ini juga terinspirasi dari Program Indonesia Bebas Sampah 2020 oleh Pemerintah Indonesia. Tas ramah lingkungan yang akan menggunakan disain gambar para pemenang berfungsi untuk mengurangi penggunaan tas plastik, terutama saat berbelanja di GIANT. 

Nah, jadi tasnya bisa dipakai berulang lagi. Apalagi gambarnya menggunakan disain para pemenang lomba gambar ini yang cakep-cakep banget. Siapa tahu nantinya bisa menginspirasi anak-anak kita juga untuk mengikuti jejak para pemenang. Aamiin.

GIANT sendiri adalah salah satu unit bisnis dari PT Hero Supermarket Tbk (HERO Group), pelopor retail modern di Indonesia yang sudah berdiri sejak tahun 1971. Saya termasuk sering belanja ke GIANT. Ada dua gerai, yaitu GIANT Extra dan GIANT Express. GIANT menawarkan harga murah dan pelayanan yang terbaik. Per September 2017 sudah ada 57 gerai Giant Extra dan 108 Giant Express di Indonesia. 

Kalau bisa saya simpulkan dari Diskusi Parenting oleh Lizzie Santosa ini, sebagai orangtua, kita memang nggak bisa menjauhkan anak dari gadget. Selain diawasi penggunaannya, dibatasi pula penggunaannya dan diseimbangkan dengan aktivitas lain agar motorik kasarnya juga berkembang. Misalnya seperti mengikuti lomba menggambar, tapi bukan menggambar via aplikasi lho. Menggambar di kertas, maksudnya. 

Penyerahan kenang-kenangan untuk Lizzie

Semoga kita bisa menerapkan semua tips di atas ya, Buk.



Dokumentasi foto: Anazkia




23 comments:

  1. WUAH talkshownya bareng mom Lizzi santosa
    keren pasti ya pemaparannya..
    makasih mbak udah sharing2 di blog
    anakku 2 suka banged sama gadget T_T

    ReplyDelete
  2. Keren banget dan sesuai kebutuhan. Soalnya sekarang anak susah banget lepas dari penggunaan gadget berlebihan.

    ReplyDelete
  3. Emang agak susah sih ya mengendalikan penggunaan gadget pada anak... Butuh trik khusus... Makasih ulasannya ya mbak, siap aku coba nih...

    ReplyDelete
  4. Perlu bimbingan ya ketika mengenalkan gadget pada anak jangan sampe mereka terlalu berlebihan dlm menggunakan gadget

    ReplyDelete
  5. bisa banget ya, gadget buat belajar anak. manfaat gadget pun jadi alternatif belajar. Kalauh ayahblogger selalu mendamping anak menggunakan gadget

    ReplyDelete
  6. Keponakanku speach delay gegara keseringan nonton youtube dan nonton tv. Jadi sempat khawatir, jangan sampai terulang sama anak sendiri. Tp dari pemaparan ini jadi tahu. Permasalahannya ada pada pendampingan.
    Tfs mba..

    ReplyDelete
  7. Untuk anak2 penggunaan gadget hrs diatur seketat mungkin. Anakku br boleh pakai gadget pas kls 2 SMP itupun krn memang perlu untuk browsing ataupun untuk berkomunikasi dg penjemputnya. Tapi tetap saja, sbg orang tuanya sll bawel ngingetin dia ttg bahaya.gadget.

    ReplyDelete
  8. Ok Salim, sekarang main gadget nya sebentar Aja ya manga ngambek ����, bener bgt pokonya jgn jadi in gadget pilihan terakhir spy anak diam

    ReplyDelete
  9. ya memang harus dijaga biar anak-anak ga kebablasan, klo dirumah hape dikunci jadi ga bisa diakses ke game/aplikasi macem-macem

    ReplyDelete
  10. Kemungkinan besar gadget perlu untuk anak sebagai sumber alat informasi disaat orangtua dalam keadaan bekerja. Tapi apapun itu anak harus tetap mengikuti peraturan orangtua.

    ReplyDelete
  11. Saya suka dengan psikolog Lizzie, setiap dengar omongannya tentang anak selalu saya ingat-ingat.Saya setuju memang penggunaaan gatget pada anak harus diawasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, orangtua jangan lepas tangan kalo ngasih gadget

      Delete
  12. acaranya menarik banget, perlu nih buat buibu yang anaknya doyan main gadget. Tapi kok ya jauh banget di BSD.

    ReplyDelete
  13. acaranya keren nih, apalagi dijaman kayak sekarang ya, yang anak TK ajah udha punya tab sendiri, anakku ga aku kasih gadget, tapi dia lihat anak orang yang mainan gadget jadi suka merengek minta juga :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, asal bisa dimanfaatkan dengan baik, gadget juga positif kok

      Delete
  14. Tidak banyak orang tua yang mampu mengendalikan anaknya main gadget

    ReplyDelete
  15. Tipsnya sangat membantu untuk saya yang calon bunda,mbak. Saya sering melihat kalau anak teman2 saya selalu megang gadget,paling sering nonton youtube,alasannya biar anaknya gak rewel. Tapi saya masih was was kalau si anak buka video yang belum waktunya.

    ReplyDelete
  16. Tipsnya sangat membantu untuk saya,calon bunda mbak.hehehehe

    Saya sering melihat anak temen saya megang gadget,nonton youtube. Alasannya biar anaknya gak rewel. Tapi dalam pikiran saya masih was was kalau si anak buka video yang tidak sesuai usianya.

    ReplyDelete
  17. Bener banget tipsnnya mbak, pendampingan dari orang tua memang sesuatu yang harus.

    Kalau untuk membatasi jam durasi main HP, kadang masih ada anak yang ngeyel. Kira-kira gimana mengatasinya ya mbak?

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....