Tuesday, May 15, 2018

Ketahui Manfaat Menulis di Buku Tulis bagi Anak




"Ini anak-anak kok tulisannya jelek-jelek?" 

Terakhir saya ke Garut kemarin, kakeknya anak-anak mengkritik tulisan tangan cucu-cucunya yang besar-besar dan tanpa spasi sehingga sulit dibaca. Saya diminta untuk menyuruh anak-anak belajar menulis yang indah. Di sekolah, memang anak-anak menulis di buku tulis. Tapi harus saya akui kalau saat di rumah anak-anak lebih sering memegang gadget daripada pulpen.


Sebenarnya dari usia 2 tahun sih anak-anak saya sudah diajari mencoret-coret kertas. Akan tetapi, aktivitas itu rupanya lebih mendorong mereka untuk menggambar seperti gambar mobil, robot, orang, dll. Mereka tidak suka menulis kata-kata yang panjang karena katanya capek. Duh. Setelah mengikuti gelar wicara yang diadakan oleh Sinar Dunia di Morissey Hotel tanggal 8 Mei 2018 dengan tema "Membangun Generasi Cerdas Indonesia Melalui Kebiasaan Menulis." 

Siapa yang kenal Sinar Dunia? Saya yakin kita semua kenal karena merk itu tercantum di buku tulis yang kita pakai dari SD sampai sekarang.  Buku tulis Sinar Dunia menyimpan banyak kenangan yang tak terlupakan termasuk saat sedang bosan dengan pelajaran, saya mencoret-coret di bagian belakang buku tulis sampai kena setrap guru hehehe..... 

Nah, rupanya Sinar Dunia yang merupakan merk buku tulis dari Asia Pulp & Paper Sinar Mas ini sedang giat mengkampanyekan "Ayo Menulis Bersama SiDu" karena melihat anak-anak sekarang sudah akrab dengan buku tulis. Anak-anak lebih banyak memegang gadget. Gelar Wicara ini menghadirkan beberapa pakar seperti Nurman Siagian Pakar Edukasi Anak dari Wahana Visi Indonesia, Melly Kiong Praktisi Mindful Parenting, dan penulis 42 novel Kecil-kecil Punya Karya yang baru berusia 13 tahun, Fayanna Ailishia. 

Bapak Martin Jimi, Domestic Business Head BU Consumer APP Sinar Mas juga hadir menyajikan fakta manfaat menulis di buku tulis yang penting sekali disimak oleh para orang tua, termasuk saya nih. Jadi, hal apa sajakah yang disampaikan oleh para narasumber yang dimoderatori Prameswari Sugiri, Chief of KumparanMOM? 

ki-ka: Prameshwari, Nurman Siagian, Melly Kiong, Martin Jimi, Fayanna

Ibu Nurman menyajikan fakta dan data sekarang ini di mana anak-anak usia remaja yang duduk di bangku SMA masih kesulitan merangkai kata. Dari hasil survei 3 tahunan Programme for International Student Assesment (PISA) 2015 saja memperlihatkan posisi Indonesia yang berada di urutan 60 dari 72 negara dalam hal kompetensi akademik. 

Tak hanya itu. Hal yang memprihatinkan juga terjadi pada guru-gurunya. Ternyata masih banyak guru yang hanya mengikuti kurikulum sekolah tanpa pengembangan dan kreativitas yang membangun karena kemampuan menganalisa yang kurang akibat tidak terbiasa menulis. Akibatnya tentu saja para siswa yang dididik pun tidak kreatif dan hanya mengikuti sama persis seperti yang panduan kurikulum sekolah. 

Padahal di era persaingan global sekarang ini tentunya kita membutuhkan yang namanya kreativitas dan kemampuan menganalisa yang tinggi agar mampu bersaing, terutama dengan tenaga kerja asing. Ternyata keterbelakangan ini disebabkan oleh berkurangnya kebiasaan menulis di kalangan siswa dan guru. 

Menurut Bu Nurman, kegiatan menulis itu banyak manfaatnya seperti mengasah keterampilan untuk berpikir kritis, mempertajam daya ingat, meningkatkan kemampuan motorik, memperkaya kosa kata, mempermudah anak menangkap pelajaran, dan membantu anak menguasai huruf dan fonemik.

Ibu Melly Kiong, seorang Praktisi Mindful Parenting membagikan pengalamannya sebagai ibu bekerja yang tetap mempedulikan pendidikan anak-anaknya. Walaupun bekerja, seorang ibu tetap harus bertanggungjawab mendidik anak. Melly membiasakan anaknya menulis di buku harian mengenai kegiatan sehari-hari yang nantinya disimpan sebagai kenang-kenangan anaknya. Melly pun membiasakan menulis di kertas yang isinya pesan untuk anak-anaknya. Pesan itu bisa ditempel di kotak bekal anak atau di pintu kulkas. 

Alhasil, kebiasaan menulis di kertas pun mengakar di dalam keluarganya. Melly juga merasakan hubungan dengan anak-anaknya tetap dekat meskipun dia bekerja dengan diperantarai oleh pesan-pesan di buku tulis dan kertas, karena menulis adalah salah satu bentuk komunikasi antara dirinya dan anak. Wow, patut dicontoh nih Bu Ibu..Saya juga dulu waktu SMP rajin banget menulis di buku harian sampai akhirnya bisa menulis cerpen dan novel. Saya menulis di buku tulis karena belum ada komputer. Rasanya memang berbeda. Tulisan saya jadi bagus karena terbiasa menulis di buku tulis. 

Nah, Bapak Martin Jimi dari APP Sinar Mas menegaskan kepedulian Sinar Dunia untuk kembali mengajak anak-anak menulis di buku tulis demi meningkatkan kompetensi melalui gerakan Ayo Menulis bersama SiDu yang sudah diadakan sejak bulan April 2018. 

Buku Ayo Menulis bersama SiDu


Bapak Martin juga kembali mengingatkan manfaat menulis, terutama untuk meningkatkan daya ingat. Coba deh kalau mau ujian, kita tulis poin-poin pentingnya, pasti akan lebih cepat hapal daripada sekadar dibaca..Saya pun ingat dulu melakukan kebiasaan itu. Yaitu merangkum buku pelajaran dengan menuliskannya kembali dan memang saya jadi cepat menghapalnya. 

Kampanye yang dilakukan oleh SiDu ini telah melibatkan sekitar 20.000 siswa dari 100 sekolah dasar di Jabodetabek. Kegiatan tahap pertama ini akan berlangsung sampai bulan Mei 2018. Apa sih kegiatannya? Tiap sekolah akan mendapatkan buku latihan menulis untuk anak secara gratis. Tentunya anak akan belajar menulis dengan didampingi oleh orangtua dan guru. 

Buku Ayo Menulis bersama SiDu ini dibuat dengan sangat menarik. Penuh warna dan terdapat kolom isian di mana anak dapat menulis sesuai pertanyaan. Konsepnya seperti buku harian. Beruntung, saya juga dapat bukunya yang kini sudah diisi oleh anak-anak saya. Wuiih seneeeng bangeet. Buku ini ditulis oleh Renny Yaniar, penulis cerita anak yang menerbitkan 130 an buku. Berisi kegiatan rutin selama 21 hari. 

Bagian dalam Buku Ayo Menulis bersama SiDu

Harapannya buku ini bisa menstimulasi anak untuk mengutarakan ide dan pikirannya. Syukur-syukur anak bisa jadi penulis keren seperti Fayanna yang di usia 13 tahun sudah menerbitkan 43 buku. Wow. Apa sih rahasinya? Rupanya Fayanna ini sejak usia setahun sudah sering dibacakan cerita oleh ibunya. Kemudian saat kelas 1 SD, sudah bisa menulis cerita sendiri. Hm, ini PR kan buat Ibu Ibu supaya rajin membacakan cerita ke anak dan tentunya mengajak anak kembali menulis di buku tulis. 

Para narasumber mendapatkan plakat

Sampai di rumah, saya langsung mengajak anak-anak untuk melepaskan gawai dan kembali menulis di buku tulis. Apalagi ada buku "Ayo Menulis bersama SiDu" yang akan membantu anak-anak melatih daya pikir dan nalarnya dengan menceritakan kegiatan sehari-hari dalam bentuk tulisan tangan. Terima kasih, SiDu....













18 comments:

  1. Wah itu ortu Fayanna hebat ya. zaman sekarang dongengin anak atau kegiatan bacain cerita kadang terabaikan padahal ini stimulasi juga ya buat anak ngelatih otak kanananya . Keren ih kalau liat anak-anak udah jago nulis

    ReplyDelete
  2. Waah hebat banget umur segitu udah punya banyak buku karya sendiri. Menulis sekarang semakin ditinggalkan sejak ada smartphone dan komputer. Padahal skill menulis termasuk life skill ya. Inget dulu waktu SD sampai SMA aku rajin mengisi buku catatan harian (diary) dengan tulisan tangan. Makanya sekarang aku selalu bikin lesson plan buat mengajar dengan tulisan tangan supaya tetap rapi.

    Mau coba kebiasaan menulis ini sama anak-anak aah.

    ReplyDelete
  3. Sidu tuh sejak dulu emang selalu ada sebagai merk buku tulis yang keren. Dan hingga kini pun masih terpercaya ya. Asik mau ah cari buku Ayo menulis bersama SIdu :)

    ReplyDelete
  4. iya sih ya, karena perkembangan jaman. anak anak sekarang lebih prefer nulis di digital padahal menulis manual juga sangat diperlukan.

    ReplyDelete
  5. SIDU.. memori jaman kecil, sekolah pakai ini. Nanti anak memang harus dibiasakan menulis ya mbak. jangan keasikan ngetik apa-apa di hp kaya mamaknya. Pokoknya Alula harus terbiasa menulis.. *semangat

    ReplyDelete
  6. Eh lucu bukunya. Zaman skrng pd pakai leptop jd khawatirnya nulis tangan ditinggalkan hhe. Anak2 mungkin akan semangat nulis kalau bukunya lucu2 gtu :D
    SIDU ini merek awet ya, aku ya pakai pas zamanku SD hehe

    ReplyDelete
  7. budaya menulis bener bnget melatih motorik juga daya ingat, anak pr udah hobi nulis nih nti mau coba dilatih biar bisa nulis cerpen

    ReplyDelete
  8. Sidu ini memang merk tepercaya, kertasnya berkualitas, halus.

    ReplyDelete
  9. Sidu buku tulis andalanku pas masih sekolah dulu. Suka soalnya tebel dan hasilnya bagus dibandingkan buku tulis lainnya.

    ReplyDelete
  10. Wah bagus juga ya kalau ada fasilitas buku yg bs ngelatih anak menulis. Cari aah. Buat latihan ke Abang Fi

    ReplyDelete
  11. Kegiatan ringan ini yang hampir punah karena terganti dengan mengetik di komputer. Merek SIDU buku dari jaman sekolahku dulu juga ada.

    ReplyDelete
  12. Buku Sidu memang jadi pilihan, aku selalu beliin buku tulis anak sidu mba..

    ReplyDelete
  13. Buku tulis Sidu aku udah tau lama ini. Bagus �� Menulis dengan tangan tentu melatih syaraf2 jadi menyehatkan. Apalagi orang yang suka nulis diary..kayak aku ini hehehe sejak SD seneng nulis ��

    ReplyDelete
  14. sejak SD aku doyan nulis sampe sekarang masih bawa note kemana mana hahaha.

    ReplyDelete
  15. Aku sejak SD doyan nulis sampai buku tulis cepet habis

    ReplyDelete
  16. Anak2 sekarang cenderung visual, kalo menarik lanjut kalo ngga menarik ya gitu deh.. inovasi terbaru dari dari sidu ini secara visual menarik, InshaAllah anak semakin suka menulis dibuku

    ReplyDelete
  17. Anakku yg besar meski cowok tp tulisannya rapi loh karena sejak kecil dia senang menulis atau sekedar coret2 kertas. Krn terbiasa menggunakan alat tulis, anak sy jd terbiasa menulis rangkaian huruf.

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....