Wednesday, August 8, 2018

Cara Menjaga Psikis Anak sejak Dini



Beberapa waktu lalu, saya melihat berita tawuran remaja sekolah yang nyaris menewaskan satu orang. Ada foto remaja yang menjadi korbannya dengan luka tusukan di pipi dan pisau yang masih menancap disertai darah yang membanjir. Sangat mengerikan! Dalam video yang disebarkan, terlihat mereka membawa senjata tajam dengan gaya yang berani dan menantang seolah sedang syuting film "Young and Dangerous." 


Buat yang belum tahu, film tersebut  bercerita tentang pemuda triad (mafia) Hongkong yang setiap harinya diisi dengan momen-momen berbahaya, berkelahi dengan membawa senjata tajam. Ngeri sekali menyaksikan filmnya. Bedanya, itu hanya film. Sedangkan video tawuran anak sekolah itu nyata. 

Film Young and Dangerous. Foto: buzzhand.com

Apa yang ada di kepala mereka ketika sedang "gaya-gayaan" membawa senjata tajam? Apakah mereka pernah memikirkan seberapa penting masalah yang membuat mereka harus melukai dan bisa jadi membunuh orang seusianya? Apakah mereka pernah memikirkan reaksi orangtua ketika mengetahui kenakalan tersebut? Apakah mereka pernah memikirkan akibat buruk bila mengikuti tawuran, seperti terbunuh dan dipenjara? 

Tawuran Pelajar. Foto: bantenhits

Sebagai orang dewasa yang pernah remaja, saya tahu memang remaja itu memiliki "darah muda" yang gampang mendidih. Seperti kata Bang Rhoma, darah muda... darahnya para remaja.... Tapi, itu kembali kepada pendidikan di dalam keluarga juga. Sewaktu remaja, saya pun pernah sedikit-sedikit berantem dengan teman. Tawuran dengan membawa senjata tajam? No... no... no.... Itu tidak termasuk dalam kehidupan saya karena orangtua menjaga dengan doa, komunikasi, dan perhatian. 

Kalau ditelusuri, anak-anak dengan degradasi moral dan mental itu datang dari orangtua yang bermasalah. Di facebook, saya membaca cerita seorang ibu muda yang memiliki kondisi psikis tidak stabil. Mudah marah, sensitif, dan mengalami Baby Blues parah setelah melahirkan dengan kecenderungan membunuh bayinya. Ternyata sejak kecil dia diasuh oleh ayah yang pemarah dan ibu yang selalu menyepelekannya. Meskipun sebenarnya dia cerdas, orangtuanya tak memperlakukannya dengan berharga. 

Sebagai orangtua, memang sebagian besar kita mendahulukan pendidikan akademis di sekolah anak dan kebutuhan sandang pangan papan anak seperti makanan dan pakaian. Anak harus pintar, dapat ranking pertama, dan sebagainya. Anak harus mendapatkan makanan yang bergizi dan pakaian yang bagus. Sedikit orangtua yang juga memikirkan perkembangan psikis anak. Bahkan, demi menjadikan anak seorang bintang, orangtua menyuruh anak mengikuti segala macam les, segala macam ekskul, sehingga anak kelelahan. 

Orangtua pun tidak memberikan panutan yang baik. Sering membentak, mencubit anak, dan memperlihatkan perilaku yang tidak baik di depan anak. Hal inilah yang dibahas dalam Blogger Gathering bersama Halodoc di Paradigma Cafe, tanggal 31 Juli 2018 dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli kerjasama #HalodocxMBC.  

Hadir di acara Halodoc Blogger Gathering
Tentunya kita sebagai orangtua berusaha memberikan yang terbaik untuk anak, terutama dalam hal pendidikan. Tidak ada orangtua yang sempurna. Pasti ada kurang-kurangnya. Orangtua dengan kondisi ekonomi terbatas, kurang memberikan pangan dan sandang yang memadai untuk anak. Sebaliknya, anak-anak tetap bahagia karena mendapat perhatian dari orangtua dan pendidikan moral yang baik. 

Di sisi lain, ada orangtua yang sangat berkecukupan dan mapan tapi anak-anaknya tidak bahagia sehingga menjadi anak yang bermasalah. Padahal, orangtua sudah menyekolahkan di sekolah mahal, memberi uang saku yang wow sehingga bisa jajan di kafe dan restoran, serta alat transportasi untuk gaya-gayaan. Ternyata untuk memberikan semua itu kepada anak, orangtua jadi tidak sempat memperhatikan dan mendampingi tumbuh kembang anak akibat sibuk mencari uang.

Perkembangan psikis anak sangat penting. Halodoc memberikan tips menjaga psikis anak sejak dini dengan menghadirkan seorang dokter yang kompeten, yaitu Dr. dr. Tjhin Wiguna Sp. KJ (K) seorang psikiater spesialis anak dan remaja di RSCM. Profesi dokter yang satu ini amat jarang terdengar ya, karena kita lebih memperhatikan kesehatan fisik anak. Kita tahunya dokter anak itu ya mengobati batuk, pilek, gangguan-gangguan dalam tubuh anak, dan sebagainya.

Dr. Tjhin Wiguna

Orangtua baru akan mendatangi psikiater anak kalau anak sudah menunjukkan gejala penyakit mental yang parah seperti stres, mudah marah, perilaku di luar kendali, sering mendapatkan pengaduan dari guru akibat ulah anak, dsb. Itupun tak semua orangtua membawa anak ke psikiater. Banyak juga yang membiarkan kondisi tersebut menetap di anak sehingga saat dewasa pun anak menjadi masalah di masyarakat.

Dr. Tjhin mengatakan, orangtua sebagai panutan dalam mendidik anak mestinya mencontohkan hal-hal yang baik.  Anak adalah anugerah Allah yang dititipkan kepada orangtua. Orangtua harus menjaga dan mengasuh anak. Bukan sekadar mengasuh. 

Ada tiga hal penting yang harus diberikan kepada anak: 

Asah
Berikan stimulasi yang baik kepada anak sejak mereka masih dalam kandungan untuk membantu tumbuh kembangnya. Yaitu berupa pendidikan dan pelatihan sesuai dengan usianya.

Saat dalam kandungan, orangtua bisa menstimulasi janin dengan bicara yang baik, memperdengarkan Al Quran, dll. Di usia bayi, orangtua menstimulasi agar bayi dapat merangkak, berjalan, berbicara. Di usia pra sekolah, orangtua bisa melatih pengetahuan sederhana yang ditemukan di sekeliling anak.

Sedangkan memasuki sekolah, berikan pendidikan yang baik untuk anak-anak. Orangtua bekerjasama dengan guru. Bukan hanya guru yang mendidik anak. Orangtua juga turut andil di dalamnya. 

Asih
Berikan kasih sayang yang tulus, mulai dari hal-hal kecil seperti tersenyum, memeluk, membelai, dan memuji saat dia melakukan kebaikan. Sehingga anak merasa berharga dan disukai keberadaannya oleh orangtua.

Mencium anak adalah salah satu bentuk kasih sayang

Banyak anak yang bermasalah karena kekurangan kasih sayang dari orangtua sehingga mereka mencari perhatian dengan cara yang merusak. Sebenarnya itu agar orangtua memandang dan memperhatikan mereka.

Kesibukan menjadi alasan orangtua untuk lalai memperhatikan dan memberikan kasih sayang kepada anak. Sebenarnya bukan soal jumlah waktunya, tapi kualitasnya. Luangkan waktu sejenak untuk ngobrol bersama anak tanpa intimidasi. Ngobrol santai dan penuh perhatian. Bukan pertanyaan mengancam seperti, "Gimana ulangannya tadi? Bisa nggak ngerjain? Awas ya kalau nggak bisa."

Perhatian juga bisa diberikan melalui pesan teks. Kalau anak mendapatkan perhatian dari orangtua, pasti dia tidak akan haus perhatian lagi dari orang di sekitarnya sampai merusak atau melakukan perbuatan yang tidak baik.

Asuh
Berikan kebutuhan sandang dan pangan yang baik untuk anak semampunya orangtua. Singkirkan membeli hal-hal yang tidak perlu, dahulukan kepentingan anak. Mirisnya kan banyak keluarga ekonomi bawah yang ayahnya suka merokok tapi anak-anak sulit makan makanan bergizi.

Uang rokok ayah semestinya bisa dibelikan telur dan ikan untuk anak-anaknya. Sebagai orangtua, berjuanglah memberikan yang terbaik untuk anak. Itu yang harus dipersiapkan setiap calon orangtua. Bahwasanya nanti setelah memiliki anak, kita harus menyingkirkan kepentingan pribadi demi kepentingan anak. 

Kembali ke bahasan soal Asah. Asah memerlukan role modelling. Anak membutuhkan panutan untuk membentuk bahasa, perilaku, dan sikap mereka. Moralitas artinya anak mengerti mana yang baik dan salah. Jika orangtua ingin anak bermoral baik maka orangtua harus memberikan cerminan positif karena apa yang dilihat anak adalah apa yang akan dilakukannya.

Ibu yang bahagia akan menghasilkan anak yang bahagia

Dr. Tjhin banyak mendapatkan pengalaman dari hasil konseling, bahwa banyak orangtua yang tak memberikan contoh baik untuk anak sehingga anaknya hiperaktif. Contohnya anak yang sedang diajak ke supermarket dan menjatuhkan kaleng-kaleng di display. Ibunya malah memuji perbuatannya. Survei dari 1.176 orang di AS menemukan bahwa 2/3 dari orang dewasa percaya bahwa nilai-nilai anak telah menurun sejak mereka masih muda.

Jangan berdalih dalam ungkapan "namanya juga anak-anak" sehingga anak-anak tak perlu ditegur. Anak-anak sudah harus mengetahui nilai moral sejak dini sehingga jika berperilaku negatif harus ditegur. Harian the Times di AS melaporkan peningkatan budaya selebriti dan melemahnya hubungan dalam keluarga yang menurunkan nilai moral dalam anak.

Perilaku selebriti yang buruk dapat menurunkan nilai moral anak. Perilaku itu dapat dilihat dari film atau drama yang diperankan maupun kehidupan nyata si seleb... Yah, seperti film "Young and Dangerous" yang saya sebutkan di atas. Remaja bisa saja mencontoh perilaku pemuda mafia yang suka berkelahi dan membunuh orang. 

Di kehidupan nyata, selebriti juga banyak yang memiliki perilaku buruk dan disorot oleh media, seperti memakai narkoba, berpakaian tak senonoh, pergaulan bebas, dll. Itupun bisa dicontoh oleh anak-anak kita, apalagi kalau anak-anak mengidolakan selebriti tersebut. 

Orangtua harus mencerminkan perilaku positif. Contohnya, orangtua melarang anaknya berbohong tapi pada saat menerima telepon, orangtua menyuruh anaknya berbohong dengan mengatakan dirinya tidak ada. Jadi sebenarnya kalau kita mau melihat diri kita, lihatlah pada diri anak kita.

Anak suka marah? Anak suka membentak? Anak suka berbohong? Jangan-jangan mereka belajar dari orangtuanya. Dr Tjhin memutarkan video yang menggambarkan bagaimana anak-anak meniru perbuatan orangtuanya seperti buang sampah sembarangan, merokok, berteriak, tak memiliki empati kepada orang lain, dll. 

Orangtua harus berorientasi pada tujuan dan rencana yang baik. Kalau mau melakukan sesuatu harus direncanakan dulu. Misalnya mau piknik. Sehingga anak mengerti kalau mau mencapai kesenangan itu ada prosesnya. Sebab, sekarang banyak anak berpikir instan dan melanggar nilai moral.

Cara Menjaga Psikis Anak sejak Dini menurut Dr. Tjhin: 

  • Bantu anak menemukan panutan dalam bidang yang disukai. Kenalkan anak dengan orang tersebut. Misalnya anak suka melukis. Kenalkan pelukis ternama yang dapat dicontoh oleh anak. Anak suka berolahraga, kenalkan dengan atlet yang berprestasi sehingga anak akan mencontoh prestasi mereka.
  • Bicaralah dengan anak tentang orang-orang yang telah bekerja untuk membuat perubahan positif dalam kehidupan atau di sekitar mereka. Kenalkan anak dengan tokoh-tokoh inspiratif di segala bidang seperti Thomas Alva Edison meskipun awalnya memiliki keterbelakangan yang ternyata disleksia tetapi dia menemukan bola lampu pertama di dunia. Sehingga anak-anak tidak mudah menyerah menggapai cita-cita karena orang-orang yang kekurangan pun mampu menggapainya. 
  • Orangtua harus menghadirkan nuansa ilahiyah atau kehidupan beragama di dalam keluarga. Bagaimanapun, agama itu memiliki aturan-aturan yang menjadi pedoman hidup. Contohnya saja larangan membunuh, berzina, berbohong, dsb. Apa pun agamanya ternyata mengandung nilai-nilai positif yang dapat mengontrol moral anak. 
  • Berikan pujian kepada anak setiap kali mereka melakukan kebaikan sebagai bentuk apresiasi sehingga anak termotivasi untuk melakukannya lagi dan lagi. Jangan pelit memuji tapi juga jangan berlebihan. Kalau anak tidak berbuat baik ya jangan dipuji. Justru harus ditegur dan diarahkan.
  • Orangtua harus belajar mengenali perasaan sendiri. Misalnya, anak menjatuhkan barang hingga pecah atau rusak, orangtua marah. Benarkah harus marah? Lihat nilai barang tersebut apakah sepadan dengan luka hati anak akibat kemarahan orangtua? Gelas dan piring yang pecah, harganya hanya puluhan ribu rupiah. Sedangkan hati anak yang terluka, akan berpengaruh pada masa depannya kelak. Lalu bagaimana cara menegur anak? Semangati anak  untuk selalu bersikap dan berperilaku positif dengan mengajarinya cara memperlakukan barang agar tidak pecah dan rusak. 
  • Ibu harus mengasah perasaan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi kepada anak. Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak, karena ibu mengandung dan melahirkan. Secara fisik, tentu lebih dekat sebab keduanya pernah berada dalam satu tubuh. Seorang ibu harus peka terhadap apa yang sedang berkecamuk di hati anaknya tanpa si anak berbicara. Banyak kasus bullying yang berakibat tewasnya seorang anak akibat ibunya tidak tahu kalau anaknya sedang tertekan. Lihatlah perubahan-perubahan yang terjadi pada anak kita dengan cermat. Apakah tiba-tiba dia menjadi pemurung? Mudah marah? Mudah sedih? Lalu tanyakan baik-baik apa yang terjadi kepadanya.
  • Orangtua harus mengingatkan dan memberikan contoh dalam menjalankan tata krama di kehidupan sehari-hari seperti bersyukur, berterima kasih, memaafkan, meminta maaf, bertanggungjawab, menolong, dll. Karakter-karakter positif seperti itu ternyata dapat dibentuk dari rumah. Orangtua jangan segan meminta maaf kepada anak kalau memang salah. Orangtua juga jangan sungkan berterima kasih kepada anak kalau anak sudah membantu pekerjaan orangtua. Kebiasaan-kebiasaan itu dapat ditiru oleh anak-anak lho.
  • Mengembangkan empati pada anak, seperti menjenguk orang sakit, memaknai penderitaan orang lain, dll. Sehingga anak kelak tidak akan mudah menyakiti orang lain dan suka menolong orang yang kesusahan.
Children See, Children Do. Apa yang anak lihat, itulah yang akan dia lakukan. Kita butuh orang sekampung untuk membesarkan seorang anak yang baik. Demikian kalimat penutup dari Dr. Tjhin yang memang benar adanya.

Lingkungan yang baik juga akan membentuk anak yang baik, maka berikanlah lingkungan yang baik untuk anak-anak kita. Semoga anak Indonesia sehat psikis dan jasmaninya. Aamiin.

Mengenal Halodoc, Aplikasi Kesehatan yang Memudahkan 
Materi berbobot tentang Cara Menjaga Psikis Anak sejak Dini adalah salah satu bagian dari kegiatan Halodoc dalam memberikan edukasi kesehatan kepada masyarakat. Halodoc  adalah aplikasi kesehatan terpadu berbasis online untuk solusi kesehatan terlengkap dan terpercaya.

Nana dari Halodoc

Dalam acara #HalodocHariAnak ini, kami mendapatkan informasi mengenai Halodoc yang bisa diunduh di Playstore secara gratis. Setelah diunduh, kita hanya memasukkan nomor handphone untuk mendaftar.


Ada 3 fitur penting dalam aplikasi ini:



Pharmacy Delivery 
Jika membutuhkan obat, vitamin, suplemen, dll, kita tak perlu datang ke apotek. Cukup pesan melalui Halodoc dan kurir akan mengantarkannya ke rumah atau kantor tanpa biaya antar.


Obat yang kita pesan itu diambil dari apotek terdekat. Kita juga bisa mengupload foto resep dari dokter dan Halodoc akan mengirimkan obat yang tertulis di resep dokter itu ke alamat kita.

Menariknya lagi, harga yang tertera di aplikasi Halodoc lebih murah daripada harga di apotek karena ada subsidi dari Halodoc. Apalagi kalau kita belinya di Official Store Halodoc Hemat. Diskon harganya itu mantap deh.

Harga diskon di Halodoc

Bagi ibu-ibu yang sedang susah keluar rumah sedangkan anak sakit, bisa pesan saja melalui Halodoc. Layanan ini 24 jam, jadi mau tengah malam pun bisa asal wilayah rumah kita masih masuk area layanan Halodoc.

Contact Doktor
Melalui Halodoc, kita juga bisa berkonsultasi dengan dokter-dokter yang tersedia. Konsultasi dilakukan via pesan chat, voice call, dan video call. Kita bisa memilih dokter sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, dokter umum, dokter anak, internis spesialis mata yang online 24 jam.


Untuk diagnosa awal penyakit, tentu saja layanan ini sangat bermanfaat memotong waktu antrian di rumah sakit atau klinik. Apalagi kita bisa memilih dokternya melalui keterangan di profilnya selama dokternya available. Berapa biaya layanannya? Gratis!

Lab Service
Jika ingin mengecek kondisi kesehatan, Halodoc bekerjasama dengan Prodia akan mendatangkan petugas lab ke rumah atau kantor. Fitur ini baru tersedia di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Kita bisa cek darah, urine, dll.

#PakeHalodoc untuk memudahkan kita mendapatkan akses kesehatan yang praktis di tengah kesibukan. Informasi lebih lanjut mengenai Halodoc, langsung meluncur saja ke:

website: www.halodoc.com
Instagram: @halodoc

30 comments:

  1. Jangan berdalih dalam ungkapan "namanya juga anak-anak" sehingga anak-anak tak perlu ditegur.

    Banyak banget orangtua yang beranggapan demikian, sehingga anak jadi ga paham antara pantas dan tidak pantas, salah dan benar. Gemes deh kalo ketemu yang kaya gini Mba.

    ReplyDelete
  2. guru terbaik dan pengawas terbaik bukan aplikasi dan dokter ya mbak. orang tua yang menjadi benteng kokoh perkembangan anak anak ya mbak.

    ReplyDelete
  3. Bergizi banget artikelnya, pencerahan ni say aku bintangii, makasih yaa

    ReplyDelete
  4. Tulisan yang apik. Pengingat bagi orang tua agar memahami posisinya sebagai panutan bagi anak, mau meluangkan waktu dengan anak secara baik.
    Soal Halodoc, sepertinya cuma bisa menjangkau kota besar. :(

    ReplyDelete
  5. Keren banget ini tipsnya DR. Tjhin, seringnya orang tua yang salah kaprah dalam mendidik anak-anaknya ya mbak.

    ReplyDelete
  6. Enaknya di era digital seperti sekarang ini kita lebih dimudahkan dalam mencari solusi ya mbak, termasuk mengenai pengasuhan anak. Cocok banget buat ibu muda. Saya juga sudah mencoba sendiri aplikasinya. Sangat2 bermanfaat, selain itu kalau saya lagi gak sempat keluar buat beli obat, aplikasi halodoc sngat membantu

    ReplyDelete
  7. Serem banget deh kalau melihat tawuran remaja sekolah begitu. Karena aku sering melihat tawuran antar SMA ku dengan SMA lain. Gangguan psikis berbahaya banget ya kalau tidak diarahkan dari kecil.

    ReplyDelete
  8. Asih Asah Asuh, pola pendidikan keluarga lama yg sudah mulai terkikis dg metode2 parenting modern. Padahal di dalamnya terdapat nilai2 yg luhur utk diterapkan dlm pola pengasuhan & pendidikan sehari2.

    ReplyDelete
  9. Wah bermanfaat banget ini app nya ya. Bisa konsul dokter dan beli obat tanpa repot2, bisa diantar langsung ke rumah.

    ReplyDelete
  10. Saya paling ngeri kalau udah baca berita tawuran. Apalagi punya anak laki-laki. Jadi suka deg-degan. Memang harus sering diingatkan dan sebagai orang tua juga harus jadi panutan

    ReplyDelete
  11. Pola asuh asih asuh memang dasar banget yang harus kita terapin ke anak ya mbak. Aku masih Haus ilmu parenting banget nih mbak Leyla. Baca tulisan mbak, bikin aku semangat banget mengerti dan mengajari anakku.

    ReplyDelete
  12. nice mba.
    saya suka kalimat ortu bahagia akan melahirkan anak yang bahagia

    ReplyDelete
  13. Sebagai ibu saya berusaha banget menjaga psikis anak saya. Kalau bukan dari rumah dan kalau bukan kita orangtuanya yang bikin dia nyaman, saya khawatir akan membuat anak mencari kenyamanan di luar sana yg belum tentu baik untukknya

    ReplyDelete
  14. Aplikasi Halodoc bener-bener praktis dan simpel ya, solusi banget buat ibu seperti saya yang males keluar rumah untuk menjaga kesehatan anak-anak

    ReplyDelete
  15. Cerita aku kemarin di RS, aku tebus obat nya lewat aplikasi halodoc jadi hemat waktu banget ngga perku antri obat tinggal tunggu di rumah

    ReplyDelete
  16. Intinya bounding setiap hari itu udah ngejaga psikis anak.. insyaAllah setiap hari ini ...halodoc bikin mudah utk dptin inf kesehatan

    ReplyDelete
  17. Sejak pakai aplikasi halodoc, jadi lebih hemat waktu. Untuk keperluan obat-obatan gak harus pergi sendiri ke apotik, fitur contact doctornya juga membantu banget..

    ReplyDelete
  18. Rokok harusnya di beliin telur biar anak sehat. Bapaknya sudah kecanduan , susah berhenti rokoknya.

    ReplyDelete
  19. Dikasih tahu caranya melepas inner child nggak Mbak. Karena kadang sikap orang tua yang berakibat pada psikis anak biasanya karena inner child orang tua yang belum tuntas.

    ReplyDelete
  20. Kapan hari baru baca lupa di mana, katanya orang tua khawatir kalau anaknya dibully di sekolah tapi tanpa sadar suka ngebully anaknya sendiri seperti membentak dll. Jangan heran nanti anaknya juga bakal begitu. Seperti mbak Leyla bilang, children see children do.

    ReplyDelete
  21. Duuhhh...saya suka horor klo ada tawuran. Kadang suka bertanya2 sih, ini pola asih, asah dan asuhnya kurang apa ya dlm keluarga

    ReplyDelete
  22. Wah harus di pakai nih Halodoc harga obatnya bisa lebih murah ya ada diskonnya, jarang-jarang aku lihat harga obat kasih diskon..

    ReplyDelete
  23. Children see, children do. Setuju banget, bun. Bagi saya yang susah adalah menjadi tauladan yang baik bagi anak ketimbang hanya sekedar mengajarkan. Semoga kita nggak pernah berhenti belajar demi tumbuh kembang anak kita. Makasih sharingnya 💕💕💕

    ReplyDelete
  24. Tulisan yang bagus dan sekaligus pengingay saya kak. Sering nya saya masih kelepasan emosi dan berumpat malah takut anak memiru kebiasaan saya. Harus banyak belajar banget. Halo doc benar benar membuka mata dan memberikan penyuluhan yang cepat tanggap. Saya mau install aplikasinya.

    ReplyDelete
  25. Haduh, foto korban seperti itu kok ya dibagikan ke media sosial. Gemes dengan netizen yang gak tahu etika.
    Setuju, mbak. Kalau anak bertingkah negatif, cobalah orang tua introspeksi diri.

    ReplyDelete
  26. Setuju mbak.. mental yang terluka dari kecil. Bisa jadi bom monster saat dewasa nanti.. kasih sayang org tua dan pengasuhan yang sesuai dapat menjadi semacam barrier jg buat mereka kalau remaja, ga mudah terpengaruh lingkungan

    ReplyDelete
  27. Bersyukur hidup di era digital Semuanya serba mudah,, Aku juga download aplikasi ini lho Mbak

    ReplyDelete
  28. Mbaa ngeri banget fenomena anak2 "nakal" zaman sekarang ya. Bener kata psikolog2 bahwa anak2 nakal adalah hasil panen dari perlakuan orangtuanya sendiri, naudzubillah.

    ReplyDelete
  29. penjelasannya lengkap banget Mbak.. saya terkesan dengan penjelasan mengenai Asah Asih Asuh sebagai tuntunan menjadi orang tua yg peduli terhadap perkembangan mental anak yg bila diterapkan dengan baik dapat menjadi aset berharga bagi masa depannya kelak..

    ReplyDelete
  30. Noted! Pola asuh anak jangan sampai salah ya mbak. Duh jni lengkap banget ulasannya, pengen langsung aku praktekin deh

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....