Sunday, July 24, 2011

Nonfiksi: Taaruf, Keren! (5)

Bab 5
Kriteria-Kriteria

Nah, ini dia yang mesti kamu persiapkan sebelum memulai taaruf. Kalau kamu berniat menikah murni untuk ibadah dan tidak terlalu mementingkan kriteria, kamu tidak perlu membuat daftar kriteria. Yang penting buatmu, si calon baik agama dan akhlaknya. Namun, tidak semua orang bisa seperti itu, juga mungkin kamu. Karena kita manusia, kita mempunyai kecenderungan manusiawi, yaitu menetapkan kriteria calon pasangan hidup.
Sebelum taaruf, buat daftar kriteria calon pasangan yang kamu inginkan. Pisahkan mana yang masih bisa dikompromikan, mana yang tidak. Berikut ini poin-poin kriteria yang mungkin bisa menjadi panduan:
1.      Aktif dalam dakwah.
2.      Hapal minimal 1 Juz Al Quran.
3.      Berakhlak baik.
4.      Sopan, lembut, baik hati, dan tidak sombong.
5.      Suku Jawa
6.      Kulit putih
7.      Tidak berkacamata
8.      Tinggi minimal 180 cm
9.      dll.
Kamu pasti masih punya banyak daftar kriteria. Kriteria-kriteria di atas sebenarnya wajar saja. Kamu berhak kok punya kriteria seperti itu. Tapi ingat, kamu harus realistis. Apalagi kalau kamu juga cuma biasa-biasa saja. Artinya, kalau hapalan Quranmu seadanya, jangan terlalu berharap mendapatkan calon yang hapal sepuluh juz. Belum tentu si calon mau denganmu J.
Dan seperti yang sudah saya sebut di atas, pisahkan mana yang bisa dikompromikan, mana yang tidak. Misalnya, suku Jawa. Biasanya, yang dimaksud suku Jawa adalah berasal dari Jawa Tengah seperti Semarang, Solo, Kudus, dsb. Jawa Timur dan Jawa Barat tidak termasuk. Apalagi di luar Jawa. Hal ini mungkin karena adanya anggapan bahwa orang Jawa Tengah itu biasanya halus, sopan, lembut, dan mudah diatur. Biasanya ikhwan yang mencari akhwat dari suku Jawa. Yang menjadi pertanyaan, memangnya kenapa dengan suku-suku lain? Orang Sunda pun halus-halus, kok. Orang Medan kalau sudah lama tinggal di Jawa, juga bisa halus. Jadi, kriteria ini masih bisa dikompromikan, kan?
Beberapa waktu lalu, guru mengaji saya menawarkan seorang ikhwan, tapi ikhwan itu menginginkan akhwat yang bersuku Jawa. Saya orang Jawa. Mama saya dari Solo. Tetapi saya tidak yakin kepribadian saya benar-benar seperti orang Jawa, seperti yang diinginkan ikhwan tersebut. Saya khawatir, kerpribadian saya justru lebih “berat” ke Betawi (suku ayah saya). Tahu sendiri bagaimana etos (watak khas) orang Betawi. Kalau ngomong ceplas-ceplos, terdengar kasar (padahal tidak bermaksud kasar, tapi memang sudah logatnya begitu), dan terkesan seenaknya. Wah, jangan-jangan nanti ikhwannya shock. Jadi, daripada mengecewakan ikhwan tersebut, lebih baik saya tidak mengajukan diri. 
Begitu juga dengan kriteria berkulit putih. Menurut saya, kriteria itu lucu sekali, tapi banyak orang yang mencantumkannya, tidak laki-laki, tidak perempuan. Beberapa teman perempuan saya mencantumkan kriteria itu di daftar kriteria calon suami. Saya hanya mengerutkan kening. So what? Kenapa harus berkulit putih?


Selanjutnya ada di buku TAARUF yang sudah direpublish

Quanta, Elex Media


No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....