Monday, July 16, 2012

Mencetak Buku Sendiri: Cara Instan Menjadi Penulis


Setelah menjalani karier menulis selama kurang lebih sepuluh tahun, saya telah mengalami berbagai pengalaman pahit manis dalam menerbitkan buku. Saya merasakan pahitnya kenyataan menjadi penulis pemula yang namanya belum diperhitungkan di jagat dunia tulis menulis. Karier menulis saya dimulai saat duduk di bangku kelas satu SMA. Ketika itulah saya memberanikan diri mengirimkan naskah cerpen ke beberapa majalah, dan hasilnya selalu ditolak. Beberapa majalah mengembalikan naskah cerpen itu disertai masu
kan-masukan untuk bahan perbaikan ke depannya.

Di bangku kelas tiga SMA, salah satu cerpen saya, akhirnya dimuat di salah satu majalah remaja. Sejak itu, saya semakin terpacu untuk mengirimkan cerpen ke majalah. Hingga berturut-turut cerpen saya dimuat di beberapa majalah. Tidak cukup dengan hanya mengirim naskah ke majalah, saya mencoba melebarkan sayap; menembus penerbit. Ternyata, lagi-lagi saya harus menghadapi proses seleksi yang ketat. Tiga naskah novel ditolak dengan entengnya oleh tiga penerbit berbeda. Hingga saya menemukan lomba menulis novel dari salah satu penerbit. Sebenarnya, penerbit itu juga pernah menolak novel saya, tapi untuk lomba yang diadakannya, saya mengirimkan naskah yang lain.

Naskah novel yang saya kirimkan untuk lomba itu juga pernah ditolak oleh penerbit lain. Rasa percaya diri terus saya tanamkan, bahwa meskipun naskah itu pernah ditolak oleh penerbit A, bukan berarti akan mengalami kegagalan yang sama di penerbit B. Tak disangka, novel itu justru menjadi pemenang kedua yang diadakan oleh penerbit B. Berkat lomba novel itu, yang memilih saya sebagai pemenang kedua, naskah-naskah novel saya berikutnya terhitung mulus menembus seleksi penerbit.

Tak kurang dari tiga belas novel remaja karya saya, diterbitkan oleh penerbit berbeda dalam kurun waktu kurang dari lima tahun. Namun, setelah menikah dan tenggelam dalam urusan domestik, saya ketinggalan banyak informasi di dunia tulis menulis. Telah terjadi perubahan besar dalam industri penerbitan buku. Beberapa penerbit yang pernah menerbitkan buku saya, juga mengalami kebangkrutan, hingga naskah-naskah saya yang berikutnya tak lagi diterbitkan. Saya seperti kembali menjadi penulis pemula dan harus memulai dari awal lagi untuk menerbitkan buku.

Tiga tahun berusaha mencari penerbit, akhirnya saya memutuskan untuk menerbitkan buku sendiri. Pengalaman menerbitkan belasan buku, rupanya tak lagi mengesankan penerbit. Saya harus mengikuti tren pasar yang ada dengan menyediakan naskah yang sesuai dengan keinginan pasar. Saya memilih sebuah jasa penerbitan indie, atau self publishing, dengan biaya murah dan sistem cetak buku Print on Demand, atau dicetak berdasarkan pesanan. Saya hanya membayar jasa produksi buku, seperti kover, layout kover, dan layout isi. Biaya cetak baru dibayar kalau sudah ada yang memesan buku saya. Berhubung menggunakan sistem POD, maka penjualannya hanya melalui web penerbit, atau online. Buku tidak tersedia di toko buku.   

Rupanya, jalan seperti itu pulalah yang diambil oleh seorang penulis pemula di Amerika, John Saul, yang saya baca beritanya di VOA. Tanggal 2 Juli 2012, website VOA Indonesia dalam tulisan berjudul "Mulai Karier Menulis dengan Mencetak Buku Sendiri" itu memberitakan tentang aktivitas John Saul menandatangani buku pertamanya di sebuah rumah di Alexandria, Virginia. Buku berjudul “Candle in the Window” itu adalah buku pertamanya yang berisi  koleksi syair John Saul, yang dikumpulkannya selama 40 tahun. Saul, yang berusia 64 tahun, telah berusaha menawarkan naskahnya ke beberapa penerbit, tapi tak ada yang bersedia menerbitkannya. Katanya, “setelah mendapat selusin penolakan dari percetakan dan penerbit, Anda akan merasa frustasi.” Akhirnya, pada tahun lalu, ia menerbitkan bukunya dalam bentuk e-book atau buku elektronik. Ternyata reaksinya sangat mengejutkan. Banyak orang yang membaca bukunya, dan penjualan melalui internet sangat banyak. Tidak semua orang suka membaca buku elektronik. Mereka menginginkan buku Saul dicetak di kertas. Saul pun bekerjasama dengan toko buku lokal untuk mencetak buku-bukunya.

Langkah yang ditempuh oleh Saul ini, tak jauh berbeda dengan langkah yang ditempuh oleh para penulis pemula di Indonesia. Bahkan, beberapa penulis yang sudah punya nama pun, tertarik untuk mencetak buku sendiri melalui jasa penerbitan indie atau malah membuat penerbitan sendiri. Lebih banyak yang menggunakan jasa penerbitan indie dengan biaya terjangkau, seperti yang telah saya coba.
Buku saya yang diterbitkan dengan jasa penerbitan indie

Memang, jasa penerbitan indie itu sangat membantu para penulis, khususnya penulis pemula yang ingin menerbitkan buku. Jika melalui proses seleksi seperti yang saya lakukan di awal karir menulis, tidak banyak penulis pemula yang beruntung menembus seleksi redaktur dan editor dalam waktu cepat. Persaingan dunia tulis menulis begitu ketat, dan proses penerbitan naskah pun tidak bisa cepat. Jika mengirimkan naskah cerpen atau tulisan-tulisan lain ke majalah, kita harus menunggu minimal dua minggu untuk mendapatkan jawaban apakah naskah kita layak muat. Kenyataan yang ada, proses menunggu itu bisa berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Begitu juga ketika mengirimkan naskah ke penerbit. Ada banyak pertimbangan dari penerbit untuk menerbitkan naskah kita, selain melihat kualitas tulisan. Pengalaman, selera pasar, nilai jual naskah, bahkan nilai jual penulis, juga dipertimbangkan.  

Proses penerbitan buku melalui penerbit mayor pun tidak cepat. Dimulai dari editing, layout, hingga ke percetakan, paling cepat tiga bulan. Biasanya penerbit bermodal besar, yang bisa menerbitkan buku dalam waktu cepat. Penerbit yang modalnya masih pas-pasan, akan lebih lama lagi prosesnya. Bahkan pernah buku saya baru dua tahun kemudian diterbitkan, setelah naskah lolos seleksi. Berbeda dengan menerbitkan buku sendiri melalui jasa penerbitan indie. Ada jasa penerbitan indie yang sanggup mengerjakan proses produksi sebuah buku dalam waktu seminggu. Tak heran, kini banyak penulis pemula yang begitu mudahnya menerbitkan buku. Tak perlu proses seleksi dan tak perlu menunggu lama.

Namun, jasa penerbitan indie itu bukan tak ada kekurangannya. Beberapa teman penulis pernah mengalami kejadian tak enak, yaitu ditipu oleh pengelola penerbitan indie. Mereka sudah menyetor uang untuk biaya produksi dan percetakan buku, tapi pemilik penerbitannya seolah lenyap ditelan rimba. Tidak banyak juga buku indie itu yang diserap oleh pasar, karena masih belum banyak pembaca buku di Indonesia yang suka membeli buku secara online. Mereka masih lebih suka membeli buku di toko buku fisik. Bagi penulis, mereka harus gencar mempromosikan bukunya, karena banyak jasa penerbitan yang hanya fokus pada produksi buku, bukan pemasaran. Saya pribadi, mulai keteteran mempromosikan buku sendiri. Belum lagi jika harus mengirimkannya sendiri ke pembaca. Waktu untuk menulis jadi berkurang.  

Kualitas buku-buku indie juga banyak yang mengecewakan pembaca. Berdasarkan keluhan dari teman-teman pembaca, buku-buku indie itu banyak yang kurang bagus kualitas kover, layout, dan editingnya. Dari segi editing, banyak tulisan yang berantakan seperti tidak diedit. Alhasil, buku itu menjadi tidak enak dibaca. Lambat laun, pembaca tidak akan percaya lagi dengan kualitas buku indie. Di dalam pikiran mereka tertanam bahwa buku yang diterbitkan tanpa proses seleksi, pasti tidak bagus. Meskipun tidak semuanya begitu. Ada juga buku indie yang bagus.
Lebih enak jika buku dipajang di toko buku

Akhirnya, saya kembali kepada jalan lama; menembus seleksi penerbit mayor. Memang dibutuhkan kesabaran dan kerja keras maksimal untuk bisa menerbitkan buku di penerbit mayor. Alhamdulillah, beberapa buku saya telah kembali diterbitkan oleh penerbit mayor, dicetak massal, dan dijual di toko buku. Namun, bukan berarti menerbitkan buku sendiri tak bisa menjadi solusi. Jika ingin benar-benar maksimal, kita harus mempunyai modal maksimal, tidak menggunakan jasa penerbitan indie. Kita proses sendiri penerbitan buku itu, dari produksi sampai ke percetakan. Lalu, menitipkannya ke distributor untuk didistribusikan ke toko buku. Tentu saja modal yang dibutuhkan tidak kecil. Untuk bisa didistribusikan ke toko buku, harus mencetak minimal seribu eksemplar, dengan biaya kurang lebih sepuluh juta.

Jika tetap ingin menggunakan jasa penerbitan indie, pilihlah yang berkualitas dan terpercaya. Terutama untuk penulis pemula, harus menggunakan jasa editor yang telah berpengalaman. Sehingga, buku indie yang dihasilkan pun tidak kalah kualitasnya dengan buku yang telah melalui seleksi penerbit mayor, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh novel Supernova karya Dee Lestari, yang mulanya diterbitkan dengan modal sendiri oleh penulisnya. 



60 comments:

  1. Meski belum berani mencoba indie, tapi ga da salahnya belajar terus... makasih share blognya mbak Ley...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya ingin menjadi penulis utk mengembangkan di bidang tulis menulis.
      Mohon doong, langkah-langkah apa yg harus sy lakukan? Saya bener2 serius!
      Bales.
      Hp087876085385

      Delete
    2. Saya ingin menjadi penulis utk mengembangkan di bidang tulis menulis.
      Mohon doong, langkah-langkah apa yg harus sy lakukan? Saya bener2 serius!
      Bales.
      Hp087876085385

      Delete
  2. Aku jadi mau coba ke penerbit mayor, melewati seleksi :)
    heheheheehe nice post mbak
    makasih sharingnya

    ReplyDelete
  3. Jaman telah berubah, begitu juga dengan industri percetakan buku yang lambat laun tergeser oleh teknologi digital. Yang penting, sebagai penulis harus tetap mengikuti jaman dan maunya pasar untuk tetap bertahan (Idealis boleh-boleh juga sih)...

    Salut untuk perjuangan Mbak. Saya juga pernah ingin menjadi penulis, malah keinginan itu sangat kuat. Tapi, entah sekarang udah benar-benar padam semangat itu...

    Salam dari Palembang...
    http://palingbaik.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nulis di blog juga tetap disebut penulis..
      tetap semangat...

      Delete
    2. Iya nih.. semangatku untuk menjadi seorang penulis jga padam gara2 draft naskah yang udah aku tulis selama Dua tahun Hilang begitu aja. huhuhuhuhu.. pengennya nangis terus.

      Delete
  4. Hm .. ngerti saya .. pantesan saya dapat namanya mbak Leyla sebagai penulis beberapa buku di salah satu penerbit Indie :)

    ReplyDelete
  5. Blog yang bagus, memang susah menembus penerbit, temen saya menerbitkan buku sendiri dengan uang tabungannya, dia harus gencar promo kalo mau modalnya balik lagi :)

    ReplyDelete
  6. benar kata mbak Leyla. kemaren saya beli novel indie. rupanya penerbitnya tidak peka pada pada saat meng-edit. masih ada kata-kata jorok. novelnya bagus sebenarnya tapi karena masih ada kata-kata joroknya, jadinya terkeswan novelnya tidak elegan

    ReplyDelete
  7. Novel Mbak yang Hati Bidadari juga indie yah kalau nggak salah. goodluck yah Mbak ^_^

    ReplyDelete
  8. gak berani nerbitkan indie mbak, gak ada modal ...hehehe

    ReplyDelete
  9. mbaaak makasih banyak ya buat share nya ^^ menyemangat i sekali :) harus brani buat ditolak penerbit, dan ga kapok yg pasti hehehe

    ReplyDelete
  10. Bunda Leyla, saya berniat belajar banyak dari bunda. Tapi bagaimana caranya? Banyak yang saya ingin tanyakan seputar penulis dan penerbit.

    ReplyDelete
  11. Makasih mbak Layla atas informasinya,
    saya sungguh salut dengan perjuangan Anda.
    dan saya akan berusaha untuk itu, saya nggak ingin berhenti begitu saja setelah saya sendiri masih kesulitan mencari Penerbit yang begitu sulit di tembus.

    ReplyDelete
  12. Mayor... *=,=
    Sudah satu tahun novel aku belum ada tindak lanjutnya. Tiga bulan pasca kirim, hanya disarankan untuk menunggu karena antrean yang puanjang....

    ReplyDelete
  13. waduh makasih banget ni sharenya mbak, saya baru punya modal obsesi ni mbak. tetap smangad n' thanks :)

    ReplyDelete
  14. waduh makasih banget ni sharenya mbak, saya baru punya modal obsesi ni mbak. tetap smangad n' thanks :)

    ReplyDelete
  15. Makasih banget mbak mbak..
    jadi tergugah lagi semangatnya'!!

    ReplyDelete
  16. Postingan yang Sangat bagus dan menarik untuk dibaca tentang cara instan mencetak buku sendiri.... Saya suka mengunjungi blog ini.

    ReplyDelete
  17. andai ga usah jadi apa apa, tapi tetap kaya raya..

    ReplyDelete
  18. Sangat menginspirasikan...boleh dijadikan panduan..
    do visit my blog back..
    Salam perkenalan.

    ReplyDelete
  19. salut buat perjuangan dan kisahnya sangat menginsiprasi,semoga sukses dan Tuhan Memberkati

    ReplyDelete
  20. Ada saran, penerbit indie yang bagus nggak?

    ReplyDelete
  21. mbak, makasih atas informasi pengalamannya yaa, buat contoh saya :D
    sukses terus mbak :)

    ReplyDelete
  22. makasih mba sarannya :D , semoga bisa jadi penulis seperti mba

    ReplyDelete
  23. makasih sharingnya mbak..
    wah, saya ingin jd penerbit saja. semoga ada peluang dan berjalan lancar.
    ayo-ayo mbak nya gabung sama aku :D

    ReplyDelete
  24. postingannya sangat membantu sekali mba, mksh bnyk..

    ReplyDelete
  25. Great posting..
    Aku masih SMA kelas 2 nih Mbak...
    Aku pengen nulis dan jadi penulis...
    Doa'in aku yaa? hehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata Menjadi Penulis Itu Gampang. Bahkan Bagi Yang Tak Punya Bakat Pun Bisa Memiliki Karya Sendiri. Klik Link Dibawah Ini Untuk Info Lebih Lanjut
      http://auraazzura.wordpress.com/2013/12/07/cara-instan-menjadi-penulis-handal/

      Delete
  26. makasih mba , aku punya cerpen di blog idruscerpen.blogspot.com dan di facebook dg nama idrus cerpen . jd pengen buat novel mba

    ReplyDelete
  27. Mba Leyla Hanna, penerbit tempat saya bekerja sedang cari naskah dari beragam genre, tapi diutamakan buku-buku sifatnya populer....(naskah populer), buku ajar perguruan tinggi dari beragam jurusan, naskah buku kiat (How to..),dsbg. Kalo mba ley punya naskah, silakan dikirim ke penerbit tempat saya bekerja atau di share ke teman-teman penulis lainnya. Kebetulan, yang menggawainya saya. Nama penerbitnya aksara maya. Situsnya: aksaramaya.com. FB: Aksara Maya. Twitter: @readingsocially. Blog: readingsocially.com. Basis penerbitan kami, electronic publishing (e-book/buku digital). Alamat kantor: Wisma Iskandarsyah, Jalan Iskandarsyah Raya Kav 12-14 Blok A4-5, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12160. Telp: 021-7235124. Mobile cp: Jun 087886975566.

    ReplyDelete
  28. Bagus itu mbak. dah banyak pengalaman mbak tentang dunia tulis. saya juga dah nulis buku di terbitin sendiri judul 7 keajaiban remaja, menjadi remaja dahsyat. semangant selalu mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Solusi self publishing termurah di Indonesia

      www.malkasmedia.wordpress.com

      Delete
  29. Bolehkah ajari aku sampai jadi penulis hebat aku tidak bisa karna umur ku 10 tahun

    ReplyDelete
  30. boleh tanya? nerbitin buku itu bayar gak sih?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Solusi self publishing termurah di Indonesia

      mampir saja ke www.malkasmedia.wordpress.com

      Delete
  31. emangbener-bener butuh perjuangan ya..

    ReplyDelete
  32. Nice,

    Share Info juga, buat para pelaku self publishing :
    Kami menyediakan jasa pra terbit seperti jasa editing, layouting, dan desain cover, serta cetak buku tanpa minimal eksemplar.
    Silakan mampir dulu ke https://malkasmedia.wordpress.com/kerjasama/

    Terima kasih

    ReplyDelete
  33. Kak ada email ga? Aku mau tnya2.😂 pingin mbuat novel sndiri. Plisss jwabb hehe :)

    ReplyDelete
  34. Pengen bikin buku kumpulan resep gitu bisa ga sih.. mau dijual sndri dipromosiin sndri..apa ada aturannya ya... sumbernya sih byk..mohon info

    ReplyDelete
  35. Obi juga pengen nerbitin buku sendiri (✿ *´ `*) , Obi gemar menulis soalnyah (✿ *´ `*) , temen temen bisa baca baca karya Obi di www.obipopoboo.blogspot.co.id (✿ *´ `*)

    ReplyDelete
  36. Assalamu alikum,aku sudah buat1novel nih boleh gak di terbit kan di sini??..

    ReplyDelete
  37. Saya pernah memakai penetbit indie tapi sampe sekarang tidak dapat respon soal proses pemasaran. jadi takut memakai jasa penerbit indie

    ReplyDelete
  38. Tanpa nomer ISBN boleh gak nerbitin buku ?

    ReplyDelete
  39. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  40. Keren dan inspiratif sekali artikelnya, sis Leyla.
    Jadi lebih baik menggunakan penerbit indie atau penerbit mayor kalo dari sisi sis?

    ReplyDelete
  41. Waw artikel yang sangat memotivasi kita untuk terus berjuang dan berusaha meraih mimpi

    ReplyDelete
  42. Waw artikel yang sangat memotivasi kita untuk terus berjuang dan berusaha meraih mimpi

    ReplyDelete
  43. salam, saya sedang mencari penulis utk tulis buku suatu kejadian yg saya alami selama 20 th. dan juga perlukan penerbit. kalau berminat boleh e-mel samsamhidup@gmail.com

    ReplyDelete
  44. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  45. Mba mau tanya, kalau untuk cetak soft cover itu bisa dimana ya? Ngomong-ngomong saya juga bikin blog, mungkin bisa di-visit, semoga bermanfaat. http://mahalisan.wordpress.com
    Thanks

    ReplyDelete
  46. Mba mau tanya, kalau untuk cetak soft cover itu bisa dimana ya? Ngomong-ngomong saya juga bikin blog, mungkin bisa di-visit, semoga bermanfaat. http://mahalisan.wordpress.com
    Thanks

    ReplyDelete
  47. Salam kenal...
    Saya di palembang kesulitan menemukan mitra editing naskah buku fiksi..sedangkan naskah sudah ditulis sampai 400 halaman.
    Maau tanya Mbak...bgmn kita dapatkan editor yg profesional dlm marketing jasanya...krn yg di internet sulit menemukan layanan editor yang prof...salah satu indikator....mrk spt jasa suruhan...tidak menjiwai tugas editor dll.
    trm.
    herru

    ReplyDelete
  48. Salam kenal...
    Saya di palembang kesulitan menemukan mitra editing naskah buku fiksi..sedangkan naskah sudah ditulis sampai 400 halaman.
    Maau tanya Mbak...bgmn kita dapatkan editor yg profesional dlm marketing jasanya...krn yg di internet sulit menemukan layanan editor yang prof...salah satu indikator....mrk spt jasa suruhan...tidak menjiwai tugas editor dll.
    trm.
    herru

    ReplyDelete
  49. untuk menembus penerbit mayor memang dibutuhkan
    kerja keras,ketelatenan, dan kerja keras yang maksimal
    apalagi baru belajar menulis,
    apalagi buku pertama yang kita tulis, dibutuhkan waktu
    yang tidak singkat, bukankah lebih baik kita belajar dulu
    sebelum menulis buku, namun perlu seorang guru atau ada
    yang mengajari kita, mungkin ini menjadi solusi buat teman-teman
    yuk belajar nulis atau
    kursus nulis online

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....