Wednesday, July 25, 2012

Wow! Ada Vaksin Untuk Melawan Kecanduan Merokok!


Di dalam kereta bisnis jurusan Semarang, sekitar sepuluh tahun lalu, saya dan teman saya merasa tidak nyaman bercakap-cakap akibat asap rokok yang terus mengepul dari tempat duduk di belakang kami. Kami saling melirik, di dalam hati ingin menegur si perokok aktif yang sepertinya tidak juga berhenti merokok. Habis sebatang, lanjut lagi dengan batang yang lain. Kami tahu, si perokok itu hanya duduk sendiri. Mungkin jika dia punya teman duduk, teman duduknya pun pasti keberatan dengan tindakannya yang merokok tanpa henti. Eh, dipikirnya hanya teman duduknya yang terganggu? Kami yang duduk di depannya, jauh lebih terganggu, karena angin dari luar membawa asap rokok itu ke arah kami.


Akhirnya, dengan memberanikan diri, saya menoleh ke belakang lewat celah bangku dan menegur si perokok. “Mas, maaf, rokoknya….” Begitu saja. Itupun sudah membuat saya takut-takut. Untung saja, si masnya mau mengerti dan buru-buru mematikan rokoknya. Perjalanan kami aman dan nyaman sampai ke Semarang. Itu contoh perokok yang mau ditegur untuk mematikan rokoknya. Kenyataannya, para perokok aktif itu, meskipun sudah tahu ada larangan merokok di angkutan umum, ruangan ber-AC, dan tempat-tempat publik, tetap saja tak dapat menahan diri dari kebiasaan merokok, kecuali ada petugas keamanan yang menertibkan.

Ironisnya, mereka asyik saja merokok sekalipun di depannya duduk ibu hamil, anak kecil, bahkan bayi dalam gendongan. Pernah saya lihat seorang perokok aktif yang agaknya tidak mau mengganggu bayi di depannya dengan asap rokoknya, sehingga dia merokok sambil menyamping. Tapi tetap saja angin yang berembus dari jendela menerbangkan asap rokok itu ke arah si bayi. Dia baru berhenti setelah ditegur. Aduhai… kenapa harus menunggu ditegur dulu, ya? Apa memang para perokok itu tidak bisa menahan diri dari merokok sebentar saja sampai mereka sampai di tujuan?

Hingga tibalah saya membaca curahan hati seorang teman yang mantan perokok aktif, di blognya. Intinya, dia menulis, bahwa SEBENARNYA dia ingin tidak merokok sembarangan dan mengganggu kenyamanan orang lain. Tapi, kalau sudah datang keinginan untuk merokok, sulit sekali mengendalikannya. Rasanya saat itu juga dia harus merokok. KECANDUAN. Ya, rokok telah membuatnya kecanduan. Sama seperti orang yang kecanduan narkoba. Kalau sedang sakaw, detik itu juga harus menghisap narkoba. Meskipun efek sakaw rokok tidak sedahsyat narkoba, tetap saja rokok menyebabkan kecanduan.

Para antirokok dengan lantang menyerukan para perokok untuk menahan diri dari merokok kalau sedang berada di tempat-tempat umum. “Merokok di tempat tertutup saja. Jangan racuni orang lain dengan rokokmu,” begitu kata mereka. Padahal, si perokok itu, salah satunya adalah temanku, mungkin saja sudah bersusah payah menahan diri untuk tidak merokok, tapi tidak juga mendapatkan tempat yang kondusif untuk merokok, sehingga terpaksalah merokok di tempat umum. Misalnya saja di kendaraan. Waktu tempuh perjalanan masih cukup lama, dan efek candu rokok telah mendesak-desak dirinya untuk segera dipenuhi, maka terpaksalah dia merokok.  

Saya manggut-manggut membaca curahan hati teman saya itu. Yaa… yaaa… kita—yang tidak merokok—kan tidak tahu bagaimana penderitaan si perokok dalam menahan diri. Banyak para perokok yang baru menyadari bahwa kebiasaannya itu buruk, setelah menjadi perokok aktif selama bertahun-tahun. Sulit sekali untuk melepaskan diri dari jeratan rokok, karena efek rokok memang seperti narkoba.  Saya rasa, sudah banyak yang membahas bahaya merokok disebabkan kandungan zat-zat kimia yang ada di dalam sebatang rokok. Itulah mengapa di setiap bungkus rokok selalu disertakan peringatan bahaya merokok, yang di antaranya dapat menyebabkan cacat pada janin dan impotensi pada pria. Tapi, mengapa para perokok seakan tidak terpengaruh dengan peringatan bahaya merokok itu? Bahkan, kini pemerintah harus semakin gencar lagi untuk mengekang kebebasan merokok, di antaranya dengan melarang merokok di tempat-tempat umum dan ruang ber-AC, juga mulai disediakannya tempat-tempat khusus merokok. Iklan rokok pun dilarang ditayangkan secara vulgar, sehingga banyak iklan rokok yang bentuknya tersirat.

Tidak lain dan tidak bukan, penyebabnya adalah efek kecanduan yang disebabkan oleh rokok. Jika sudah terbiasa merokok, sulit untuk berhenti. Zat kimia dalam rokok yang menyebabkan kecanduan adalah NIKOTIN. Nikotin memiliki efek seperti heroin dan kokain, yaitu adiktif dan proaktif. Setelah nikotin masuk ke dalam aliran darah, para perokok merasakan kenikmatan, ketenangan, hilang dari rasa cemas, dan ketertarikan untuk terus merokok. Tak heran bila ada perokok yang bisa menghabiskan puluhan batang rokok dalam sehari, terlebih bila mereka sedang merasa tidak tenang. Saya jadi teringat kejadian di kereta menuju Semarang, sepuluh tahun lalu. Jangan-jangan memang mas-mas yang duduk di belakang saya itu sedang merasa gelisah, sehingga dia merokok tidak berhenti-berhenti. Sebab, selain merokok, kakinya juga bergoyang-goyang terus seperti orang yang sedang cemas.
RACUN DALAM ROKOK: Nikotin (memacu jantung dan tekanan darah, berpotensi menimbulkan hipertensi), Carbon Monoksida (mengurangi oksigen dalam tubuh dan menyempitkan pembuluh darah), Tar (menimbulkan kanker paru-paru dan pernapasan), Cadmium (meracuni jaringan tubuh, terutama ginjal), Hydrogen Cyanide (menyebabkan kematian), Formaldhyde (pengawet dan pembasmi hama), dll. Sumber dan foto diambil dari sini


Meskipun saya bukan perokok, kini saya menyadari bahwa berhenti merokok memang tidak mudah. Terutama bagi mereka yang telah biasa merokok bertahun-tahun. Sama dengan pecandu narkoba yang harus direhabilitasi hingga sembuh total. Agaknya harus ada solusi baru untuk para perokok, agar mereka bisa berhenti dari kecanduan merokok dengan mudah. Seperti teman saya yang mantan perokok, perlu proses yang tidak mudah dan lama untuk bisa meninggalkan kebiasaan merokoknya.

Jika memang rokok mempunyai efek kecanduan, lalu mengapa para perokok itu coba-coba merokok? Seharusnya dari awal mereka sudah mengatakan, “say NO to ROKOK….” Ehmmm… kalau berdasarkan pengalaman teman saya yang mantan perokok berat itu, dia merokok karena ikut-ikutan, sejak masih duduk di bangku SMP. Saat itu, dia belum mendapatkan pemahaman tentang bahaya merokok bagi dirinya sendiri dan orang lain. Ironisnya, alasan ikut-ikutan itulah yang banyak mendasari para perokok. Akibat pergaulan dengan teman yang juga merokok, mereka jadi ikut merokok. Ada semacam pemahaman di antara anak-anak sekolah menengah bahwa kalau mereka—khususnya yang laki-laki—tidak merokok, maka mereka “tidak laki” atau “tidak macho.” Lihat saja iklan-iklan rokok, selalu menyimbolkan bahwa rokok dapat membuat seorang laki-laki itu lebih macho, gagah, bahkan jenius. Hadeeeuuuh… padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Dari luar terlihat macho, eh di dalam tubuhnya sudah rusak semua organ-organ vitalnya karena rokok.

Beberapa perokok yang telah menyadari bahaya rokok bagi dirinya dan orang lain, berusaha sekuat mungkin untuk berhenti merokok. Namun, sebagian besar lainnya pasrah dengan kondisinya, karena sulitnya menghentikan keinginan untuk merokok. Hanya maut yang bisa menghentikannya. Lalu, bagaimana cara mengatasi kecanduan merokok yang sudah menyerang para perokok berat itu?

Kita harus berterimakasih kepada para dokter dan  ilmuwan yang terus melakukan penelitian-penelitian guna menemukan solusi bagi permasalahan kesehatan. Salah satunya adalah penelitian tentang vaksin untuk melawan ketagihan nikotin, yang beritanya saya baca di website VOA Indonesia, tanggal 2 Juli 2012, berjudul “Vaksin Baru Lawan Ketagihan Nikotin.” Dikabarkan bahwa saat ini para peneliti sedang mengembangkan vaksin yang memproduksi antibodi dan membantu menghilangkan ketagihan pada nikotin. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa nikotin adalah zat kimia dalam rokok yang paling berperan dalam menyebabkan kecanduan, hingga para perokok kesulitan menghentikan kebiasaan merokoknya.

Ronald Crystal, Kepala Departemen Pengobatan Genetik di Weill Cornell Medical College, New York, mengatakan bahwa para peneliti sedang mengembangkan vaksin nikotin, berdasarkan ide untuk merangsang sistem imunitas dalam memproduksi antibodi yang dapat menghancurkan molekul nikotin sebelum mencapai otak. Namun, antibodi nikotin itu terlalu kecil, sehingga tidak dapat tinggal terlalu lama di dalam aliran darah. Kemudian, para ilmuwan mengambil DNA dari antibodi nikotin dan memakainya untuk memodifikasi hati secara genetik agar dapat terus memproduksi antibodi nikotin.  Alhasil, antibodi nikotin dapat terus mengalir ke dalam darah si perokok dan menghancurkan molekul nikotin yang masuk.

Penelitian ini telah diujicobakan pada tikus percobaan dan berhasil. Tidak disebutkan di dalam berita itu apakah penelitian itu telah diujicobakan kepada manusia. Jika sudah dan berhasil menekan kecanduan nikotin, tentu ini berita bagus untuk para perokok berat yang berniat berhenti merokok, tetapi sulit. Semoga saja ada kelanjutan dari kabar baik ini, sebab, meskipun keluarga saya tidak merokok, akan lebih baik rasanya hidup ini tanpa ada yang merokok, hehehe….. 

5 comments:

  1. Subhanallah..kemarin barusan aja diskusi teman soal ini, mbak..
    makasii atas sharingnya, ya..
    sangat bermanfaat sekalii :)

    ReplyDelete
  2. gileeee... sempet aje nulis mulu mbak,. wkwkwk

    ReplyDelete
  3. Aku juga suka kesel sama orang yang kalau merokok dalam angkot atau di tempat yang banyak anak-anaknya. Pernah sewaktu dalam angkot, ada seorang laki-laki merokok dengan nyemburin tuh asap seenak udelnya. Dia duduk di depanku pula. Angkot di Banda duduknya hadap-hadapan mbak. Aku udah tutup idung sebagai isyarat bahwa aku gak suka. Eh, gak ngerti juga. langsung deh kutegur dengan sopan. Tapi gak peduli. Dia gak ngomong apa-apa, tapi tak menggubris apa permintaan. Laki-laki kayak gini maunya dikutuk jadi laki-laki soleh aja deh

    ReplyDelete
  4. saya juga lebih suka jika tak ada perokok di dunia ini :)
    Sebelnya kalo yang ditegur malah balik mendelik ya mbak.
    Eh, saya pernah menulis tentang rokok terus dimasukkan ke Vivanews, ada yang komentar sinis begitu ... sepertinya saya menghalangi pendapatan negara dari sktor rokok, ck ck ck

    ReplyDelete
  5. para pecandu rokok sebenarnya sadar bahwa merokok sangat merugikan, tapi entah mengapa mereka tetap tak mau berhenti

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....