Saturday, September 15, 2012

Bekerja antara Passion dan Kewajiban

Saya ingin... sehari saja menulis tanpa gangguan.
Tapi... benarkah ada (hari itu)?
Tidak pernah ada sejak saya memiliki anak-anak yang tak pernah lepas dari saya, sedetik pun.
Anak-anak yang selalu berlarian wara-wiri di belakang saya, mengganggu konsentrasi dalam menulis.
Seperti hari ini, yang baru saja terjadi.
Melihat jam di dinding baru jam sepuluh. Usai mengantar sekolah anak-anak, rasanya ini waktu yang tepat untuk mengetik.
Buka komputer, internet lemot. Duuh.. benar-benar menguji kesabaran.
Seperti biasa, anak-anak berlarian di belakang saya. Keduanya sedang sakit, tapi tetap aktif. Masalahnya, karena sedang sakit, saking asyik bercandanya, mereka batuk-batuk lalu... muntah. Muntah DI MANA-MANA. Lantai, kasur.
Saya hanya bisa mengembuskan napas.



Beberapa waktu lalu, membaca postingan teman penulis tentang bekerja sebagai passion. Jika kita masih suka mengeluhkan pekerjaan kita, berarti pekerjaan itu bukan passion kita. Bukan sesuatu yang kita sukai. Lalu, mengapa tidak resign? Bekerjalah sesuai passion Anda! Begitu kira-kira isi pesannya.

Oh yaaa??? Lo pikir gw bisa ninggalin kerjaan sebagai ibu ini karena bukan passion gw???

Manusia itu pada dasarnya memang suka mengeluh. Biarpun sudah memilih pekerjaan yang sesuai passionnya, kesukaannya, darah dagingnya, tetap saja ada masanya mengeluh. Saya suka menjadi ibu rumah tangga dan membersamai anak-anak saya setiap waktu. Tapiiii.... apa salah kalau sesekali mengeluh? Sebab, passion saya adalah menulis, dan itu sering harus mengalah dengan  KEWAJIBAN sebagai ibu. Kalau bukan saya, siapa lagi? Apa mau suami saya cari istri baru?

Yah, ini juga pesan khusus untuk beberapa ibu-ibu yang sering mengeluhkan pekerjaannya juga. Sebab, pekerjaan ibu rumah tangga itu memang monoton. Tiap hari muter-muter itu-itu saja. Kalau nulis kan selalu ada pertambahan halaman. Ada "sesuatu" yang bisa dibanggakan dan ditunjukkan. Ini lho, tulisan gw. Ini lho buku gw. Gw eksis, kaaaaan?

Sedangkan, pekerjaan ibu rumah tangga, siapa yang mengakuinya? Apa yang terlihat dari "sebuah" pekerjaan ibu rumah tangga? Rasanya yang ada hanya capek dan kesal. Dibayar juga enggak,  ya.....

Begitulah. Tapi, tetap saya tak bisa meninggalkan pekerjaan ini, karena ini kewajiban saya. Di sinilah jihad saya. Jika jihad suami saya adalah mencari nafkah, maka jihad saya adalah mengurus rumah tangga. Pekerjaan menulis--yang mana adalah passion saya--harus diakui sebagai pekerjaan sampingan. kalau ditanya kepada suami kita, apakah mereka menikmati pekerjaan mencari nafkah? Pasti jawabannya, tidak. Siapa sih yang mau nyari duit cuma buat dikasih ke istri dan anak-anak? Secara ego, tentu maunya dinikmati sendiri. Bahkan banyak laki-laki yang malas kerja.

Sebab, bekerja bukan semata passion, tapi juga kewajiban dan ibadah.

Ok, deh. Saya harus sign out dulu, karena anak-anak sudah bawel minta susu dan tentunya dikeloni tidur. Percayalah, jika mereka sudah terlelap nanti, saya juga belum tentu bisa meninggalkan mereka karena mereka masih harus ditemani saat tidur. Benar-benar, deh.

6 comments:

  1. saya suka pas di bagian o yaaa??? *ngebayangin diriku sendiri yang mengatakan kalimat itu hehehe

    mba ley masih bagus buku-bukunya udah banyak, 'eksis'nya udah keliatan .. nah saya, hadeuhh ... masih dipandang dengan mata terpicing terus oleh segelintir orang :(

    ReplyDelete
  2. *toss dulu dong ah*
    Mbak bener2 deh...hahaha...Tau aja kita senasib. Bedanya mbak udah banyak menelurkan buku. Aku baru memulai. hihihi...

    Ayo kita semangat mbaaak!

    ReplyDelete
  3. toss juga ah.. perwakilan perasaan.. jd pengingat jd emak jgan ngeluh :)
    makasih mbak ley.. smoga lahirannya lancar. amiin

    ReplyDelete
  4. semangat ya bunda

    duu ibu saya juga begitu kok ^^

    ReplyDelete
  5. alhamdulillaaaah..untung saya belum menikah jadi masih bisa ngatur banyak waktu deh wat belajar jadi penulis..hehe..baru kali ini saya bersyukur gara-gara belum menikah..astaghfirullah..keep spirit ea mba..smoga mbak ley tetep punya waktu wat nulis ;-)

    ReplyDelete
  6. Selalu suka sama semangat mba untuk nulis.. Ibu saya juga dulu seperti itu, terkadang ngeluh kalau ngurus anak. Namun setelah anak2 dewasa, justru ibu saya bilang "Ibu merasa kurang banyak waktu untuk ngurus kalian dulu". Padahal beliau ibu rumah tangga full.. :)

    Jihad seorang Ibu memang Subhanallah yah...

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....