Wednesday, September 12, 2012

Kenangan Lebaran 2012


Kalau saja tidak ada even giveaway dari Bunda Sumiyati, mungkin aku akan melewatkan begitu saja momen spesial lebaran kemarin. Bukan semata karena hadiahnya, meskipun tentu aku senang bila dapat hadiahnya. Melainkan karena tema giveawaynya yang luput dari pikiranku, padahal cukup berkesan untuk dituliskan; kenangan saat lebaran (2012) kemarin. Menuliskan kenangan ini, selain untuk mengisi waktu menjelang detik-detik melahirkan, juga agar blogku tetap terisi tulisan, mengingat sebentar lagi melahirkan. Minggu-minggu pertama usai melahirkan, kemungkinan blogku sepi tulisan :D


Dua belas hari sebelum lebaran, aku terpaksa membatalkan puasa karena mengalami pendarahan. Aku yang sedang hamil 31 minggu, harus dirawat di rumah sakit untuk menjaga bayiku tidak lahir prematur. Alhasil, aku hanya mendapatkan puasa 17 hari. Tapi, masih boleh ikut lebaran, dooong…. Kan batalnya juga diperbolehkan, hehehe…..

Terbaring di rumah sakit, dua minggu sebelum lebaran

Sisa puasa kuhabiskan di rumah orang tuaku, sepulang dari rumah sakit. Supaya ada yang membantu menjaga dua balitaku, sementara aku masih harus bedrest. Kubayangkan lebaran nanti tidak ada mudik ke Garut, kampung suamiku, dan jalan-jalan jauh. Dokter sudah mewanti-wanti supaya aku jangan kecapaian dulu sampai usia kandunganku cukup bulan. Kasihan bayiku kalau sampai lahir prematur.

Selama bedrest, memang membosankan. Lebih banyak berbaring di tempat tidur, terasa membuang-buang waktu. Tapi itu demi kelangsungan hidup bayiku. Kalau sampai lahir prematur, kasihan juga dia. Meskipun tidak bisa mudik ke Garut, aku tetap menikmati lebaran di Ciputat, bersama ketiga orang adik perempuanku. Tidak setiap lebaran kami bisa berkumpul lengkap. Aku pun hanya dua tahun sekali lebaran di Ciputat, selang-seling antara lebaran di Ciputat dan Garut. Jadi, untuk bisa menikmati opor ayam, semur daging, sayur pepaya, dan sambal pete khas keluargaku, aku harus menunggu dua tahun ke depan.  

Biasanya, aku juga tidak bisa berlama-lama di Ciputat karena sudah harus mudik ke Garut. Kadang tidak bertemu dengan keluarga besar lainnya. Nah, lebaran kemarin, aku bisa bertemu dengan keluarga besarku, meski memang tidak bisa bertemu dengan keluarga besar suamiku. Anak-anakku otomatis mendapatkan angpau yang banyaaak… karena ada kebiasaan di keluargaku besarku untuk memberikan angpau kepada anak-anak. Lain dengan keluarga besar suamiku. Tidak ada tradisi memberi angpau, jadi kantongku, eh, kantong anak-anakku kosong kalau lebaran di Garut, hehehe….. Biasanya angpau itu kubelikan untuk keperluan anak-anakku, tapi ternyata habis juga buat belanja kebutuhan dapur. *Emak ngutang dulu ye, Naakk…..
Anak-anakku dapat angpau banyaaaak

Yang paling senang tentu saja ayahku. Sepeninggal almarhumah Mama, Ayah sering merasa kesepian. Apalagi dua anak gadisnya telah menikah. Tinggal dua yang belum. Tahun kemarin, Ayah berlebaran hanya dengan dua adikku yang belum menikah. Aku lebaran di Garut dan adikku yang nomor dua berlebaran di Yogya, kampung suaminya. Kami baru datang ke Ciputat, seminggu kemudian. Terbayangkan betapa sepinya Ayah, apalagi tanpa kehadiran cucu-cucu.

Berbeda dengan keluarga suamiku di Garut. Semua anak mantunya berkumpul. Lalu ada tradisi silaturahim keluarga besar dari kedua pihak ibu dan bapak. Suasananya sangat semarak. Tadinya, anak-anakku sempat mau dibawa suamiku berlebaran di Garut, tapi ayahku “marah.” Beliau tidak rela lebaran tanpa cucu-cucu. Suamiku pun mengalah. Yah, lagipula di Garut sudah banyak cucu yang lain, sedangkan cucu ayahku baru dua anakku itu.

Hari pertama lebaran, salat ied di lapangan dekat rumah. Lapangan yang sudah mendarahdaging, saking sejak kecil hampir selalu salat ied di lapangan itu. Di sebelah lapangan terdapat pemakaman, dan di sanalah almarhum Mama dimakamkan. Jadi, kami hanya tinggal menyeberang dari lapangan ke pemakaman. Berdoa bersama untuk Mama. Istilahnya, nyekar atau ziarah.

Pulang ke rumah, ketupat dan lauk pauk sudah menunggu, tapi masih harus halal bihalal di mushala dekat rumah. Halal bihalal komplek. Sejak menikah, sudah jarang aku mengikuti halal bihalal itu. Bertemu dengan teman-teman masa kecilku yang sama-sama sudah menikah dan punya anak. Usai halal bihalal, nafsu makan pun terpuaskan dengan menyantap masakan khas keluargaku. Rasanya tetap sama meskipun yang adikku yang memasak. Aku sendiri malah tidak bisa memasaknya, hehehe…..

Silaturahim berlanjut ke rumah adik mamahku. Dua lembar ratusan ribu masuk ke kantong anakku, yang kupegang dulu untuk sementara, tapi entah kapan mengembalikannya, karena sudah terpakai, hehehe…. Esok hari dilanjutkan bersilaturahim ke keluarga lainnya; keluarga dari ayahku dan suami adikku. Tidak banyak keluargaku dari orang tuaku. Keluarga dari Mama lebih banyak berada di Karanganyar, Solo. Sudah lama kami tidak ke sana, karena terkendala biaya dan jarak.

Alhamdulillah, meskipun sederhana, lebaran kemarin begitu berkesan. Mungkin agak sedikit memprihatinkan, dan sebenarnya aku kasihan juga dengan suamiku. Akibat kondisiku yang tidak memungkinkan, suamiku baru bisa bertemu dengan keluarganya seminggu kemudian. Ia juga tidak mengikuti acara-acara halal bihalal di keluarga besarnya. Padahal, ada acara jalan-jalan yang belum tentu diadakan lagi tahun depannya.
Jarang-jarang bisa kumpul dengan semua adikku di hari lebaran


Paling tidak, lebaran tetap berkesan sebagai hari kemenangan bagi semua yang telah berhasil melewati bulan Ramadan dengan baik. Bukan semata halal bihalal, angpau, dan makan besar. Lebih kepada penyucian diri setelah ditempa dengan ibadah Ramadan sebulan penuh.  




9 comments:

  1. ih mba mirip deh sama adik-adiknya:)

    ReplyDelete
  2. Terima kasih mbak Leyla Hana sudah tercatat sebagai Kontes Kenangan di Blog Sumiyati-Raditcelluler matur nuhun sanget :), jangan lupa mbak tgl 20 Oktober 2012 datang ya ... ke kantin Keluarga Bunda Lahfi :)

    ReplyDelete
  3. Wah, pasti menyenangkan merasakan masakan khas keluarga. Apalagi kalau cuma setahun sekali. Angpaw-nya jangan2 diutang tuh ama Mama hehe...Lebaran bersama keluarga besar selalu asyik dan menarik; bukan hanya makan2, tapi juga bertukar cerita dan pengalaman. Semoga ayah Anda diberi kesehatan dan persalinan Mbak dilancarkan--sehat-selamat anak dan ibunya...

    Salam kenal:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyah, dua tahun sekali malah...
      Insya Allah dibayar utangnya, hehee
      makasih dah mampir ya. Aamiin..

      Delete
  4. Mbak Leyla Hana, ngomong-ngomong ya kalo lagi di Ciputat. Rumah bunda juga kan di wilayah itu. Kalo Leyla di Ciputat pasti bunda "satronin". Betul sekali memang setiap keluarga mempunyai kebiasaan yang berlainan. Mbak kabarin ya kalo udah lahiran? Semoga kandungan kesehatan selalu dalam kondisi prima kedepannya. Aamiin.

    ReplyDelete
  5. Anak-anak kalau lebaran duitnya jadi lebih banyak dari emaknya.... hehehe...

    Selamat ya mbak buat kelahiran putrinya. Perjuangan seorang ibu dari mulai kehamilan dan melahirkan betul2 menjadi wanita merasa sempurna.

    Semoga sukses dengan kontesnya...

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....