Thursday, May 2, 2013

Sahabat Itu Berbagi


Dulu saya pernah menuliskan di sebuah kertas, isinya: “Ya Allah, beri aku seorang sahabat.”

Saya memang sedang merasa sendiri. Tak ada teman berbagi. Kata orang, saya judes. Makanya gak ada yang mau berteman dengan saya. Entahlah. Saya sendiri tak ada niat untuk judes. Memang sudah bawaannya begitu. Tapi, hidup “sendiri” pun tak enak. Apalagi saat jauh dari keluarga. Syukurlah, saya mendapatkan seorang sahabat yang kerap menemani saya.


sebagian dari sahabat mayaku
kami berjumpa untuk menjenguk teman yang sakit
Memang tak sembarang orang bisa menjadi sahabat saya. Ini bukan berarti saya pilih-pilih sahabat. Melainkan karena sikap saya yang dipandang “kurang bersahabat,” sehingga jarang ada orang yang bisa dekat dengan saya. Bila diibaratkan empat elemen, saya ini termasuk elemen api. Mudah meledak-ledak. Maka, orang yang tepat untuk mendampingi saya adalah orang yang memiliki elemen air. Tenang dan menyejukkan. Kenyataannya memang demikian. Sahabat saya semasa kuliah itu sikapnya sangat tenang dan selalu mendinginkan saya, setiap kali saya sudah emosional.

Namun, yang namanya dua orang berbeda daerah, akan ada perpisahan. Saya merasa kehilangan dirinya, setelah bertahun-tahun bersahabat. Kami hanya bertegur sapa dan berbagi cerita melalui sms dan telepon. Kini, setelah ada facebook, kami juga sudah jarang bercengkerama karena dunianya sudah berbeda. Maksudnya, kesenangan kami sudah berbeda.

Syukurlah, sekalipun di rumah hanya bersama anak-anak, saya memiliki banyak sahabat di dunia maya. Meskipun mereka mungkin tak menganggap saya sebagai sahabat, saya menganggap mereka sahabat. Sebab, saya sudah berbagi cerita kepada mereka, melalui inbox dan sms. Berbagi keluh kesah dan nasihat. Berbagi semangat dan inspirasi.
Sahabat maya yang tak maya

Sahabat itu berbagi.

Dari sini saya berkaca. Barangkali kita pernah berpikir mengapa tak memiliki sahabat? Barangkali kita pernah menuntut berlebihan terhadap sahabat-sahabat kita. Sudahkah kita lebih dulu memberi? Memberi tak selalu materi. Memberi bisa berupa perhatian atau sekadar telinga untuk mendengar. Simpati. Bahkan lebih dari itu, empati.

Sahabat, sama juga dengan jodoh. Saya merasakan sendiri bahwa saya selalu dipertemukan dengan sahabat se-kufu. Memiliki kesukaan yang mirip, dan jenjang pemikiran sederajat.  

Semoga kelak kami dipertemukan lagi di Padang Masyar, di bawah payung ukhuwah. Terlindungi dari sengatan panasnya matahari yang hanya satu jengkal, karena persahabatan indah.


Tulisan ini disertakan pada GA "Siapa Sahabatmu

http://senyumsyukurbahagia.blogspot.com/2013/04/ga-siapa-sahabatmu.html

5 comments:

  1. smoga aku termasuk dianggap sahabat oleh mbak leyla hehehe..

    ReplyDelete
  2. dan akupun ingin dianggap sebagai sahabat oleh mba leyla:)

    ReplyDelete
  3. peluk mbak ela. kau lebih dari sahabat bagiku mbak. seperti sodara. udah hafal sebagian sifat dan sikap mbak ela, meski kita lebih sering interaksi didumay.dunia luna maya.eh...xixixi...baidewe eniwe baswe,thanks for being my friend.^_^

    ReplyDelete
  4. Mbak Elaaaa...
    hiks.. nangis deh..
    Aku teringat saat Mbak Ela slalu hadir menghiburku, menyemangatiku, membantuku..
    pesan2 di inbox menjadi saksi..
    Makasiiih Mbak...
    dan, maafkan aku yg blm bisa menjadi sahabat yg baik bwt Mbak Ela..

    ReplyDelete
  5. Setuju sama pendapat mba Leyla, Sahabat itu sama juga dengan Jodoh. Semoga aku bisa menjadi sahabat yang baik.

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....