Wednesday, May 22, 2013

Seandainya Saya Tidak Ngeblog, Stres dan Bete Melanda


Berpikir seandainya saya tidak ngeblog, hmm… sudah hampir tiga minggu ini saya diuji dengan koneksi internet yang supeeeer lolaaaa…. Koneksinya lumayan baik di atas jam 1 sampai jam 4 pagi. Itupun gak bener-bener lancar. Masih harus sabar, tapi lumayanlah. Masalahnya kan saya gak selalu bisa bangun dini hari. Untuk menyiasatinya, saya tidur selepas Magrib. Untung anak-anak juga tidur jam segitu. Tapi yang kasihan suami saya, pulang ke rumah gak ada yang nunggui, hehe…. Minggu-minggu itu, saya juga berusaha fokus untuk mengerjakan novel yang dimaksudkan untuk lomba. Saya bela-belain ngeblog, di antara kesibukan nulis novel dan internet yang lola, demi tantangan 8 Minggu Ngeblog dari Anging Mammiri. Alhamdulillah, saya masih bisa mengikuti tantangannya, dan tulisan ini disertakan untuk 8 Minggu Ngeblog oleh Anging Mammiri Minggu Ketujuh.


Sudah kurang lebih dua tahun ini saya ngeblog di blogspot. Awalnya hanya untuk mendokumentasikan tulisan yang pernah dimuat di majalah dan buku, lama-lama saya ikut lomba blog. Ternyata seru juga mengikuti lomba blog, minimal blog saya gak nganggur. Temanya sudah ditentukan oleh penyelenggara, jadi saya tinggal mencari tulisan yang sesuai tema. Kalau dapat hadiah, lebih senang lagi. Masalahnya, lomba blog itu terkadang rumit juga ya. Harus memakai hyperlink, banner, dan gambar-gambar menarik. Acara ngeblog jadi lebih lama, karena mulanya saya gaptek. Tapi, syukurlah sekarang saya jadi lebih jago dalam teknis ngeblog, blog saya pun lebih variatif dan rapi.

Ada perbedaan kepuasan antara menulis buku dan ngeblog. Menulis buku itu, puasnya ya nama tercantum di buku, tapi jumlah eksemplar terbatas, dan otomatis jumlah pembaca juga terbatas. Jujur saya akui, saya belum menjadi penulis yang best  seller, dalam artian buku terjual sampai ratusan ribu eksemplar. Menulis di blog, ada kemungkinan tulisan kita dibaca oleh ratusan ribu orang, karena gratis. Dan yang lebih membahagiakan, responnya lebih cepat. Begitu tulisan diposting dan dipromosikan, langsung ada tanggapan dari pembaca. Kalau buku, perlu menunggu beberapa bulan setelah terjual, baru ada tanggapan dari pembaca. Apa pun, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Oleh sebab itu, sulit rasanya melepaskan salah satu dari keduanya. Sekalipun, tiga minggu yang lalu saya berusaha untuk fokus menulis novel demi mengejar deadline lomba, tetap saja saya tergoda untuk ngeblog. Ditambah dengan internet yang lola, sedikit menaikkan temperamen saya. Saking lolanya, saya pernah melempar hape sekaligus modem, gak terlalu kencang sih, jadi jatuhnya juga pelan, ahahaha…. Ternyata masih ada pikiran takut hapenya rusak. Anak-anak langsung mengambil hape plus modem itu dan mencopoti isinya, karena disangka sudah rusak. Segera saya ambil, khawatir rusak beneran.

Akhirnya, saya sampai pada pemikiran bahwa di dunia ini tak ada yang abadi, termasuk juga ngeblog. Bisa jadi kelak saya harus melepaskan dunia blog ini, awalnya mungkin akan sedih dan kehilangan, tapi lama-lama terbiasa. Saya berpikir, ngeblog ini untuk mendokumentasikan setiap kenangan dalam hidup yang bisa dibagi ke khalayak ramai. Kelak, mungkin saya bisa membaca-bacanya kembali. Tapi, bagaimana jika blog saya tiba-tiba hilang, seperti Multiply yang tenggelam? Semua kenangan pun ikut hilang. Hm, apa yang saya lakukan ya? Saya juga punya blog di Multiply, setelah hilang, rupanya saya tak merasa kehilangan karena memang sudah jarang ditengok.

Lagipula, selama mengabadikan kenangan, kesibukan saya justru sibuk menuliskannya dan jarang membacanya kembali. Kenangan itu ada terus. Berhubung untuk membacanya membutuhkan koneksi internet yang ciamik, saya jadi jarang punya kesempatan untuk membaca ulang. Dan selama koneksi internet masih amburadul, saya jadi punya banyak waktu untuk membaca buku. Yap, membaca buku jadi agak terbengkalai saking asyiknya berselancar di dunia maya. Padahal, membaca buku adalah salah satu bekal seorang penulis. Saya banyak membeli buku, banyak pula yang dapat gratis, tapi belum semuanya selesai dibaca saking sibuknya menulis dan browsing. Jadi, ada untungnya juga gak bisa browsing untuk beberapa waktu. Tulisan pun banyak yang selesai, karena gak disambi dengan ngenet.

Namun, kalau terus-menerus gak ngeblog, sepertinya saya akan kesulitan menyalurkan emosi positif, sebuah istilah yang saya dapatkan dari seorang teman penulis. Ngeblog, terbukti bisa mengurangi tingkat stress setelah digempur kesibukan mengurus rumah dan anak-anak yang sedang aktif-aktifnya. Di rumah terus, 24 jam X 5 hari (kalau akhir pekan sering jalan-jalan), cukup menyumbangkan kebosanan. Ngeblog, seakan-akan menciptakan efek jalan-jalan ke seluruh dunia, dengan blogwalking dan browsing.

Insya Allah, bulan depan saya akan ganti provider dengan yang  lebih baik setelah tiga tahun bertahan dengan provider yang sekarang saya gunakan. Dari dulu memang sudah lemot, meskipun slogannya I Hate Slow, tapi berhubung belum menemukan pengganti yang lebih baik, jadi masih bertahan. Semoga nanti ada provider lain yang bisa memberikan service maksimal, sehingga saya gak perlu berandai-andai tidak bisa ngeblog, kecuali maut memisahkan.

Postingan ini disertakan dalam #8MingguNgeblogAnging Mamiri. 

3 comments:

  1. kalau saya tidak ngeblog, maka muram dunia.. :D

    ReplyDelete
  2. I hate slow too #_#
    tergantung gadgetnya kali, Bund..
    coba aja dicolokin untuk tablet berbasis windows8 or notebook plus wifi 10 tabulasi bikin dunia berwarna-warni.. hi.. hi.. gantian dimarahin perut dan kepala protes minta charge dan rehat *_*

    ReplyDelete
  3. Mbak leyla masih semangat aja

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....