Sunday, November 24, 2013

My Avilla: Pencarian Tuhan Tiga Anak Manusia


Judul: My Avilla
Penulis: Ifa Avianty
Penerbit: Afra Publishing, Februari 2012
Harga: Rp 26.000
ISBN: 978-602-8277-49-5
Jumlah Halaman: 184
Ukuran: 14x20 cm

Manusia dibekali akal untuk berpikir, di dalam Al Quran pun banyak firman Allah Swt yang menyuruh kita  untuk berpikir. Al Quran Surat 3: 190: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi  orang yang berpikir.” Itulah mengapa, agama Islam adalah agama yang logis karena seluruh ajarannya dapat ditelaah, dianalis, dipikirkan, bukan semata diikuti. Termasuk keberadaan Tuhan.


 Novel My Avilla, karya Ifa Avianty ini menceritakan proses pencarian Tuhan pada tiga tokoh utamanya yang diceritakan bergantian: Trudy, Margriet, dan Fajar. Trudy dan Margriet adalah dua bersaudara dengan karakter dan sifat berbeda. Trudy sangat popular, bahkan kemudian menjadi model terkenal. Tetapi sebenarnya dia cemburu kepada kakaknya, Margriet, yang kalem, tertutup, namun dicintai oleh banyak orang.  Trudy merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan Margriet, karena kakaknya itu sangat pintar dan aktif di organisasi. Belakangan, Fajar, cowok yang disukai Trudy, malah naksir Margriet yang usianya lebih tua empat tahun.

Margriet, muslimah yang menutup rapat tubuhnya dengan jilbab dan gamis serta membatasi pergaulan dengan lawan jenisnya ini adalah mahasiswi Sastra Inggris, UI. Kecerdasan Margriet terlihat dari tutur katanya,  terutama ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan Fajar, yang sedang mencari tuhan. Kecerdasannya itu pula yang membuat Fajar jatuh cinta, meskipun usianya lebih muda empat tahun dan baru duduk di bangku kelas 1 SMA. Fajar bahkan sudah terpikir untuk menikahi Margriet, karena merasa gadis itulah yang bisa menjadi tempatnya menemukan jawaban akan tuhan. Dengan kata lain, Fajar merasa nyaman dengan Margriet.

Fajar, cowok kelas 1 SMA, yang memakai kacamata tebal karena mengalami gangguan low vision, kurus, tinggi, tetapi disebutkan bahwa dia tampan. Saya membayangkan sosok dengan deskripsi tersebut jauh dari tampan, tapi mungkin bayangan saya berbeda dengan bayangan penulisnya. Fajar penyendiri, sensitif, dan tertutup karena sejak kecil mendapatkan trauma psikologis dari ibunya, semacam penolakan dari ibunya terhadap kehadirannya. Diceritakan sekilas bahwa ibunya sangat ingin meneruskan kuliah, tetapi gagal karena kelahiran Fajar. Jadi, kalau Fajar berbuat salah, ibunya akan mengulang-ulang terus cerita itu. Selain itu, latar belakang keluarganya yng menikah berbeda agama (ayah muslim, ibu katolik), membuat Fajar galau agama mana yang benar. Dia sudah disuruh mengikuti agama ayahnya, Islam, tetapi juga tertarik pada agama ibunya, Katolik. Dia selalu tersentuh dengan kidung-kidung gerejawi yang didengarnya. Ini yang membuatnya mempertanyakan tuhan.

Fajar berusaha mendekati Margriet dengan pertanyaan-pertanyaannya akan tuhan, bahkan berani menyatakan cinta. Tentu saja Margriet menolak, meskipun ternyata dia juga jatuh cinta kepada Fajar. Bukan saja karena Fajar adalah cowok yang disukai Trudy, tetapi juga karena Margriet tidak mau pacaran. Untuk menikah rasanya tidak mungkin, bukankah Fajar baru kelas 1 SMA? Akhirnya, mereka berpisah secara fisikal sampai Fajar kuliah di Vatikan, Roma, di kota pusat Katolik sedunia. Kota yang membuat Fajar semakin dekat dengan trinitas walaupun dia masih salat.

My Avilla
Kisah cinta ketiga tokoh ini dibalut dengan misi mencari tuhan, berupa pertanyaan-pertanyaan Fajar kepada Margriet, juga renungan-renungan Fajar. Sebenarnya, jalan jodoh sudah terbuka, karena keluarga mereka berencana menjodohkan anak-anaknya, sebagai sesama keluarga pengusaha kaya, untuk memuluskan bisnis. Permasalahannya, yang akan dijodohkan adalah Trudy dengan Fajar, sedangkan Fajar mencintai Margriet.

Ciri khas novel Ifa Avianty (berhubung saya sudah membaca beberapa novelnya) adalah kisah cinta yang manis dan sangat romantis, gaya bercerita yang ringan dan lancar, kalimat-kalimat panjang dalam Bahasa Inggris, dan selipan lirik lagu-lagu lama (sampai saya tidak kenal penyanyinya sama sekali). Ciri khas itu juga ada di dalam novel ini. Kesan romantis dimulai dari panggilan Fajar kepada Margriet, dengan menggunakan nama tengah gadis itu: Avilla. Kedengarannya memang romantis, apalagi membaca cara Fajar menyebut nama itu. Lalu, kenekatan Fajar “melamar” Margriet, bahkan memberikan cincin emas dengan batu putih.

Gaya bercerita yang ringan dan lancar membuat saya mampu menyelesaikan membaca novel ini dalam waktu dua hari. Buat saya ini termasuk cepat, karena saya juga harus mengerjakan pekerjaan lain. Kalau tidak ada pekerjaan apa-apa, dua jam pun bisa selesai. Ifa Avianty tidak membiarkan pembaca berada dalam kebosanan, sehingga dia menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat pembaca ingin terus membaca sampai selesai.

Sayangnya, banyak kalimat-kalimat panjang dalam Bahasa Inggris yang tidak diterjemahkan, terutama percakapan Margriet dan Phill, pria bule yang menyukainya. Mungkin banyak pembaca yang lancar Bahasa Inggris, tetapi Bahasa Inggris saya belum lancar jadi saya memilih melewati percakapan-percakapan itu. Apalagi kalau pembantu saya yang membaca novel ini, karena dulu saya punya pembantu yang suka membaca koleksi buku-buku saya. Pembantu lulusan SD itu saja tidak bisa membedakan novel dengan buku resep, lebih-lebih menerjemahkan kata-kata dalam Bahasa Inggris.

Lagu-lagu lama menjadi pengiring novel ini, terutama pada adegan-adegan yang romantis, Bahkan, ada lirik lagu yang panjang, ditulis semuanya sampai dua halaman lebih. Lagu yang membuat Fajar semakin merenungi pilihannya, kidung Natal “God Ye Merry Gentlemen.” Agaknya ini tidak lepas dari hobi sang penulis yang suka mendengarkan musik-musik klasik (begitu tertulis di biodata penulis). Mungkin akan lebih bisa menghayati perenungan Fajar sambil mendengarkan lagu ini, tapi saya khawatir jadi ikut bersenandung.  

Setting lokasi di Vatikan, Roma, kurang detil dan relatif singkat, sampai-sampai saya kurang merasakan kalau Fajar sudah berpindah tempat ke Vatikan. Saya pikir cerita ini akan berfokus pada Trudy, karena prolog dibuka dengan adegan Trudy yang kembali ke Jakarta setelah pelariannya akibat suatu peristiwa yang masih berhubungan dengan Margriet dan Fajar, ternyata tokoh Trudy hanya mendapatkan porsi sedikit.

Novel ini menjadi juara ketiga lomba novel Indiva tahun 2010. Namun, label juara tiga lomba novel Indiva tidak dituliskan di kover novelnya, yang mestinya dapat membuat orang tertarik untuk membeli. Sebagai novel yang mengusung ide pencarian tuhan, novel ini cukup baik untuk dibaca dan inspiratif.   Pertanyaan-pertanyaan Fajar dan jawaban-jawaban Margriet patut kita renungkan bersama-sama.

“Terus terang, Mbak, sampai sekarang meskipun muslim di KTP, dalam ritual ibadah saya, saya masih bersimpati pada iman Katolik.” (Fajar, halaman 46)

“Keimanan nggak bisa ditukar semudah kita menukar pakaian hanya karena kita merasa nggak cocok. Keimanan adalah sebuah konsekuensi logis dunia dan akhirat, yang kita tidak bisa mengambil sebagiannya dan membuang sebagian lainnya.” (Margriet, halaman 54)

“Bila Tuhan adalah pencipta semua umat di dunia, mengapa harus ada banyak agama? Mengapa harus ada pemecahan-pemecahan yang membingungkan, sementara semua ajarannya terasa agung? Mengapa harus ada sekat-sekat yang kemudian sekat-sekat itu membuat kita menjadi sulit memahami? Mengapa mesti ada representasi Tuhan dalam berbagai versi?” (Fajar, halaman 124)

“Pada awalnya, setiap representasi terhadap figur Tuhan dibuat manusia sebagai media untuk mendekatkan mereka kepada Sang Pencipta, Lalu, ketika manusia mulai menyadari esensi ketuhanan dalam kehidupan mereka, mulai tumbuh rasa rindu terhadap-Nya, ingin memeluk-Nya dalam ritus-ritus pribadi dan komunal, maka dibangunlah representasi itu dalam konsep-konsep yang jadi panduan tiap umat beragama….”(Margriet, halaman 124).



13 comments:

  1. 3 misi pencarian Tuhan bagus juga untuk dibaca ya mbak

    ReplyDelete
  2. temanya agak berat ya, bun. tapi bisa ditulis oleh penulisnya. kalo arti komunal dan ritus itu apa ya? :D baru denger, hehehe

    ReplyDelete
  3. karya Teh Ifa yang khas, dikemas dengan resensi ala Mba Ela..ehmmm, nice ^_^

    ReplyDelete
  4. Temanya bagus, sedikit usul kata t untuk Tuhan diketik kapital Mbk Ela, resensinya mengalir, jadi pengen baca hehhe

    ReplyDelete
  5. Pencarian Tuhan, sebuah tema yang berat dan tak pernah habis untuk digali :)

    ReplyDelete
  6. Aku menyukai semua buku mb Ifa, tapi yang fiksi, nonfiksi doi belum pernah baca :D

    ReplyDelete
  7. tema berat dengan penyampaian membumi tampaknya:)

    ReplyDelete
  8. trus trus akhirnya gimanaaa? penasaran hehehe

    ReplyDelete
  9. Ini novel favoritkuu..
    Sukses yaa Mbak Ela.. moga kita sama2 menang.. :)

    ReplyDelete
  10. jadi nambah pengen baca.. udah pesen :D

    ReplyDelete
  11. Waah novel yang penuh perenungan hidup ya. Resensinya padat dan kritis mbak, bagus. Moga menang yaa :)

    ReplyDelete
  12. Jadi penasaran sama tulisan-tulisan Mbak Ifa Avianty... Semoga sukses, Mbak Leyla.. ^_^

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....