Monday, February 10, 2014

Single Itu Kriuk... So Many Things Can Do!


“Ini nih yang bikin aku pengen cepet nikah, biar ada yang bisa nganterin ke mana-mana!”
“Andai udah punya suami, aku gak perlu mikirin soal kantong kosong lagi, deh….”
“Kapan ya aku cepat nikah? Biar ada yang bawa aku pergi dari rumah orang tuaku ini. Lama-lama kesel juga diatur melulu sama orang tua!”
Bla..bla…bla….
Saya pernah berada di masa itu. Masa-masa galau karena belum menikah. Ya, sekitar 7 sampai 10 tahun yang lalu. Saya ingin cepat menikah, dengan berbagai alasan. Saya berharap bisa menikah di usia 25 tahun, karena usia itu menurut saya adalah usia yang ideal untuk menikah. Alhamdulillah, Allah mengabulkan doa saya. Saya benar-benar ketemu jodoh di usia 25 tahun dan menikah dua minggu setelah ulang tahun ke-25.

Memang, pernikahan itu indah sekali. Saya mengalami keajaiban yang luar biasa. FYI, saya tidak pernah berdekatan dengan lelaki non mahram sejak berhijrah. Setelah menikah, tentu saja ada getar-getar aneh yang saya rasakan ketika berdekatan dengan pangeran impian. Seluruh kulitnya seperti mengandung aliran listrik yang membuat bulu kuduk saya berdiri. Saya selalu ingin tersenyum bila berhadapan dengannya. Yap, menikah itu memang membahagiakan. Wajarlah, kalau banyak lajang yang ingin menikah.
Saya masih ingat satu pesan yang disampaikan oleh teman saya, yang hingga usianya 40 tahun, belum juga menikah. Walaupun belum menikah, dia sering menjadi tempat curhat teman-temannya yang sudah menikah. Dia menyimpulkan begini, “kalau mau nikah, niatnya cukup karena Allah saja. Jangan jadikan pernikahan sebagai solusi dari permasalahanmu. Pernikahan itu justru masalah tambahan.”
Menikah adalah masalah? WHAT?! Kok gak seperti yang disampaikan penulis-penulis buku pernikahan, ya? Sebagai contoh, saya ambil dari pengalaman sendiri ya. Kalau sudah membaca novel saya yang berjudul, “Cinderella Syndrome,” di sana ada tokoh Violet yang tidak bisa pergi jauh-jauh kalau gak ada yang nganterin. Violet suka nyasar. Kalau mau pergi, dia harus diantar mama atau ayahnya. Sebenarnya, kelemahan Violet itu adalah kelemahan saya juga! Yap, Violet itu sedikit banyak mengambil sifat saya hehehe….. Saya pun pernah bercita-cita menikah supaya ada bodyguard yang bisa nganterin sama ke mana-mana. Siapa lagi kalau bukan suami?
Ini satu kejadian yang tidak sesuai dengan impian. Beberapa minggu setelah menikah, saya diajak oleh salah satu  penerbit yang menerbitkan buku saya, untuk talkshow bersama penulis-penulis lain dari penerbit yang bersangkutan. Saya berharap suami mau mengantarkan. Apa daya, dia sedang tidak enak  badan. Sebenarnya, dia juga masih tahap adaptasi menikah dengan seorang penulis yang ketika itu sering diajak talkshow. Dia enggan untuk menemani saya, karena tidak suka keramaian, apalagi kalau jadi pusat perhatian. Saya pun minta ijin untuk jalan sendiri, walau deg-degan juga. Untunglah tempatnya gak jauh, hanya sekali naik bus. Jadi bisalah jalan sendiri.
Talkshow memakan waktu hampir seharian. Sorenya, baru deh saya bisa pulang. Sampai di rumah, saya dapati raut wajah cemberut suami saya. Hanya satu kalimat yang terlontar dari mulutnya, “suami lagi sakit kok ditinggalin….”
Duuuuh… serbasalah jadinya. Rasanya saya sudah ijin, ternyata masih menjadi ganjalan di hatinya. Bukan itu saja. Masa adaptasi kami memang cukup sulit, karena suami benar-benar tidak suka keramaian. Saya pernah membayangkan betapa asyiknya mendatangi undangan pernikahan atau apa pun juga bersama suami. Apalagi undangan pernikahan, gak gigit jari lagi dong karena udah ada gandengan. Eh, ternyata suami saya itu paling anti datang ke undangan pernikahan. Kalaupun itu undangan dari temannya, dia maunya datang sendiri aja karena malu bawa-bawa istri. Istri mana yang gak sebel ya? Tapi, alasan suami saya sederhana saja. Dia tidak mau jadi fokus perhatian.
Saya juga pernah datang ke kondangan (waktu masih single) dengan seorang penulis yang sudah menikah. Dia pun datang tanpa membawa suami dan anak-anaknya! Tentu berbeda sekali dengan bayangan para single. Kalau sudah nikah, ke mana-mana pasti bawa keluarga. Tapi dia enjoy saja datang sendiri, karena sudah terbiasa. Begitulah, yang menikah, belum tentu ke mana-mana berdua.
Butuh waktu lama untuk menyatukan dua hati. Sekarang, suami saya sudah mau diajak ke undangan-undangan dan acara keluarga. Kadang-kadang, dia hanya mau mengantarkan saja, tapi tidak mau ikut masuk ke dalam. Setelah menikah, saya sudah tidak bisa lagi egois. Tidak bisa hanya memikirkan kepentingan saya. Setelah punya anak-anak, waktu saya terbagi lagi: untuk suami dan anak-anak. Bahkan, saya lebih banyak mengorbankan waktu pribadi.
“Kalau sudah nikah, aku kan gak perlu minta ijin lagi sama orang tua kalau mau ke mana-mana….”
Iya, tapi harus minta ijin suami! Menikah itu mengalihkan tanggungjawab orang tua ke suami. Yang saya rasakan, kebebasan saya justru semakin sempit setelah menikah. Orang tua  paling-paling hanya melarang pergi jauh-jauh, tapi suami dan anak-anak? Untuk melakukan kegiatan di dalam rumah pun, harus setelah urusan mereka selesai, hehehe…..
Single itu kriuk…. Percaya enggak, kadang-kadang saya merindukan masa-masa gadis. Saya bisa menyendiri di dalam kamar, menulis atau membaca buku. Tidak seperti sekarang ini. Saya baru bisa melakukan hobi tersebut setelah anak-anak tidur. Saya tidak bisa mengejar deadline dengan cepat.
Apakah saya menyesal telah menikah? Oh, tentu saja tidaaak. Saya bersyukur telah melalui masa itu. Coba kalau saya belum menikah, pasti sampai hari ini masih galau mikirin malam mingguan sama siapa, hehehe…. Saya bahagia telah menikah, tetapi menjadi lajang bukan masalah. Status single berarti kesempatan untuk memperbaiki diri supaya dapat pasangan yang sama baiknya, melakukan banyak aktivitas bermanfaat, bergabung dengan komunitas positif dan memberikan sumbangsih lebih banyak, punya banyak waktu untuk melakukan hobi, dan banyak lagi….
Single itu kriuk, because so many things can do!
 ***


9 comments:

  1. qiqiqi.. aku pernah kepikiran alasan ke3, bun :D

    ReplyDelete
  2. Kadang saya mikir, enak banget itu yang udah merit. Di kesempatan lain saya malah bersyukur dengan keadaan yg masih lajang bisa ini itu lebih leluasa. Bukan berarti ga pengen merit lho, malah udah pengen banget hehehe

    ReplyDelete
  3. sebenarnya mo single mo double tergantung bagaimana kita mensyukurinya ya mba:)

    ReplyDelete
  4. iya mak.. single itu kriuk banget malah :)

    ReplyDelete
  5. emang nggak menyesal ya mak kalau udah menikah,,,senengnya,,,

    ReplyDelete
  6. EA EAAAA :D baca ini jadi gimanaaaa gitu

    yg udah double (menikah) semoga makin kriuk doublenya :D

    ReplyDelete
  7. Aku belum nikah, pacaran juga belum... jadi kriuknya ekstra banget dong :D

    @asysyifaahs
    http://bit.ly/kakbiblog

    ReplyDelete
  8. single itu kriuk-kriuk renyah yaaa... setuju bgt sm "punya banyak waktu untuk melakukan hobi" :))

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....