Tuesday, September 30, 2014

Antara SelebTwit, Buku Bestseller, dan Buku Kacrut

Seorang teman memposting foto dua buku kacrut yang terpaksa harus dibacanya karena proyek blogger buku. Buku kacrut, buku apa itu? Katanya sih, buku berating rendah. Ironisnya, kedua buku tersebut adalah buku karya SelebTwit, yang beberapa minggu ini membayangi saya. Iyap, sebagai penulis buku, baru sekarang saya pusing memikirkan penjualan buku-buku saya. Di medsos kok kayaknya buku saya nggak heboh diomongin orang-orang, hahahaha... Jadi ragu nih, apakah buku saya ada yang beli. Sebagai folllower beberapa penerbit, terkadang saya membaca tweet-tweet promo, dan buku-buku yang banyak dipromokan itu berasal dari penulis-penulis yang tidak saya kenal. Rasa penasaran pun menyerang. Siapa sih penulis itu? Kok promo bukunya gencar banget? Suer, belasan tahun saya menulis buku, baru sekarang saya dengar nama penulis-penulis itu, yang promonya gencar dan bukunya bestseller.



Beda ya kalau menyebut nama Gola Gong, Nurhayati Pujiastuti, Asma Nadia, Remy Silado, Arswendo, Ayu Utami, Fira Basuki, dll, baik itu penulis genre islami maupun sastra wangi, nama mereka tidak asing. Saya mengikuti perjalanan menulis mereka yang cukup panjang. Kalau follower mereka banyak, itu wajaaar.... Mereka memang sudah melewati proses panjang menjadi penulis. Tapi, para SelebTwit itu? Saya baru dengar namanya, eh followernya masya Allah, kayak orang beken aja. Dan, tragisnya, mereka menerbitkan buku! Ada satu penerbit yang saya tandai, banyak menerbitkan buku-buku karya SelebTwit, yang tidak saya kenal itu. Jadi inget dengan curhat seorang teman penulis yang naskahnya ditolak gara-gara jumlah follower twitternya cuman 200-an, padahal tulisannya banyak dipuji teman-teman satu komunitas penulis. 

Menjadi SelebTwit itu gampang banget, lho, kalau mau mah. Cuma aja saya bukan nggak mau, tapi meragukan jalannya. Beberapa kali saya dapat penawaran cara memperbanyak follower. Cuman bayar pulsa Rp 10 ribu aja bisa nambah 400 follower. Gile, nggak? Sedangkan, nggak setiap hari ada yang memfollow saya. Ternyata memiliki banyak follower itu menguntungkan. Selain bisa jadi ajang jualan (Buzzer), juga bisa menerbitkan buku! Ahahahahaha..... 

Masalahnya, bukunya BAGUS nggak? Saya bukan mau bilang kalau buku saya sudah bagus, lho. Setidaknya saya sudah melewati proses seleksi menjadi penulis. Saya mengalami masa-masa jatuh bangun, naskah ditolak, hampir putus asa, dikritik editor, dikritik pembaca, tapi dengan begitu saya jadi bisa mengetahui kelemahan dari tulisan-tulisan saya. Beda dong kalau naskah saya langsung diterima gara-gara saya punya follower 1 M. Sejelek apa pun tulisan saya, yang penting laku! Bukankah itu kelak akan menghancurkan industri perbukuan karena banyak orang tertipu membeli buku yang promonya gencar (karena SelebTwit yang nulis), tapi ternyata kacrut?

Tentu saja, mungkin nggak semua buku SelebTwit itu kacrut, walaupun saya belum baca satu pun. Itu kan baru pengalaman teman-teman saya saja. Jujur, kalau saya beli buku yang direkomendasikan teman-teman atau penulisnya saya kenal. Saya pun curhat ke teman penulis yang sekaligus distributor, gara-gara kegusaran ini: "Mbak, sepanjang pengalaman Mbak jualan buku, apa benar buku SelebTwit itu laris manis?" Si mbak langsung menjawab, "Enggaaaak..... Pokoknya, Mbak, kalau mau bukunya laris, nulis aja terus yang bagus. Karya akan berbicara. Kalau memang bagus, pasti nanti akan banyak yang membaca.

Ah, ya... ya... semoga saja pembaca buku kita ini pintar. Dapat membedakan mana karya yang ditulis dengan sungguh-sungguh, dan mana yang hanya memanfaatkan follower 1 M dari hasil beli follower atau nyuruh orang memfollow dia dengan tweet spam (soalnya saya sering dapet nih ajakan begini). Bismillah, mari kita terus saja menulis dan nggak usah mikirin jumlah follower twitter. Bukankah kabarnya twitter juga akan ditutup? :D

10 comments:

  1. Saya pernah baca 2 buku selebtwit (penulis yang sama, bukunya jilid 1 dan jilid 2 gitu), dia blogger juga. Tulisannya bagus dan menyentuh (religi). Saya beli karena udah wara-wiri juga di blognya. Kalau selebtwit yang lain, belum tertarik Mbak.

    Setuju, karya yang akan berbicara :)

    ReplyDelete
  2. selebtwit biasanya banyak follower karena rajin cuap2, bun :D jadi orang yang di twitter ngefolow karena seneng liat dia cuap2, entah lucu atau menginspirasi. tapi kalo dibikin bentuk buku tentu butuh penyesuaian ya dibandingkan nulis di twitter.

    ReplyDelete
  3. sepakat mbak,... karya yang bicara.
    Dan Alhamdulillah, masih belum tertarik penawaran selebtwit 1 M, hehe....

    ReplyDelete
  4. Waah, baru tahu ada istilah segar seperti "buku kacrut" itu. Hehe! Saya saja sebagai pembaca amatiran juga males kok mbak beli buku yang kacrut-kacrut. Menurut saya masing-masing punya pasar kok, Mbak. Seperti barang dagangan lainnya juga kan? Tetap produktif Mbak Leyla! :)

    ReplyDelete
  5. ijin nymak ya bu, salam kenal dari saya

    ReplyDelete
  6. betul sekali bu, biar allah yang menentukan, kita hanya berusaha saja..... saya berdo;a semoga buku ibu laris manis dipasaran Amiin

    ReplyDelete
  7. Baru baca ini..
    efeknya sampai sekarang.. buku komedi garing banyak terbit dan nongkrong di gramedia dengan nama selebtweet di cover depannya. Pada akhirnya, setelah twitter udah enggak booming, buku komedi kembali sepi. Penerbit pun mulai menutup pintu buat para penulis komedi. Karena penjualannya kurang memuaskan. Ah~

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....