Sunday, October 5, 2014

5 Alasan Mengapa Kamu Harus Baca Dag, Dig, Dugderan

Ihiiiiiy... dari judulnya aja udah berbau promo, ya. Bukan tanpa alasan sih saya nulis ini. Beberapa waktu lalu, ada follower di twitter yang nanya, "apa daya tarik novel Dag, Dig, Dugderan sehingga kita harus membacanya?" Pertanyaannya nggak persis sama, tapi baiklah saya harus jelaskan. Sebenarnya, di dalam proposal pengajuan naskah pun, kadang-kadang kita harus menjelaskan daya tarik naskah tersebut.


Memang susah memuji-muji naskah sendiri, tapi itu penting untuk penerbit. Apalagi kalau editor harus membaca ratusan naskah yang masuk setiap harinya. Per naskah ada 200 halaman, lumayan lama kan? Mereka perlu membaca penjelasan dari penulis dulu mengenai kelebihan naskahnya sehingga layak untuk diterbitkan. 

Nah, kelebihan novel terbaru saya ini, saya sebutkan sampai lima ya.

Novel remaja yang inspiratif, bercerita tentang perjuangan meraih mimpi dan cita-cita.
Di dalam novel ini ada tiga tokoh utama: Sri, Eileen, dan Farah. Mereka ini anak-anak cerdas, lho. Sri  sangat menyukai pelajaran Biologi, Eileen suka pelajaran Fisika, dan Farah suka pelajaran Matematika. Saking pinternya, sekolah mendaftarkan mereka dalam Olimpiade Sains Nasional, dan mereka lolos seleksi! Jujur saja, ketiga anak ini bukanlah representasi dari penulisnya, karena penulisnya tidak menguasai pelajaran sains, ahahahaha.... Sains adalah pelajaran yang sangat sulit bagi saya. Saya mengakui, anak-anak yang bisa menguasai pelajaran sains itu memang cerdas-cerdas deh, mereka kelihatan pinter. Walaupun anak yang menguasai pelajaran juga sama pinternya dong ya... (nggak mau kalah :D). Intinya, di novel ini saya menampilkan tiga remaja yang pantas dijadikan panutan, karena pintar, bertingkah laku baik, sopan kepada orang tua, dan memilii cita-cita yang tinggi. Kebanyakan novel remaja cuman nyeritain cinta-cintaan, bahkan ada adegan ciuman, seks bebas, narkoba, ngerokok, nggak ada positif-positifnya dibaca anak remaja. Ibu-ibu yang mencari bacaan bagus untuk remaja, harus ngasih novel ini. Insya Allah :))

Setting lokal di Semarang yang kental. 
Lokasi tempat tinggal tokoh-tokohnya adalah di Semarang? Kenapa saya pilih Semarang? Ini berkaitan dengan ide awalnya: Wara Ngendok, festival Dugderan yang cuman ada di Semarang. Selain itu, saya pernah kuliah di Semarang dan tinggal di sana kurang lebih empat tahun. Jadi, gambaran settingnya bisa lebih terasa nyata, nggak mengkhayal, walaupun ada bagian-bagian yang mengkhayal juga. Setting lokal ini perlu supaya kita mengenal negara kita sendiri. Sekaligus ngajak pembaca jalan-jalan ke Semarang. Ini dia beberapa kutipan mengenai setting Semarang yang ada di novel Dag, Dig, Dugderan:

Pulang sekolah, Farah langsung menuju ke Pasar Johar, ke tempat los pedagang batik. Uwaknya berjualan batik dan kain sarung di sana. Terik matahari membuatnya menarik sebagian ujung jilbab putihnya untuk menutupi sebagian wajahnya. Masuk ke dalam Pasar Johar yang gelap dan sumpek karena banyaknya pedagang, membuat keringat berleleran di sekujur tubuhnya. Belum lagi pakaian seragam Farah yang panjang, membuatnya seperti sedang berada di dalam kukusan. Sayang, setelah sampai di los uwaknya, orang yang dicari sedang pergi ke Masjid Kauman. Farah ingat saat itu sudah masuk waktu Zuhur. Dia pun menyusul uwaknya ke Masjid Kauman di dekat Pasar Johar. (halaman 8)

Hampir di setiap gang di Pecinan ini ada klenteng, termasuk di Gang Besen tempat Eileen dan orang tuanya tinggal. Akan tetapi, hari Minggu ini, Apa dan Ama mengajak Eileen mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong di Simongan, klenteng besar tempat petilasan Laksamana Cheng Ho dari Cina yang pernah mampir ke Semarang sekitar enam ratus tahun yang lalu. Ada beberapa kali Eileen dan orang tuanya mengunjungi klenteng itu untuk bersembahyang, meskipun sejarah yang melatarbelakangi pendirian klenteng bertolak belakang dengan kepercayaan yang dianutnya. (halaman 37)

dan masih ada lagi yang lainnyaaa.... Yang mau tahu Semarang lebih banyak, baca yaa :))

Menampilkan budaya Semarang setiap menjelang puasa: Dugderan atau Warak Ngendog.
Apa itu Dugderan? Orang Semarang pasti tahu, deeh.... Setiap menjelang puasa Ramadhan, di Semarang ada festival Warak Ngendog atau Dugderan. Semacam pengumuman kepada warga Semarang bahwa bulan Ramadhan akan tiba. Festivalnya seru, karena ada pawai yang panjang dengan mengusung maskot Warak Ngendok berupa patung hewan dengan kepala Naga, tubuh Buraq, dan kaki Kambing. Itu adalah simbol persatuan tiga etnis besar di Semarang: Tionghoa, Arab, dan Jawa. Itu mengapa tiga tokoh utama dalam novel ini berasal dari tiga etnis tersebut, jadi ada hubungannya dengan Warak Ngendog. Warak artinya suci, ngendog berasal dari kata endog, yaitu telur. Arti secara keseluruhan adalah: pahala yang didapatkan setelah beribadah di bulan suci. 

Warak Ngendog
Wikipedia
Cocok dibaca remaja dan orang tua.
Mencari buku bacaan yang bisa dibawa oleh remaja dan orang tua itu susah-susah gampang. Para orang tua jangan terkecoh oleh novel-novel remaja yang konon katanya untuk dibaca para remaja. Sebagai pembaca segala jenis buku, saya sering kecewa mendapati novel remaja yang mengajari hal-hal tidak baik, seperti pergaulan bebas, depresi, galau, lain-lain. Sebagai ibu dari beberapa anak, saya merasa wajib menulis novel remaja yang bisa menjadi panutan. Insya Allah, novel ini bisa dibaca oleh remaja dan orang tua. 

Menyelipkan semangat toleransi terhadap etnis yang berbeda. 
Kover novel ini saja sudah menampilkan tiga gadis yang mencerminkan tiga etnis: Jawa, Tionghoa, dan Arab. Sri, adalah gadis asli Jawa (Semarang), Eileen adalah gadis keturunan Tionghoa, dan Farah adalah gadis keturunan Arab. Ketiga etnis itu paling banyak penduduknya di Semarang, karena kota itu memang sangat terasa toleransinya. Seumur-umur, saya baru pertama kali mendengar suara lonceng gereja ya di Semarang. Perbedaan etnis adalah karunia Allah, dengan kata lain: sudah dari sononya. Jadi, nggak pantas kalau kita membenci seseorang hanya karena etnisnya. 

Semoga novel Dag, Dig, Dugderan bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin.... Bagi yang tertarik memilikinya, saya rekomendasikan @ParcelBuku atau www.parcelbuku.net sebagai tempat pemesanan buku. Dapat diskon 20% dari harga Rp 43.000, jadi sekitar Rp 34.000. Sangat terjangkau, apalagi jika ditujukan untuk memberikan bacaan bermutu kepada putra-putri Anda. Oya, saya sudah beberapa kali memesan di Parcel Buku dan dapat dipercaya. Tak kurang satu minggu, buku sudah ada di tangan kita. Hari Sabtu-Minggu pun mereka tetap melayani. Selamat membaca ^_^

1 comment:

  1. Aaak... Mak Leyla kereeen...!!
    InsyaAllah, siapapun bisa mengikuti jejak Mak Leyla yaa...

    Man Jadda wa Jada...

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....