Wednesday, February 8, 2017

Berdamai dengan Kematian


Assalamu'alaikum....Minggu lalu ada banyak kabar duka. Dua di antaranya adalah tentang kematian. Betapa kematian tak melihat usia. Mereka semua masih muda. Usia di bawah 30 tahun. Ada yang belum menikah. Ada yang baru dua tahun menikah dan dikaruniai seorang bayi. Sepasang suami istri yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas.  

Beberapa minggu sebelumnya, tiba-tiba suami mendapatkan telepon dari ibu mertua. Mengabarkan bahwa kakak sepupunya yang juga tinggal di Bogor, meninggal dunia karena ditabrak. Rombongan jenazah akan berangkat ke Garut. Suami buru-buru memacu mobilnya, siapa tahu masih bisa bertemu dengan rombongan jenazah. Sayang, tidak keburu karena lalu lintas sangat macet. Maklum, malam Minggu. Banyak orang yang keluar rumah. 

Setelah itu, suami mendapat cerita bahwa kakak sepupunya sudah koma di rumah sakit selama seminggu. Ah, mengapa baru dikabarkan setelah meninggal? Padahal, kami sama-sama tinggal di Bogor. Andai bisa dikabarkan saat dirawat kan kami bisa menjenguk. Kematian kakak sepupu suami itu membuat suami jadi membahas soal kematian. Terutama kalau suami yang meninggal lebih dulu, apa yang harus dilakukan oleh saya. 

Kakak sepupu suami itu usianya juga masih muda. Meninggalkan istri dan empat anak yang masih kecil-kecil. Sang istri tidak bekerja, suamilah yang menjadi tulang punggung utama. Kondisinya mirip dengan saya, meskipun saya punya pekerjaan sampingan sebagai penulis. Tapi jujur, saya tidak tahu apakah penghasilan dari menulis bisa menutupi kebutuhan sehari-hari bila suami tiada? Naudzubillahimindzalik. Saya berdoa semoga kami diberi umur panjang setidaknya sampai anak-anak mandiri. 

Kematian adalah niscaya. Tak ada seorang pun yang dapat memajukan atau memundurkan waktunya. Hanya Allah yang tahu kapan kita mati. Tugas kita hanya mempersiapkan diri dalam menyambutnya. Berdamai dengan kematian, yaitu menabung amal-amal baik sebagai bekal ke akhirat. Jangan pernah menunda untuk melakukannya, karena kita tak tahu kapan akan dipanggil. Sehingga kita harus selalu siap kapan pun dipanggil. Begitu juga dengan orang-orang yang kita tinggalkan. 

Kematian adalah misteri. Ada yang mati saat semua tugas telah tertunaikan. Anak-anak sudah besar dan hidup mandiri. Janji-janji dan utang sudah dibayar. Ada pula yang mati saat tugas baru dimulai. Anak masih kecil-kecil. Orangtua belum punya tabungan dan warisan untuk membiayai kehidupan anaknya kelak.

Kematian tidak dapat ditebak dari mana datangnya. Ada yang meninggal dunia karena sakit, kecelakaan motor, pembunuhan, dan lain sebagainya. Boleh saja kita berikhtiar menjauhkan diri dari segala penyebab kematian. Melakukan pola hidup sehat supaya tidak mudah sakit. Mematuhi aturan lalu lintas supaya tidak celaka di jalan. Mengunci rumah atau bahkan memasang perangkat keamanan canggih supaya terhindar dari kejahatan.

Jangan lupa bahwa seseorang bisa saja mati meskipun sedang berada di atas kasur. Ada banyak kasus kematian saat sedang tidur. Tidak ada penyakit apa-apa. Bukan karena kecelakaan lalu lintas. Bukan karena dibunuh orang. Ya memang sudah waktunya dipanggil Allah, maka tak perlu ada sebab apa-apa. 

Rejeki yang kita cari selama di dunia, sejatinya tak akan dibawa mati.  Namun, bila kita adalah orangtua yang memiliki anak-anak, rejeki itu akan bermanfaat untuk masa depan anak-anak. Terlebih bila anak-anak masih kecil dan membutuhkan biaya banyak. Itulah mengapa, sejak baru menikah, orangtua sebaiknya sudah punya perencanaan keuangan.

Hasil kerja orangtua, sebaiknya tidak dihabiskan semua untuk konsumsi. Ada sebagian yang ditabung sebagai bekal masa depan anak-anak. Banyak cara untuk menabung, seperti membuka tabungan biasa di bank, deposito, investasi properti, investasi emas, asuransi, dan lain-lain. Memilih asuransi jiwa individu terbaik di Indonesia haruslah selektif, agar nantinya ahli waris benar-benar mendapatkan haknya setelah orangtuanya meninggal.

Bagi saya pribadi, asuransi bukanlah menyelisihi takdir Allah melainkan hanya salah satu ikhtiar mempersiapkan diri menghadapi kematian. Sebagai orangtua, tentu sesekali kita dihinggapi kecemasan bagaimana dengan masa depan anak-anak bila kita meninggal saat anak-anak belum mandiri? Allah sudah menjamin rejeki setiap hamba-Nya, tetapi ikhtiar tetap diperlukan. Seperti bayi yang ditinggalkan kedua orangtuanya itu. Banyak orang yang tergerak hatinya memberikan santunan.

Namun, banyak juga yang ditinggalkan orangtua tanpa bekal apa-apa. Jadi sudah semestinya kita sebagai orangtua mulai memikirkan bekal untuk anak-anak kelak, jika sewaktu-waktu kita tinggalkan saat mereka masih belum bisa mandiri. Sering-seringlah berdoa agar Allah senantiasa menjaga anak-anak kita, meskipun kita sudah tiada. Dengan begitu, kita tidak lagi takut dengan kematian karena bekal untuk diri sendiri sudah ada, begitu juga bekal untuk anak-anak yang ditinggalkan.





5 comments:

  1. Aku mrebes mili pas baca musibah yang menimpa pasangan muda itu Mbak. Duh anaknya masih kecil banget. Emang ya perkara kematian ini gak bisa diprediksi sama sekali, mau hutang sudah genap, mau hutang masih dalam proses penyelesaian. :(

    ReplyDelete
  2. bener bgt mba..

    Jangan tertipu dengan usia muda karena syarat mati tidak harus tua.
    Jangan terpedaya dengan tubuh yang sehat karena syarat mati tidak mesti sakit,
    Jangan terpedaya dengan harta kekayaaan sebab si kaya pun tidak pernah menyiapkan kain kafan buat dirinya meski cuma selembar.
    Teruslah berbuat baik,berniat baik,berkata yang baik, meskipun tidak banyak orang yang mengenalimu. cukuplah ALLAH yang mengenalimu lebih dari pada orang lain, jadilah bagai jantung yang tak terlihat,tetapi terus berdenyut setiap saat hingga kita harus dapat hidup, berkarya dan menebar manfaat bagi sekeliling kita sampai diberhentikan olehnya. Mudah2an ALLAH senantiasa menaungi rahmat-nya setiap langkah kita.

    from Renungan dan Kisah Inspiratif Facebook Wall

    ReplyDelete
  3. Tadi juga lihat maut dijalanan kecelakaan motor sama truk, serasa begitu cepat ya malaikat maut menghampiri

    ReplyDelete
  4. Ya, maut ngga ada yang pernah tahu kapan datangnya. Tugas kita ya mempersiapkan dengan bekal yang paling baik. Sehingga pas datang waktunya kita kembali pada Allah, kita bisa kembali dalam keadaan yang baik. Semoga saudara-saudara kita yang udah lebih dulu mendahului, dapat tempat terbaik di sisi Tuhannya.

    ReplyDelete
  5. beberapa minggu terakhir ini banyak berita duka di timeline saya. Antara sedih dan juga membuat saya semakin merenung ketika membacanya

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....