Friday, August 17, 2018

Mengenal Masakan Papua di Papoea by Nature



Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-73. Di hari ulang tahun kemerdekaan RI ini, saya mau tanya ke teman-teman. Seberapa banyak makanan khas Indonesia yang sudah teman-teman cicipi? Tak sebatas nasi uduk, pempek, bakso, rendang, dan sate ayam aja lho. Ada yang sudah pernah mencicipi makanan khas Papua? Papua ternyata tak hanya penghasil emas tapi juga makanan-makanan yang enak.

Bagi kita yang tinggal di Jawa, Papua itu memang jauuuh sekali. Saya juga nggak tahu kapan bisa ke Papua. Tapi Papua masih bagian dari Indonesia lho. Di Jakarta, kita bisa menemukan aneka makanan khas daerah seperti yang saya sebutkan tadi. Masakan Padang, Palembang, Menado, Surabaya, Semarang, dll, sudah banyak dijual di Jakarta. Bagaimana dengan masakan khas Papua? 

Nah itu dia, saya baru menemukannya di Papoea by Nature, kafe di Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang menyajikan masakan khas Indonesia Timur, khususnya Papua. Saya tertarik dan penasaran sekali ingin mencicipinya. Selama ini saya hanya mendengar soal Papeda, tapi tidak tahu bagaimana bentuk dan rasanya. 

Papoea by Nature, Kebayoran Baru

Minggu lalu tanggal 12 Agustus 2018 saya menghadiri Pre Opening Papoea by Nature. Kafe ini pernah dibuka di daerah Kemang dan sekarang pindah di Kebayoran Baru ini. Rutenya kalau dari naik kereta itu turun di Stasiun Kebayoran Baru lalu naik ojek online. Cukup dekat dari stasiun hanya 15 menit. Berada di sekitar Pakubuwono Residence. 

Konsep kafe ini adalah tradisional dan modern. Di depan pintu masuk langsung ada bar mini untuk memesan teh dan kopi. Ornamen di dalamnya banyak hiasan asli Papua seperti lukisan, patung, dan pajangan dinding. Semuanya memang dibawa langsung dari Papua karena Amellia, pemilik Papoea by Nature pernah tinggal di Papua.

Mencicipi kopi Papua di bar mini


Kalau saya tidak datang ke kafe ini barangkali pengetahuan saya tentang Papua masih terbatas. Tak hanya mendapatkan informasi tentang masakan khas Papua tapi juga saya jadi bisa melihat dari dekat Noken dan Koteka. Apaan tuh?  Noken adalah penutup tubuh bagian atas wanita Papua, sedangkan Koteka adalah penutup alat kelamin pria. 

Pajangan khas Papua

Keduanya ternyata dibuat dari kayu. Telaten banget ya orang Papua. Sebelum mulai mencicipi masakan khas Papua, kami diperkenalkan dulu dengan Amellia, pemilik kafe ini yang dari fisiknya tak ada gen Papua tapi ternyata memiliki kepedulian besar terhadap tanah yang pernah didiaminya itu.

Amellia, pemilik Papoea by Nature

Amellia ingin memperkenalkan makanan dan budaya Papua kepada khalayak ramai, sebab Papua masih menjadi bagian dari rakyat Indonesia. Ini tentu menjadi tantangan yang besar karena lidah kita belum familiar dengan masakan Papua. Tapi kalau kita bisa menyukai Pempek dan Rendang, siapa tahu kita juga jadi suka Papeda? 

Tentunya masakan yang ada di Papoea by Nature ini dimodifikasi oleh chef dengan tidak meninggalkan rasa aslinya. Seperti Donat Buah Merah yang adonan tepungnya seperti adonan donat biasa tapi selainya memakai buah merah yang sangat terkenal di Papua. Buah merah ini tak hanya dimakan sebagai buah tapi juga bisa mencegah dan mengobati penyakit salah satunya kanker.

Itu mengapa orang Papua sangat tahan tinggal di hutan. Usianya juga panjang-panjang. Sebab, makanan mereka organik tanpa tambahan pengawet, pewarna, penyedap. Mereka juga rutin memakan buah merah. Hm, betul juga ya. Coba kalau kita yang tinggal di hutan, bisa tahan nggak ya? 

Kurang lengkap rasanya membincang Papua tanpa menghadirkan orang Papua asli. Andi, seorang mahasiswa asal Papua yang kuliah di Jakarta, memberikan informasi lengkap mengenai makanan dan budaya Papua yang membuka mata kita. Khususnya saya nih yang masih banyak belum tahunya. 

Andi, mahasiswa asal Papua

Andi menyebutkan bahwa Papua itu ada Papua Pesisir dan Papua Pegunungan. Makanan dan budayanya berbeda. Papeda adalah makanan utama Papua Pesisir. Sedangkan makanan utama Papua Pegunungan adalah Ubi Jalar yang dimasak dengan cara bakar batu. Ini juga rahasia sehat orang Papua. Mereka tidak menggunakan minyak untuk memasak tapi cukup dengan bakar batu.

Makanan dimasak di atas batu, yaitu dengan direbus atau dipanggang. Tentunya itu lebih sehat karena tak ada lemak jenuh yang masuk ke tubuh. Tradisi bakar batu masih dilakukan oleh Papua Pegunungan yang tinggal di gunung-gunung. Sedangkan yang tinggal di kota, biasanya hanya melakukan bakar batu kalau ada acara makan besar. 

Memang lebih hemat minyak dan gas ya kalau memasak dengan bakar batu. Tapi kalau masakan di Papoea by Nature ini dimasak dengan cara modern karena sulit mengadopsi tradisi bakar batu di dapur kafe. Di Papua sendiri, tradisi ini juga hanya dilakukan oleh warga yang masih tinggal di pedalaman. 

Diselingi hiburan dari Epen Cupen, seorang komedian asal Papua, kami menikmati masakan khas Papua yang disajikan jelang makan siang. Semua masakan di Papoea by Nature ini HALAL ya. Ketika saya minta izin ke suami untuk mencicipi masakan di sini, suami sempat meragukan kehalalannya karena orang Papua biasa makan daging babi. Tapi sejak awal saya dikasihtahu kalau masakan di sini halal dan tidak ada menu daging babi.

Epen Cupen, Komedian

Ternyata benar. Saya melihat buku menu dan tidak ada menu daging babi serta makanan non halal lain. Untuk dagingnya hanya daging sapi, ikan, dan ayam hutan. Ayam hutannya memang diambil dari hutan di Papua. Makin penasaran mencoba masakan khas Papua ini?

Berikut ini masakan khas Papua yang saya cicipi: 

Donat Buah Merah
Snack pembuka nih, donat dengan selai buah merah. Yang membedakan dari donat lain, sudah tentu selai buah merahnya. Sekilas terlihat seperti selai strawberry. Adonan tepung donatnya sih seperti donat biasa. Selai buah merahnya terasa manis tapi ada sepetnya sedikit. Aroma buah merah juga masih tercium. Ide yang unik menggabungkan makanan modern dengan unsur tradisional seperti Donat Buah Merah ini. Seporsi diberi harga Rp 45.000.



Caramelised Coconut Lime Sagoo
Snack lain yang tak kalah enaknya adalah ini, kue sagu manis. Dibuat dari gabungan kelapa dan sagu dengan tekstur lembut dan rasa yang manis. Bayangkan seperti sedang mengunyah daging kelapa muda yang diberi campuran tepung sagu sehingga sedikit kenyal. Cocok untuk dessert. Harga Rp 55.000.


Fried Garlic Cassava
Singkong goreng yang satu ini mungkin mudah didapatkan di Jakarta tapi singkong goreng ala Papoea by Nature ini bikin saya ketagihan. Enak banget, sumpah. Singkongnya itu lembut dan renyah. Bumbunya terasa. Apalagi ada sambalnya. Harga seporsi Rp 45.000.



Fried Rice Menado Roa Fish 
Nasi goreng dengan taburan ikan Roa ini dibuat dari beras organik asli Papua jadi berasnya pera. Mungkin rasanya seperti belum matang tapi memang seperti itulah beras organik, lebih keras daripada bisanya. Ikan roanya kecil-kecil jadi tidak terlalu terlihat oleh mata. Ini disajikan dengan selada, tomat, dan keripik ubi ungu. Ini nih yang membedakan dengan nasi goreng lain. Kalau yang lain kan pakai kerupuk, nah ini pakai keripik ubi ungu. Harga per porsi Rp 62.000.



Papeda and Yellow Fish Soup
Ini nih masakan khas Papua Pesisir. Bubur Papeda dengan kuah kuning. Ada juga yang pakai kuah bening. Konon cara makannya dengan disedot, tapi saya disendok seperti biasa. Kenyal-kenyal gitu di mulut. Bagi orang Papua, belum makan namanya kalau belum makan Papeda ini. Kuah yang bening rasanya gurih seperti kuah sup. Sedangkan kuah yang kuning seperti kuah kari. Harga seporsi Rp 89.000.


Fried Sagoo with Red Curry Soup
Nah kalau yang ini sagunya digoreng jadi seperti cireng. Lalu dimakan dengan cara dicelupkan ke dalam sup kari. Ini rasanya mantap banget. Kuahnya itu pedasnya pas. Gurihnya juga bikin nagih. Saya suka banget menu yang ini. Harga per porsi Rp 99.000.



Tentunya masih banyak menu lain dari Papoea by Nature yang akan semakin mendekatkan kita dengan budaya dan tradisi Papua.

Tonton juga liputannya di youtube channel saya:



Alamat Papoea by Nature:

Papoea By Nature
Jl. Pakubuwono VI No.77, RT.6/RW.2, Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12120
(021) 22716633

13 comments:

  1. Makanan dari Papua pasti unik2. Saya sendiri belum pernah nyobain makanan kuliner khas Papua sih...

    ReplyDelete
  2. Boleh nih mak resto nya menyajikan makanan khas Papua jadi bagi yang ga bisa ke Papua cukup ke resto ini aja ya

    ReplyDelete
  3. Fried Sagoo with Red Curry Soup ini lumayan mahal ya mba Leyla harganya, tapi berhubung ga perlu ke Papua untuk mencicipi nya jadi masuk akal harga nya

    ReplyDelete
  4. Mau dong ditraktir sama mbak Leyla.
    Bikin ngiler nih mbak, jadi harus tanggungjawab agar saya gak ngiler lagi, wkwkwka

    ReplyDelete
  5. Kuliner nusantara mah pasti enak-enak, dan sukses nih mbak leyla membuat saya lapar di pagi ini, hahahha

    ReplyDelete
  6. Satu ata untuk restoran ini: totalitas. Sampai umur segini aku belum pernah eh makan makanan Papua. Huhu.. wajib banget coba kalau ada kesempatan ke Jakarta.

    ReplyDelete
  7. Masya allah enak banget coconut lime sagoo nya. Mupeng banget. Konsep restorannya belom pernah nih aku temui.

    ReplyDelete
  8. Wahhh pilihan snack yang ada enak2 sekaliii.. jadi penasaran ingin coba.. Saya lebih suka masakan2 nusantara dibanding masakan luar.. Indonesia kaya segalanya ;)

    ReplyDelete
  9. waaa itu buah merah jd selai? gmna radanya mbak? asemm ndak?? apa maniss.. kyak aku? ? eakk ��

    ReplyDelete
  10. Singkong dan nasi goreng favoritku haha.
    Juga sayur oranye yang dimakan npakai cireng itu, nyam :D

    ReplyDelete
  11. Dulu punya tetanggga papua-menado,klo pulkam sukackasih oleh-oleh kue papua rasanya khas banget. Pernah bawain papeda,klo ga bisa ngolahnya tawar banget

    ReplyDelete
  12. Ihhh seru banget sih bisa menikmati ragam budaya papua, aku paling suka nih infonya menarik bgt

    ReplyDelete
  13. Waa baru tau nih ada resto yang khusus menyajikan makanan papua. Penasaran deh sama rasany.

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....