Monday, November 28, 2011

Resensi Buku: Tarapuccino

Judul: Tarapuccino
Penulis: Riawani Elyta dan Rika Y. Sari
Penerbit: Indiva

Akhirnya kesampaian juga aku membaca novel berjudul manis ini. Judulnya mengingatkanku akan nama kopi yang membuatku kecanduan, Cappucino. Pertama kali membaca sinopsisnya di website penerbitnya. Penulisnya, Riawani Elyta dan Rika Y Sari. Nama yang kala itu terdengar asing di  telingaku. Maklum, beberapa tahun off dari dunia kepenulisan, membuatku tidak mengenal penulis-penulis yang muncul belakangn. Ups… belakangan?


Melihat kover Tarapuccino yang manis, bergambar pemandangan laut Batam dan sepasang manusia, aku terpikir ini sebuah novel yang romantis. Terlebih di synopsis juga disebutkan pertemuan dua hati antara Tara dan Hazel, pemilihan nama yang juga romantis. Setting toko roti, Bread Time, membuatku mengira bahwa di dalam novelnya akan kutemukan nama-nama roti, deskripsi roti yang membuat air liur menetes, atau bahkan resep membuat roti. Hehehe….

Tadinya aku mau memesan novel ini langsung ke penerbitnya, tapi setelah penulisnya mengajak barter, aku pilih barter saja biar bisa dapat tanda tangan penulisnya. Ternyata tanda tangannya hanya seiprit, hahaha… kecele, deh. Oya, perkenalanku dengan Riawani Elyta kemudian terjadi ketika aku iseng menulis komen di statusnya. Bodohnya, aku menganggapnya penulis baru yang mungkin karyanya masih biasa saja (halaaah….). Aku bahkan hanya memanggilnya, “Lyta,” karena kupikir usianya lebih muda dariku.

Setelah menjadi lebih akrab, iseng-iseng kubuka profilnya. Olala… ternyata dia lebih tua dariku. Gubrak. Sejak itu, aku memanggilnya, Mbak Lyta. Terlebih setelah melihat pencapaian prestasinya di dunia tulis menulis, yang menurutku cukup cepat. Terkejut mengetahui bahwa dia pernah memenangkan sayembara menulis Femina, di mana aku juga pernah ikut dua kali dan tidak pernah menang. Hatiku berkata, “tulisannya pasti gak sembarangan….”

Dan begitulah… hari Sabtu lalu, Tarapuccino singgah di rumahku. Begitu aku membacanya, aku langsung terpukau oleh pilihan kata yang dipakai kedua penulisnya. Itulah mengapa aku tidak dapat membaca Tarapuccino dengan sistem baca cepat. Aku ingin belajar dari kedua penulisnya dalam meramu kata-kata. Membaca Tarapuccino mengingatkanku saat membaca Imperia, Akmal Nasery Basral. Tarapuccino adalah novel yang padat, berisi, dan cerdas. Aku jadi mati kutu dibuatnya.

Tidak heran jika Mbak Lyta dan Mbak Rika perlu waktu setahun untuk menulis novel ini. Kalau aku yang menulisnya, mungkin bertahun-tahun. Sebuah novel detektif yang pengolahan katanya mirip dengan novel-novel Barat. Pemaparan setting yang detail, pemilihan kata-kata yang tidak umum, narasi yang padat, dan dialog yang sedikit.

Ya, novel ini memang novel detektif. Penulisnya bilang, semi detektif. Sebuah kenyataan yang cukup menyentak. Tidak sesuai dengan bayanganku semula, ketika melihat kovernya. Aku pikir ini novel romantis, ternyata sisi romannya hanya hiasan. Seperti gulatan perasaan Tara dan Hazel. Juga, tidak ada resep membuat roti di dalamnya, hehe… atau paling tidak, cara meramu Cinnamon Cappucino yang disukai Hazel.  

Untuk para penulis dan calon penulis yang ingin belajar menulis novel yang berbobot, segera masukkan Tarapuccino ke dalam keranjang belanjaan Anda. Anda pasti bisa menyamai Agatha Cristie.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...