Monday, December 31, 2012

Happy Birthday My Sons

11 Desember 2007 - 11 Desember 2012


Ismail saat baru lahir





Seorang bayi laki-laki keluar dari rahimku dengan proses yang sempat membuatku trauma. Suamiku memberinya nama, Ahmad Ismail Haniya. Parasnya mirip ayahku. Kini usianya sudah 5 tahun, banyak berceloteh, pandai menggambar, pintar membuat alasan, dan suka minum susu. 

Menjadi Penulis Profesional dengan Acer Iconia W510, Iconia PC Tablet dengan Windows 8


Penulis professional membutuhkan perangkat teknologi yang dapat menunjang kinerjanya. Laptop atau notebook adalah salah satu perangkat teknologi yang sangat penting bagi seorang penulis, terlebih penulis dengan jam terbang dan mobilitas tinggi. Datangnya ide sering kali tak terduga, misalnya saja saat sedang dalam perjalanan. Untuk itu, seorang penulis membutuhkan laptop atau notebook yang mudah dibawa ke mana pun, ringan, multifungsional, tetapi juga eksklusif.

Selain laptop, perangkat teknologi tablet juga dibutuhkan untuk mempemudah akses informasi via online sebagai referensi tulisan atau proses pencarian ide. Acer menghadirkan Iconia W510,Iconia PC Tablet dengan Windows 8, Tablet berkemampuan ekstra yang bukan hanya berfungsi sebagai tablet, melainkan juga dapat difungsikan sebagai mini notebook. Menggunakan Operating System Windows 8, sistem operasi terbaru yang dapat mempermudah dalam hal transfer file dan menyuguhkan beragam fitur yang semula tidak diperoleh dari satu perangkat komputasi saja. Spesifikasinya mendukung profesionalitas seorang penulis, sehingga memperbesar peluang untuk menghasilkan karya yang fenomenal dan berkelanjutan.

Saturday, December 29, 2012

[Celoteh Anak] Ngalah atau Ngalahin?

Kemarin malam, 27 Desember 2012, Ismail dan Sidiq (seperti biasa) berantem. Lalu, si Ayah berkata, 

"Hayo, Kakak, ngalah ya sama Dede...."

Bukan Review Cinderella Syndrome



Begitu memasuki rumah (20/12) sehabis keluyuran 10 hari di Jawa, Ririn (sulung saya) langsung teriak "ada kadoooo!!!". Antusias dia buka dan kontan merajuk, "selalu buku buat Mama. Mama terus, mama terus."

Begitu saya bujuk kalau Minggu besok kita mau ke toko buku (sekalian kopdar dg Mb Lyta) dia baru tenang. Tepatnya memaksa diri untuk tenang setelah beberapa kali meneror saya, "bener, ya, Ma?! Suer?! Awas loh kalok boong!"

Yah, begitulah.

Thursday, December 27, 2012

Menjaga Kelestarian Air Minum



Sebelum mulai cuap-cuap, kita nyanyi dulu yuk: (laaah… ini juga cuap-cuap…)

Aku anak sehat, tubuhku kuat
Karena ibuku, rajin dan cermat
Semasa aku bayi, selalu diberi ASI,
Makanan bergizi, dan imunisasi
Berat badanku ditimbang slalu
Posyandu menunggu setiap waktu
Bila aku diare, Ibu slalu waspada
Pertolongan oralit, slalu siap sedia

Tuesday, December 25, 2012

Gathering dan Talkshow Investasi Buah Hati

22 Desember 2012

Mulanya aku ikut lomba menulis Surat Cinta Mama yang diadakan oleh LactamilMama dalam rangka hari ibu. Lalu, aku dapat email undangan acara gathering dan talkshow investasi buah hati, sekaligus pengumuman pemenang lombanya. Wah, biasanya kalau dapat undangan gini bakalan menang, xixixxi... GR. Aku bahkan sudah bertanya-tanya ke teman-teman yang juag emngikuti kontesnya, eh ternyata gak ada yang diundang. Mereka juga menyangka aku bakal menang.

Monday, December 24, 2012

Ayah juga Punya Cinta untuk Anak-anaknya

Ayah ngelonin anak-anak
Kemarin, 22 Desember 2012, adalah hari ibu (udah tau, kaleee). Postinganku kali ini gak mau ikut-ikutan mengenang ibu, tapi justru ayah. Lho? Walaupuuun... dunia sudah membuktikan bahwa cinta ibu kepada anaknya, lebih luas daripada cinta ayah kepada anaknya.

Tips Menghilangkan Bau Mulut



Pernah berhadapan dengan orang yang mulutnya bau? Atau, jangan-jangan kamu sendiri pernah dijauhi orang karena mulutmu bau? Bau mulut memang menjadi salah satu pengganggu dalam pergaulan. Seringkali kita tidak sadar bahwa mulut kita bau, tahu-tahu kita sudah dijauhi orang. Atau malah kita ditegur langsung oleh orang yang terganggu dengan bau mulut kita. Wah, kalau sudah begitu, rasanya pasti malu. Tidak enak ya ditegur karena bau mulut.

Manfaat Televisi Semakin Lengkap dengan LG UHD 3D TV 84 Inchi


“Ini apa namanya, Kak?” tanyaku, pada gambar pelangi yang digambar sendiri oleh anakku di bukunya.
Rainbow! Rainbow!”

Aku terkejut. Tak menduga bila Ismail menyebut “pelangi” dalam bahasa Inggris. Seingatku, aku belum pernah mengajarkan kata itu kepadanya. Bukan hanya itu. Dia juga pernah mengucapkan kata “tolong” dalam bahasa Inggris. “Mama… helphelp….”

Hmmm…. Aku sibuk berpikir dari mana anak sulungku belajar kosa kata itu. Ayahnya juga belum mengajarkan. Saat itu, dia juga belum sekolah, jadi belum bergaul dengan teman-temannya. Akhirnya, aku menemukan jawabannya di film “Dora, The Eksplorer!”

Friday, December 21, 2012

Surat Cinta Mama

Surat-surat ini untuk kontes surat cinta Mama, by Lactamil Mama Care:


Surat untuk Buah Hatiku
Nak, tahukah kau ketika kau menangis kelaparan, aku tergesa-gesa menghampirimu? Kau pun terdiam setelah lambungmu penuh oleh tetes-tetes ASI yang keluar dari tubuhku. Kupenuhi panggilanmu, siang dan malam. Tak kuhiraukan rasa kantuk yang menyerang, untuk memberikanmu ASI. Semua agar kau tumbuh dengan sehat dan cerdas. Kuyakin ASI yang kuberikan dengan penuh cinta dan kasih ini, adalah bekal yang terbaik untuk masa depanmu. I Love You, My Baby….

Menciptakan Sensasi SPA di Rumah dengan Sariayu Beauty SPA


Kehamilan adalah salah satu peristiwa menakjubkan di dalam hidupku. Saat itu, di dalam tubuhku berkembang tubuh manusia baru, yang kelak menghadiahiku wajah tampan, senyum manis, dan tatapan mata mempesona. Berbagai perubahan fisik dan psikis menyertaiku semasa hamil, yang diakibatkan oleh perubahan hormon. Sebisa mungkin kuatasi perubahan psikis, seperti mudah marah, stress, sensitive, mudah menangis, dan lain-lain. Namun, alangkah sulitnya mengatasi perubahan fisik yang terjadi pada tubuhku. Bukan hanya menjadi lebih gemuk dari sebelumnya, kulitku pun mengalami perubahan yang tidak enak dipandang.  

Tuesday, December 18, 2012

Pemenang Kontes Foto Angry Baby, Angry Kid

Alhamdulillah, GA saya kali ini lebih banyak pesertanya daripada yang dulu-dulu, xixixi... mungkin karena disuruh upload foto bayi marah, dan gak perlu nulis berat-berat. 

Thursday, December 13, 2012

Menyikapi Kekalahan dan Kemenangan dalam Lomba Blog

Minggu, 9 Desember 2012

Setelah berlibur di Puncak selama dua hari, aku dan keluarga pun harus pulang (ya iyalah... kalo enggak ya bayar lagi). Tapi, kami gak langsung pulang ke rumah, melainkan mampir dulu ke Monas. Dari Puncak berangkat jam 1/2 8 pagi, karena jam 9, jalur ke Jakarta bakal ditutup (satu arah). Sedangkan, aku ada acara di Monas jam 11. Yap, alhamdulillah... aku menjadi juara II lomba blog "Melawan Korupsi, Siapa Takut?" Tulisannya bisa dibaca di sini: Lawan Korupsi dari yang Terkecil. Ini kemenangan kedua yang hadiahnya lumayan besar. Sebelumnya, aku juga menjadi juara II lomba blog Indosat dan Kumpulan Emak Blogger, dengan judul tulisan Ibu Rumah Tangga Hebat, Perlu Ponsel Pintar Untuk Perempuan. Dalam lomba itu, aku mendapatkan gadget keren: Nokia Asha 202+Modem Smartfren+Pulsa 150 ribu. Sebuah pencapaian yang luar biasa buatku yang baru saja ikut-ikutan lomba blog.

Wednesday, December 12, 2012

Liburan ke Villa Palm, Puncak-Bogor

Jumat, 7 Desember 2012

Alhamdulillah, kesampaian juga rencana jalan-jalan ke Puncak, Bogor. Sudah sebulan sebelumnya, si Ayah ngasih tau rencana liburan itu, karena vilanya juga sudah dipesan. Wuiiih... berlibur ke vila??? Eit... jangan norak, ah... yah, meski memang aku norak berhubung belum pernah liburan di vila. Biasanya kalau ke Puncak cuma numpang lewat doang, xixixixi....

Heart of The Matter: Mengapa Seorang Lelaki Berselingkuh?

Heart of The Matter
Emily Giffin
Esensi

Tuntas sudah membaca novel romans yang saya dapatkan dari hadiah kuis ini. Semula saya enggan membacanya, karena agak malas membaca novel terjemahan. Ternyata novel ini enak dibaca, dengan bahasa yang mengalir dan lembut khas penulis wanita. Idenya tentang perselingkuhan, tema yang biasa, tapi sanggup membuat saya ikut sedih, gemas, marah, dan terbayang-bayang selalu.

Tuesday, December 11, 2012

Momen-Momen yang Terlewatkan


4 Desember 2012
“Ma, minta susu….” Ismail merajuk minta susu.
“Di gelas atau di botol?” tanyaku, sambil mengayun baby Salim yang baru tertidur setelah perjuangan panjang menidurkannya selama tiga jam.
“Di botol….”
“Di gelas aja  yah…?” aku menawar. Bukan saja untuk membiasakan minum pakai gelas, tapi juga karena malas harus mencuci botol susunya dulu.
“Di botooool….” Ismail bersikeras.

Thursday, December 6, 2012

Saat Dia Tertidur di Sampingku

Kenangan manis di Kebun Binatang Ragunan

“Sendiri aja, Neng…? Kagak sama lakinya?”
“Kagak, kan udah cerai gua….”
“Lah emang ngapah?”
“Ribet punya laki. Mending kayak gini, enak ke mana-mana, gak cape.”
“Bukannya enak punya laki? Ke mana-mana kan ada yang nganterin?”
“Gak enak. Capek. Banyak maunya….”
“Kagak kawin lagi?”
“Gak ah. Enakan sendiri, bebas….”
“Ama supir angkot aja, bakalan dianterin ke mana-mana.”
“Ogah, ah… gua gak level sama sopir…. Lagian gua bisa kok sendiri ke mana-mana, gak perlu punya laki.”

Wednesday, December 5, 2012

Mengapa Aku Tak Boleh Sekolah, Bu?


Tapak kakinya menimbulkan cekungan pada tanah basah yang diinjaknya. Hujan belumlah reda, ketika ia paksakan diri untuk berangkat ke sekolah. Masih teringat pesan ibunya, agar tidak mendatangi gedung yang pernah menjadi tempatnya menuntut ilmu, lima tahun lalu. Tinggal setahun lagi… ah, seandainya rahasia itu tidak terbongkar…..

Tuesday, December 4, 2012

Mewujudkan Asa di Tahun 2013


Akhirnya adikku yang manis, WindiTeguh, bikin Give Away (eh, gak tau ya dulu dia pernah bikin juga ato gak). Pas banget waktunya dengan kebengonganku di depan komputer, bingung mau nulis apa. Ada sih yang mau kutulis untuk lomba-lomba, tapi belom nyantol juga di otak. Berhubung tema dari Windi lebih ajib, nulis ini aja ah…..

Windi (aku panggil Windi aja,deh, soalnya dia lebih muda darikuh :D), menyuruhku menulis tentang resolusi 2013. Berhubung sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2013. Eeuuum… sebenarnya sudah lama aku gak bikin resolusi-resolusian. Semua kubiarkan mengalir begitu saja. Terakhir nulis resolusi tahun 2007 di blog MP yang sekarang sudah ditutup (hiks!). Berhubung Windi ngasih tantangan ini, baiklah akan kupikirkan resolusiku tahun depan apaan, yah? *mikir duluuu…..

Friday, November 30, 2012

Batik Bikin Aku Makin Cantik


“Kalau sudah nikah, harus selalu cantik di depan suami ya. Jangan pake daster batik, apalagi klo bolong…” kata seorang Ustazah, suatu ketika sebelum aku nikah.

Setelah menikah,

“Kok pake baju ini sih, Mah?” tanya suamiku, memandang daster dari bahan sifon yang kelihatan seksi dengan warna pink berkilau, plus renda-renda di pinggir kainnya.

“Bukannya seksi?” aku balik bertanya. Menurutku, daster gaya orang bule itu memang seksi meskipun gerah dipakainya. Apalagi dengan renda-renda yang menusuk-nusuk kulitku.

“Bagusan juga pake daster batik yang kamu punya itu….”
(aku memang punya daster batik, tapi dipakainya hanya kalau suami sedang ke kantor, alias siang hari. Malam hari, aku pakai baju tidur yang “gaya” biar kelihatan cantik di depan suami, hehehe…)

“Itu mah udah bolong. Jelek, pula….”

“Bukannya lebih seksi kalo bolong…. Lebih bagus lagi kalo….” (ups, sensor… takut ada perawan yang baca :P)

Monday, November 26, 2012

[EnjoyJakarta] Rekreasi yang Murah dan Edukatif di Kebun Binatang Ragunan


“Jadi, kita mau pergi ke mana?”

Selalu begitu pertanyaan yang muncul dari mulut suamiku setiap libur akhir pekan. Sejak menikah, kami memang sering menghabiskan liburan akhir pekan di luar rumah. Liburan itu untuk menyenangkan anak-anak kami yang masih balita dan sehari-hari lebih banyak berada di rumah. Kasihan kalau tidak diajak jalan-jalan, bosan di rumah terus.

Mengubah Dapur Bak Istana, dengan Modena White Series


“Mah, ada makanan apa?” tanya suamiku, suatu hari.

“Gak ada, gak masak. Bingung mau masak apa. Beli aja, deh,” jawabku, asal.

Terlihat wajah suamiku bertekuk-tekuk, cemberut. Kalau sudah begitu, terpaksa deh aku ke dapur. Apa saja bahan yang ada, kumasak jadi makanan meski hari itu aku malas masak. Sebenarnya bukan hanya hari itu aku malas masak. Setiap hari rasanya aku malas masak. Memasak bukan salah satu kegemaranku. Tidak ada “sesuatu” yang bisa membuatku betah berlama-lama di dapur.

“Kok asin, Mah?” tanya suamiku, ketika kami baru menikah dan aku baru menjalani rutinitas memasak. Waktu belum nikah, aku hampir tidak pernah masak. Selalu beli di luar.

“Oh, keasinan ya? Namanya juga baru belajar….” Aku menjawab sambil cemberut. Padahal, memang benar masakanku asin dan tidak karuan rasanya. Tapi kok ya sakit hati juga dikritik, hehe…..

Di lain waktu,

Saturday, November 24, 2012

Di Balik Nama Muhammad Salim Luthfi

M. Salim Luthfi
saat berusia 2 minggu

20 September 2012
Dua jam setelah proses persalinan, aku sudah bisa membuka mata (setelah tertidur lelap karena kecapaian). Kupandangi bayi mungil di sampingku, yang terbungkus kain bedong dengan rambut lengket karena belum dimandikan. Suamiku memandangi kami bergantian, lalu menanyakan satu hal:

Hujan Kita Tak Sama


Hujan di tempatku tak sama dengan hujan di tempatmu
Di tempatku, aroma tanah basah menguar usai deras air hujan mencium tanahku
Di tempatmu, aroma kesturi menguar usai deras bom Fosfor mencium tanahmu

Tuesday, November 20, 2012

[JEDA] SAVE GAZA


“Rasulullah bersabda, ‘Senantiasa ada segolongan dari umatku yang berada di atas kebenaran dan menghadapi musuh mereka dengan kekuatan. Tak ada yang bisa memberi mudharat kepada mereka sampai Allah mendatangkan urusan-Nya sementara mereka tetap berada dalam kondisinya (tetap di atas kebenaran dan berjuang dengan kekuatan).’ Para sahabat bertanya, ‘Di mana mereka ya, Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, ‘Di Baitul Maqdis dan sekitarnya.” HR. Ahmad.

[JEDA] Tukang Bubur Naik Haji

Ada yang beda dari gerobak tukang bubur yang jualan di komplek perumahan tempat saya tinggal.
Di gerobak itu ada tulisan: "Anak Yatim Makan Gratis."

Wah, kejutan besar, nih! Kok tumben tukang bubur menggratiskan anak yatim? Yaaa... soalnya sudah lima tahun yang lalu dia jualan bubur... baru tahun ini buburnya gratis untuk anak yatim. Apakah ada "sesuatu" yang menggerakkannya?

Saya cuma menebak-nebak. Apakah dia terinspirasi dengan sinetron "Tukang Bubur Naik Haji? Ternyata tebakan saya benar. Baru tadi pagi dia menyebutkan, berharap bisa naik haji dengan menggratiskan anak yatim makan buburnya. 

Hmmm... dari sini saya berpikir, betapa media bisa menginspirasi seseorang untuk melakukan sesuatu, apakah itu kebaikan ataupun keburukan. Tentu saja, para penulis termasuk pegiat media, lewat tulisannya yang dipublikasikan. Bagus, jika kita bisa menginspirasi seseorang melakukan kebaikan melalui tulisan yang kita sebarkan. Insya Allah menjadi pahala yang tak putus-putus.  Bagaimana jika kita menyebarkan keburukan?

Saatnya berhati-hati lagi menulis..... 

Sunday, November 18, 2012

Memulai Bisnis dengan Menguasai Dunia Digital


Sekadar ilustrasi:

Emak: (lewat di depan kamar Soni, kesal melihat anaknya masih tiduran di kasur sambil fb-an) “Son, pagi-pagi udah fb-an mulu luh…. Cari kerja ngapah!”

Soni: “Ini juga kerja, Mak. Soni pan lagi dagang.”

Emak: “Ngimpi lu. Dagang kagak ada barangnya. Mending lu cari kerja sono daripada ngabisin pulsa bae…”

Soni: “Ada, Mak, barangnya, di supplier. Soni cuman nawarin aja ke calon pembeli.”

Emak: “Calon pembeli apa? Mana orangnyaaa? Buruan bangun, kalo kagak Emak siram pake aer…”

Soni: “Aaaah… Emaaaak… ini Soni lagi dagaaaang…. *&^%$#@%^&%.”

[JEDA] Lingkaran Kemiskinan yang Tak terputus

Aku        : "Bi, anaknya umur berapa?"

Pembantu: "16 tahun."

Aku        : "Perempuan atau laki-laki?"

Pembantu: "Perempuan."

Aku        : "Masih sekolah?"

Wednesday, November 14, 2012

[JEDA] Jangan Sia-Siakan Waktu

"Dulu dia normal, bisa kerja. Terus ada orang yang mukul kepalanya dari  belakang. Akhirnya jadi gitu, deh...."

Ibu itu menjelaskan kepada saya perihal kondisi putranya yang "idiot." Perilakunya yang "nyaris" seperti orang gila itu, semula saya pikir karena bawaan sejak kecil. Meskipun usianya sudah di atas 30 tahun, perilakunya seperti anak kecil. Suka berbicara sendiri, memberi makan ayam dengan buah alpukat, marah-marah, dan muntah-muntah. Tak disangka bahwa pukulan pada belakang kepalanya-lah yang membuat otaknya mengalami kemunduran. 

Mari Menjadi Bangsa Mandiri


Jika Anda mau berjalan-jalan ke Jakarta dengan menggunakan Kereta Listrik dan transportasi umum, Anda akan dengan mudah melihat  pemandangan seperti di atas. Ironis, karena daerah yang menjadi pusat pemerintahan dan tentunya dekat dengan pengambil keputusan, masih didapati warga miskin yang tinggal di rumah tidak layak pakai, bahkan tidak punya rumah. Perumahan kumuh berdampingan dengan gedung-gedung pencakar langit, menjadi pemandangan yang biasa saja. Tak mengganggu citra sebuah ibukota negara yang semestinya menampakkan kemakmuran dan kesejahteraan, setidaknya di ibukotanya.


Tuesday, November 13, 2012

[Kontes Foto] Angry Baby, Angry Kid


Gara-gara melihat berita di sebuah situs berita tentang kontes foto bayi yang sedang marah, saya jadi ingin membuat kontes foto serupa. Kayaknya seru juga mengabadikan wajah unik anak-anak kita atau keponakan juga boleh, kalau sedang marah. Hanya untuk mengingatkan bahwa mereka juga bisa marah, bukan orang tuanya saja, hehehe....

Monday, November 12, 2012

Crying Winter: Antara Buku dan Hape

Judul: Crying Winter
Penulis: Mell Shaliha
Penerbit: Diva Press

Akhirnya saya berhasil juga menamatkan buku ini, setelah dikirimi inbox oleh penulisnya, hehe…. Ya, belakangan ini, tepatnya setelah si baby lahir, saya jadi sulit meluangkan waktu untuk membaca buku. Padahal, sebelum buku ini sampai ke tangan saya, gratis dari penulisnya, saya sudah punya beberapa novel yang mengantri dibaca. Dan sebenarnya, saya punya waktu untuk membaca buku, misalnya saat sedang menyusui. Tapiiii…. Gara-gara menang lomba blog berhadiah pulsa 300 ribu (dua lomba blog, masing-masing dapat pulsa 150 ribu), ponsel pintar saya yang biasanya tergeletak tak berdaya, kini jadi tak bisa lepas dari tangan. Kegiatan saya saat luang, ya browsing, fb, twitter. Apalagi setelah kena virus para quiz hunter, saya ikut-ikutan jawabin kuis di twitter. Iseng-iseng berhadiah. Ada yang menang, lebih banyak yang gagal. Pengalaman hadiah terbesar dapat 2,5 juta dari jawab kuis. Ups… ntar pada ikutan juga, lagi! Mending jawab kuis ya daripada nulis buku, hihihi…..

Friday, November 9, 2012

Ketika Ibu Rumah Tangga Mengidap HIV/AIDS


Setiap kali mendengar kata HIV/AIDS, kita langsung berpikir bahwa penyakit itu adalah penyakit “kotor” yang mengerikan, belum ada obatnya, dan diidap oleh orang-orang yang bergelimang maksiat, seperti pekerja seks komersial, homoseksual, dan pemakai narkoba jarum suntik.

Info Kirim Naskah: Majalah Noor Muslima

Bagi rekan-rekan semua yang berminat mengirimkan naskah cerpen, cerbung dan puisi, bisa dikirimkan ke Majalah Noormuslima.

email redaksi : redaksi.nurmuslimah@gmail.com
syarat dan ketentuan :
* naskah sesuai dengan visi dan misi majalah noormuslima
*puisi maksimal 1 halaman A4
*cerpen, 3-4 halaman
*cerbung maks 50 halaman
*sertakan biodata lengkap dan no rekening.

Monday, November 5, 2012

Seandainya Aku Jadi Ketua KPK, Hmmm....


Aku menekuri file-file kasus korupsi yang sedang kutangani. Ada beberapa kasus besar yang sedang kutangani, selain kasus-kasus “kecil.” Century, Wisma Atlet Hambalang, Simulator SIM, adalah beberapa kasus besar yang melibatkan “orang-orang besar.” Sebagai ketua KPK, aku memiliki rencana-rencana kerja yang akan kulakukan demi mengusut tuntas semua kasus korupsi, menangkap para koruptor, dan membebaskan Indonesia dari perilaku korupsi.

Saturday, November 3, 2012

Catatan Menjelang Kelahiran Anak Ketigaku

Foto saat usia kandungan 7 bulan, yang disangka
sudah 8 bulan

















20 September 2012
Dini hari, jam 3.30, putra ketigaku, Muhammad Salim Lutfi terlahir ke dunia. Bertepatan dengan hari di mana rakyat Jakarta akan memilih calon pemimpin baru. Rasa syukur tak terhingga membuncah dariku dan suamiku. Inilah putra ketiga kami yang kelahirannya dinantikan sejak sepuluh hari sebelumnya.

Di 31 Tahun-ku

1 November 2012

Mungkin ini pertama kalinya aku menulis catatan tentang hari ulang tahunku/ milad/ birthday/ apa pun namanya. Entah apa yang mendorongku untuk menulis ini, sebab sejak beberapa tahun lalu, aku tak pernah menganggap penting lagi ulang tahun. Tapi, mungkin bagus juga jita pertambahan usiaku kali ini kuabadikan di sebuah catatan singkat. 

Thursday, November 1, 2012

Pencapaian Tertinggiku: Ibu Rumah Tangga yang Penulis


Pekerjaan           : Mengurus Rumah Tangga
Profesi               : Penulis

Sayang, tulisan “profesi” itu tidak tercantum dalam KTP-ku, hehe…. Apa pun, aku lega akhirnya aku menjalani apa yang ingin kujalani sejak masih remaja. Ya, ibu rumah tangga yang penulis, sebuah impian yang sudah kudambakan sejak masih remaja. Tak pernah aku berpikir untuk bekerja kantoran karena sifatku yang tak suka dikekang. Aku lebih suka bekerja sendiri, dengan waktu dan pekerjaan yang kutentukan sendiri. Dan yang lebih kusukai adalah adanya jadwal tidur siang. Pikir punya pikir, menjadi penulis lepas adalah profesi yang tepat untuk sifatku yang independen itu.

Novel pertamaku yang diterbitkan,
sekaligus menjadi juara kedua sayembara menulis novel
Namun, tak mudah untuk mencapai impian itu. Baiklah, aku ceritakan dulu prosesku meraih gelar sebagai “penulis.” Dulu, aku belum mengenal blog. Aku belum tahu bahwa kita bisa mempublikasikan tulisan kita di blog. Bahkan banyak kesempatan menulis di blog yang mendapatkan hadiah. Aku hanya tahu media majalah dan buku. Targetku pertama kali adalah, tulisanku dimuat di majalah, lalu diterbitkan menjadi buku. Prosesnya tidak mudah. Aku harus mengalami berulangkali penolakan dari redaktur majalah dan editor penerbit. Banyak alasan mengapa tulisanku ditolak. Jika aku mengirim 10 cerpen ke majalah, maka yang dimuat hanya satu. Menerbitkan buku jauh lebih sulit. Padahal, saat itu prosesnya tak semudah sekarang. Naskah harus diprint dulu dan dikirim melalui Pos. Sekarang, beberapa penerbit menerima naskah melalui surel.  

Perasaan kecewa ketika cerpen tidak dimuat, tidak sebesar saat novel-novelku ditolak penerbit. Sebab, mengirim novel membutuhkan biaya yang lebih banyak daripada mengirim cerpen. Kalau cerpen hanya sekitar 6-10 halaman, novel bisa ratusan halaman. Biaya pos-nya juga lebih besar. Coba hitung saja berapa modal yang harus kukeluarkan untuk mengirim naskah:

Biaya rental komputer, karena belum punya komputer: RP 2.500 per jam
Biaya print naskah, Rp 500/ lembar
Biaya Pos, dihitung per kg.

Waktuku kini lebih banyak
untuk anak-anak
Sedangkan dulu aku hanya mahasiswa yang masih meminta uang dari orang tua. Kalau novel ditolak, duh, sedihnya. Tentu saja setiap penulis berpikir bahwa karyanya sudah bagus. Aku sendiri baru sadar kalau naskahku ada kekurangan, setelah bertahun-tahun kemudian, ketika kualitas tulisanku sudah meningkat, hehe… Tapi, pada waktu tulisan baru ditulis, yang ada di pikiranku hanyalah bahwa aku sudah melakukan yang terbaik, jadi tulisanku sudah yang terbaik.

Jalanku terbuka ketika aku mengikuti lomba menulis novel yang diadakan sebuah penerbit. Aku menjadi pemenang kedua, untuk naskah yang pernah ditolak sebuah penerbit. Bahkan, novelku itu menjadi best seller. Sejak itu, terasa mudah bagiku untuk mengirim naskah ke penerbit. Beberapa penerbit dengan suka cita menerima naskahku. Dalam setahun, ada 3-4 bukuku yang diterbitkan oleh penerbit yang berbeda-beda. Bisa dikatakan itu adalah masa keemasanku.

Ketika aku sudah merasa puas dengan dunia menulis, kuputuskan untuk membagi duniaku dengan seorang lelaki, dan kelak tiga orang anak yang lahir dari rahimku. Saat itulah tercapai impian yang telah ada sejak remaja. Pagi-pagi menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak, mengantar anak sekolah, mengurus rumah tangga, lalu menulis di saat luang.

Tidak ada yang salah dengan bermimpi, meskipun impian tak seindah kenyataan. Nyatanya, kegiatan menulis tak dapat selalu lancar dan beriringan dengan kegiatan mengasuh anak. Terlebih anak-anakku masih kecil-kecil. Ada saja godaan untuk tidak menulis, karena harus melayani kebutuhan mereka. Kadang kala aku kesal karena keinginan menulis tak dapat disalurkan, tetapi sering kali aku bahagia kala memandang wajah lelap mereka dalam tidurnya.

Sungguh, tak mudah rupanya bekerja dari rumah dengan tanpa seorang asisten pun yang membantu mengasuh anak. Anak-anak benar-benar masih membutuhkan perhatian ibunya. Ada saja ulah mereka untuk mencari perhatianku kala aku sedang memadu kasih dengan komputer bututku. Yang minta dibuatkan susu, yang minta mainan, yang ngacak-ngacak rumah, dan lain-lain. Di sinilah aku ditantang untuk menulis tanpa konsentrasi. Aku tidak  bisa benar-benar fokus pada tulisanku, ada saja gangguannya.

Alhamdulillah, meskipun repot dengan urusan mengasuh anak, aku masih bisa sesekali menulis. Bahkan mengikuti lomba menulis novel lagi, saat anak keduaku baru berusia enam bulan. Tak disangka, aku bisa menyabet juara ketiga. Kadang kala semangat menulis datang dan pergi, seiring dengan adanya motivasi dan kekecewaan. Target-target dipasang, dan beberapa harus diikhlaskan pergi karena ketiadaan waktu untuk menulis. Toh, aku tetap di sini, di depan meja komputer bututku, berusaha untuk tetap menulis, meski tak selalu bisa menulis.
Menjadi juara ketiga dalam lomba novel lagi,
saat sudah punya dua anak

Sebaliknya, kerapkali aku merasa bersalah ketika telah berjam-jam duduk di depan komputer, mengeluarkan semua isi kepalaku, sementara anak-anakku bermain sendiri. Aku merasa telah menelantarkan mereka. Jadi, seasyik apa pun aku menulis, aku harus bisa menghentikannya tatkala sudah melampaui batas waktu. Aku harus kembali kepada anak-anakku, meski masih banyak ide-ide di kepalaku yang ingin kutuangkan. Sebab, inilah jalan yang sudah kupilih; menjadi ibu rumah tangga yang penulis.

Tuesday, October 30, 2012

Baby Traveller: Ketika Ibu Rumah Tangga Menulis

Judul: Baby Traveller: Kisah Seru Saat Traveling
Bersama Bayi dan Balita
Penerbit: Delasarfa Book
Penulis: Ida Mulyani, Dkk

Fenomena yang sangat menggembirakan saat ini datang dari ibu-ibu rumah tangga yang antusias menggeluti hobi menulis di sela pekerjaan mengurus rumah tangga dan anak-anak. Tulisan-tulisan mereka sebagian besar terkumpul dalam buku antologi, atau kumpulan karya sastra, dalam hal ini esai nonfiksi. Pasti ada pertanyaan, bagaimana bisa para ibu rumah tangga itu menyempatkan diri untuk menulis di antara bertumpuknya tugas kerumahtanggaan yang menyita waktu dan tenaga?

Thursday, October 25, 2012

Going to 30: Titik Balikku


Sibuk mengasuh anak yang usianyahanya terpaut setahun,
membuatku tak sempat menulis
Berhubung ada even give away bertajuk "Going to 30,” aku jadi mengingat kembali masa setahun lalu ketika usiaku menginjak 30 tahun. Kini usiaku memasuki 31 tahun. Ehhhmmm… apa ya yang istimewa saat memasuki usia 30 tahun? Aku tak terlalu memikirkannya, sebagaimana saat memasuki usia 17 tahun. Waktu mau 17 tahun, yang kupikirkan adalah “wah, berarti aku sudah boleh punya pacar, nih…” Hehehe…. Sedangkan saat memasuki usia 30 tahun, rasanya biasa-biasa saja. Takut tua? Tidak juga.

Saturday, October 20, 2012

Geliat Sastra Romantis


Kisah cinta tak pernah usang untuk dituliskan. Siapa yang tak pernah jatuh cinta? Semua orang pasti pernah merasakan jatuh cinta. Dari masa ke masa, selalu ada sastrawan yang mengabadikan kisah cinta ke dalam tulisan. Bahkan, beberapa di antaranya melegenda. Sebut saja; Layla-Majnun, Romeo-Juliet, San Pek-Eng Tay, Taj Mahal, Sitti Nurbaya, dan lain-lain. Karya-karya itu berhasil membius pembacanya melalui jalan cerita yang mengharukan.

Friday, October 19, 2012

Korean Wave: Serbuan Budaya Korea di Indonesia


Annyeong…  Saranghyeo… Hamnida… Opa…

Dan entah apa lagi Bahasa Korea yang kini dikuasai sepatah-sepatah oleh remaja kita.  Sejak dua tahun belakangan ini, budaya Korea begitu lekat dengan keseharian kita. Bukan hanya anak  baru gede yang menggemarinya, ibu-ibu rumah tangga pun banyak yang tergila-gila! Mulai dari film, drama, musik, makanan, pakaian, bahkan buku! Ya, coba saja berkunjung ke toko buku terdekat. Begitu mudahnya menemukan novel dan buku-buku “berbau” Korea. Ironisnya, banyak novel “Korea” yang ditulis oleh penulis Indonesia. Beberapa penulis bahkan menggunakan nama pena yang berbau “Korea.” Jadi sulit dibedakan, ini negara Indonesia atau Korea?
Lee Min Ho, salah satu aktor Korea yang membius para
wanita Indonesia. Gambar dari sini

[Profil Sastrawan Muda] RIAWANI ELYTA

Gambar dari sini
Riawani Elyta, lahir dan berdomisili di kota kecil Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Meski senang menulis, adrenalinnya baru terpacu untuk menyelesaikan sebuah naskah saat berpartisipasi dalam audisi menulis. 

Seandainya Tidak Ada Bahasa Indonesia

Gambar dari sini

Tindak pundi, Mbak?” tanya seorang wanita muda yang duduk di sampingku, ketika kami sedang sama-sama menaiki bus Solo-Semarang.

Aku bingung menjawabnya. Sejujurnya, aku tidak tahu Mbak itu bertanya apa. Benakku sibuk menerka-nerka, sampai akhirnya aku menjawab, “35 ribu….”

Mbak itu mengerutkan kening, seperti bingung dengan jawabanku. Ia pun mengulangi pertanyaannya, dan dengan sangat terpaksa aku mengaku bahwa aku tak tahu apa yang ia tanyakan.

“Oooh… dari Jakarta, to….” Mbak itu tertawa.

Anda tahu apa yang ia tanyakan kepadaku? Ia bertanya dalam Bahasa Jawa halus, “Mau ke mana, Mbak?” Sedangkan aku menjawab ongkos bus yang kami naiki itu. Kupikir Mbak itu bertanya berapa ongkos busnya. Padahal, ia sedang ingin mengajakku berrcakap-cakap dengan menanyakan tujuan kepergianku. Berhubung ternyata aku tak mengerti Bahasa Jawa, kami pun tak jadi berbincang-bincang panjang lebar. Entah kenapa si Mbak tak lagi menanyakan sesuatu kepadaku.

Itu adalah pengalaman lucuku saat pertama kali menginjakkan kaki di Semarang, sepuluh tahun silam. Meskipun lahir di Solo, almarhumah Ibu juga berasal dari Solo, aku tak bisa berbahasa Jawa karena besar di Jakarta. Lulus SMA, aku mendaftar ke Universitas Diponegoro, Semarang. Otomatis, aku banyak berinteraksi dengan penduduk asli yang berbahasa Jawa dan rekan-rekan mahasiswa lainnya yang berasal dari daerah-daerah di Propinsi Jawa Tengah. Untunglah, kami dipersatukan oleh Bahasa Indonesia, sehingga kami tetap bisa bercakap-cakap dalam Bahasa Indonesia.

Ya, apa jadinya seandainya kita tak mengenal Bahasa Indonesia? Indonesia terdiri atas banyak suku dengan bermacam-macam bahasa. Ibu dan Ayahku saja menikah beda suku. Ibuku dari Suku Jawa, ayahku dari Suku Betawi.  Ibuku mencari kerja di Jakarta, lalu menikah dengan ayahku yang asli Jakarta. Jika tidak ada Bahasa Indonesia, mungkin mereka akan bicara dengan bahasa isyarat, karena tidak mengerti apa yang dibicarakan pasangannya. Kalaupun bicara, bisa terjadi banyak kesalahpahaman. Ya, seperti pengalamanku di atas.

Sayangnya, almarhumah ibuku dulu jarang berbicara dengan Bahasa Jawa. Kalau di rumah selalu menggunakan Bahasa Indonesia. Akibatnya, tidak ada anaknya yang bisa berbahasa Jawa. Sebagai orang Betawi, ayahku juga tidak banyak menggunakan kosa kata Betawi dalam perbincangannya. Beliau memakai Bahasa Indonesia sehari-hari. Jadi, banyak juga kosa kata Betawi yang tidak kukuasai.

Kini, aku juga menikah dengan lelaki beda suku. Suamiku berasal dari Suku Sunda. Kalau sedang pulang kampung, lebih sering aku hanya terbengong-bengong mendengarkan percakapan keluarga dari suamiku. Mereka berbincang-bincang dengan Bahasa Sunda, karena sudah terbiasa dengan Bahasa Sunda. Hanya sesekali saja bicara dengan Bahasa Indonesia, ya kalau sedang berbicara denganku.

Memang, pada kenyataannya, Bahasa Indonesia digunakan hanya dalam perbincangan antarsuku. Sedangkan bila sesama suku, lebih suka menggunakan bahasa daerahnya. Saat aku kuliah di Semarang, rekan-rekan mahasiswa yang berasal dari suku yang sama, misalnya Suku Sunda, akan berbicara dengan Bahasa Sunda. Rekan-rekan dari Suku Jawa pun demikian pula. Mereka lebih nyaman berbicara dengan bahasa daerahnya jika berhadapan dengan sesama suku. Aku sendiri, berhubung hanya bisa berbicara Bahasa Indonesia, jadi hanya menggunakan Bahasa Indonesia.

Alasannya, lebih enak berbicara dengan bahasa daerah daripada Bahasa Indonesia. Lagipula, kalau berbicara dengan Bahasa Indonesia di hadapan orang yang sama sukunya, sering diejek “sombong,” tidak kenal dengan akarnya sendiri. Itu tak menjadi masalah, asalkan jangan berbicara dengan bahasa sukunya bila di dekatnya ada rekan dari lain suku.  Sang rekan yang tak mengerti, kemungkinan bisa tersinggung atau  merasa diperbincangkan diam-diam, berhubung ia tak mengerti apa yang sedang diperbincangkan.

Aku juga sering merasa tersinggung kalau ada rekan yang berbicara dengan bahasa daerahnya saat berada di dekatku. Memang dia sedang bicara dengan temannya yang satu suku, tapi aku jadi merasa diabaikan. Alangkah baiknya bila kita tetap menggunakan Bahasa Indonesia apabila ada rekan lain suku di dekat kita.

Bahasa Indonesia pertama kali dicetuskan menjadi bahasa persatuan, dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Namun, baru diresmikan pada 18 Agustus tahun 1945. Bahasa Indonesia adalah Bahasa Melayu, pokoknya adalah Melayu Riau, yang di kemudian hari mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan masyarakat Indonesia.

Agak aneh sebenarnya, mengapa Bahasa Melayu Riau yang menjadi dasar pembentukan Bahasa Indonesia? Mengapa bukan Bahasa Jawa? Padahal, saat itu Presiden Soekarno berasal dari Suku Jawa, dan orang Jawa juga banyak menduduki posisi penting di pemerintahan. Bahkan, bahasa yang banyak digunakan sehari-hari adalah juga Bahasa Jawa. Alasannya: Pertama, kalau Bahasa Jawa yang digunakan, suku—suku lain akan merasa dijajah oleh orang Jawa. Kedua, Bahasa Jawa lebih sulit dipelajari dengan adanya tingkatan bahasa; halus, sedang, kasar. Ketiga, Bahasa Melayu Riau digunakan karena Suku Melayu yang pertama berasal dari Riau, dan Keempat, Bahasa Melayu Riau tidak banyak mendapatkan pengaruh dari bahasa lain, misalnya Bahasa Tionghoa.

Dan akhirnya, kini Bahasa Indonesia benar-benar membantu kita semua, yang berbeda suku, untuk saling berinteraksi. Bayangkan seandainya tidak ada Bahasa Indonesia, kita harus mempelajari bahasa rekan bicara kita dulu bila ingin berkomunikasi dengan benar. Atau, jangan-jangan kita harus bicara dengan bahasa isyarat?


Wednesday, October 17, 2012

Belajar Sastra dari Ping!


Ada perkembangan yang menggembirakan dari  dunia sastra saat ini. Banyak penulis muda bermunculan dan tentu saja banyak buku yang memenuhi rak-rak toko buku karya para penulis muda itu. Namun, tak mudah untuk menemukan buku yang benar-benar mendidik generasi muda kita. Bukan hanya isi dari buku-buku itu yang “kurang sesuai” dengan nilai-nilai yang kita anut, tetapi juga bahasa yang digunakan oleh para penulisnya yang tak sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Guru: Monster atau Motivator?

Dua orang guru TK di sekolah anak saya

Semua guru, baik guru SD, SMP, SMA, maupun kuliah, amat berjasa dalam hidup saya. Guru SD yang mengantarkan saya hingga bisa duduk di  bangku SMP. Guru SMP yang mengantarkan saya hingga bisa duduk di bangku SMA, dan guru SMA yang mengantarkan saya hingga bisa masuk ke salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia ini tanpa tes. Dosen-dosen di kampus itu pula yang berjasa memberikan nilai cumlaude dan titel Sarjana Ekonomi kepada saya, meskipun sekarang ijazah itu nyaris tanpa arti karena saya tak bekerja di bidang yang sesuai dengan keilmuan.

Monday, October 15, 2012

Lawan Korupsi dari Yang Terkecil


“Ya Allah, berilah kesempatan untuk ayahku agar bisa naik haji….”

Doa itu selalu kuucapkan setiap usai menunaikan salat.  Sebuah doa sederhana untuk ayahku, yang sampai pensiun dari Kementerian Agama, belum juga menunaikan ibadah haji.  Sedangkan nyaris semua teman kantornya, sudah menunaikan ibadah haji, dengan biaya dari negara.

Wednesday, October 10, 2012

Meneladani Pemimpin Antikorupsi: Umar bin Abdul Aziz



Gambar dari sini
Suatu malam, datang seorang utusan gubernur suatu daerah ke kediaman Umar bin Abdul Aziz yang kala itu menjabat sebagai Amirul Mukminin. Umar menanyakan soal keadaan penduduk  daerah tersebut, kepemimpinan gubernurnya, fakir miskin, harga-harga, dan segala yang berhubungan dengan daerah yang didiami sang utusan gubernur, yang lalu dijawab oleh utusan gubernur itu tanpa ada yang disembunyikan. Selanjutnya, ganti si utusan gubernur yang bertanya kepada Umar, bagaimana keadaan Umar dan keluarganya. Sebelum menjawab, Umar menyuruh pelayannya untuk mengganti lilin yang digunakan sebagai penerang ruangan, dengan lilin lain yang  lebih kecil. Si utusan gubernur kebingungan. Umar pun menjawab kebingungan itu. Bahwasanya, lilin kecil yang digunakannya itu adalah miliknya sendiri, sedangkan lilin besar yang baru saja dimatikan adalah milik negara. Pertanyaan yang diajukan oleh utusan gubernur itu tidak ada kaitannya dengan negara, maka Umar mematikan lilin negara dan menggantinya dengan lilin miliknya sendiri.
Kisah di atas hanya sebagian kecil dari sikap kepemimpinan antikorupsi yang dimiliki oleh Umar bin Abdul Aziz, salah seorang pemimpin Islam, yang dianggap sebagai Khulafaur Rasyidin yang ke-5. Kesederhanaan dan sikap hati-hatinya, patut dijadikan teladan oleh kita. Jangankan mengkorupsi harta negara yang jumlahnya trilyunan, mengkorupsi sebatang lilin pun beliau tak mau. Bahkan, ketika diangkat sebagai Khalifah (pemimpin negara), Umar sempat menolak. Namun, rakyat tetap memilihnya sebagai pemimpin, sehingga beliau menjalankan amanahnya.
Umar bin Abdul Aziz, menolak kendaraan dinas dan memilih menggunakan kendaraannya sendiri. Sesaat setelah diangkat menjadi khalifah, para pengawal datang mengantarkan kendaraan khusus kekhalifahan. Umar berkata: “Bawalah kendaraan ini ke pasar, dan juallah. Hasilnya disimpan di Baitul Maal. Saya cukup menggunakan kendaraan sendiri.” Baitul Maal adalah lembaga zakat tempat menyimpan harta negara yang kemudian digunakan untuk keperluan rakyat.
Umar amat berhati-hati menggunakan uang negara, bahkan ia memilih untuk tidak menggunakannya sama sekali. Hidupnya sangat sederhana, meskipun telah menjadi pemimpin negara. Sebelum diangkat menjadi Khalifah, kekayaannya berjumlah 40 ribu dinar. Setelah wafat, kekayaannya justru berkurang sehingga hanya menjadi 400 dinar. Bandingkan dengan para pejabat kita yang justru bertambah banyak sekali kekayaannya setelah menjabat sebagai pemimpin atau wakil rakyat. Seakan tak cukup gaji yang diambil dari pajak rakyat, masih juga mengkorupsi uang rakyat.
Membaca dan melihat berita tentang korupsi di media massa dan televisi, membuat kita muak dan geram. Di tengah penderitaan bayi-bayi yang terkena busung lapar, anak-anak sekolah yang tak dapat sekolah karena sekolahnya rusak, anak-anak yang tak tertolong karena biaya rumah sakit yang mencekik, rakyat yang kelaparan, dan penderitaan-penderitaan lainnya, para wakil rakyat justru sibuk mengkorupsi uang rakyat. Secercah harapan muncul ketika Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkomitmen untuk memberantas korupsi dengan membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun, harapan mulai terkikis manakala proses pemberantasan korupsi itu tidak berjalan mulus. Ada saja hambatan yang dihadapi oleh KPK dalam melakukan tugasnya, ditambah hukuman yang dijatuhkan kepada para koruptor yang lebih ringan dibandingkan kerugian yang diakibatkan.

Korupsi, Dimulai dari Kecil
Bagaimana awalnya seseorang bisa melakukan tindakan korupsi? Korupsi besar sesungguhnya dimulai dari korupsi kecil. Diawali oleh sebuah pemakluman, “ah, hanya mengambil sedikit kok…” Lama-lama, perbuatan itu menjadi biasa. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Umar bin Abdul Aziz, menghindari korupsi, meskipun sedikit. Misalnya seperti kisah di atas. Beliau tidak mau memakai lilin negara, padahal berapakah harga lilin? Tidak mahal. Apakah kita sudah meneladaninya? Mungkin kita lupa, korupsi kecil-kecilan yang kita lakukan dengan pemakluman, “ah, hanya sedikit….” Karyawan yang bekerja di kantor, sesekali menggunakan kertas kantor untuk keperluan pribadi, internet kantor untuk keperluan pribadi, bahkan listrik kantor untuk keperluan pribadi. Tanpa izin  pemilik kantor, sekecil apa pun, dapat disebut dengan korupsi. Dan yang sedikit itu, lama-lama menjadi bukit.
Kendaraan dinas, misalnya. Semestinya kendaraan dinas hanya digunakan untuk urusan dinas, tetapi sering sekali kendaraan berplat merah itu digunakan untuk kepentingan pribadi. Itu dari sisi koruptor. Jangan-jangan kita sendiri juga telah memberikan peluang terselenggaranya perbuatan korupsi para koruptor. Misalnya dalam urusan surat-menyurat yang berkaitan dengan birokrasi. Mau mengurus SIM, supaya cepat, kita pilih lewat “jalan belakang.” Harganya memang lebih mahal, tapi prosesnya lebih cepat.

Korupsi, Dimulai dari Keluarga
Siapakah orang tua Umar bin Abdul Aziz sehingga tercipta sosok pemimpin antikorupsi yang sederhana dan merakyat? Mari kita simak kisah berikut ini:
Suatu malam, Umar bin Khattab, salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw, yang kala itu menjabat sebagai Amirul Mukminin, sedang berjalan-jalan ke seluruh Kota Madinah untuk keadaan  rakyatnya dari dekat. Menjelang pagi, beliau merasa lelah dan beristirahat di sebuah rumah. Terdengar sebuah percakapan antara seorang ibu dengan anak gadisnya, dari rumah yang dekat dengan rumah tempatnya beristirahat. Rupanya itu adalah rumah seorang penjual susu. Sang ibu berniat mencampur susu jualannya dengan air, tetapi anak gadisnya melarang. Ibunya berdalih bahwa semua penjual susu  melakukannya dan lagipula Amirul Mukimin Umar bin Khattab tak mengetahuinya. Anak gadisnya menjawab, bahwa meskipun Umar tak melihat, tetapi Allah melihat.
Mendengar percakapan itu, Umar bin Khattab menangis. Ia lalu kembali ke rumahnya dan memanggil anaknya, Ashim bin Umar bin Khattab. Umar memerintahkan Ashim untuk mendatangi rumah si gadis dan menyelidiki keluarganya. Ashim menuruti perintah ayahnya. Setelah Ashim menyelidiki keluarga si gadis, Umar berkata; “Pergi dan temuilah mereka. Lamarlah anak gadisnya menjadi istrimu. Insya Allah ia akan memberi berkah kepadamu dan anak keturunanmu. Mudah-mudahan ia dapat memberi keturunan seorang pemimpin bangsa.”
Ashim menuruti perintah ayahnya. Dari pernikahan itu, Umar bin Khattab dikaruniai cucu perempuan bernama Laila, yang kelak dipanggil dengan sebutan Ummi Ashim. Ummi Ashim menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan, Gubernur Mesir.  Dari pernikahan itu, lahirlah Umar bin Abdul Aziz. Sehingga jelas, bagaimana garis keturunan Umar bin Abdul Aziz. Kakek buyutnya adalah Umar bin Khattab, salah seorang Khulafaur Rasyidin, yang terkenal amanah dan tegas dalam kepemimpinannya. Neneknya adalah anak penjual susu yang jujur dan tidak mau mencampur susunya dengan air. Maka, alangkah wajarnya apabila Umar bin Abdul Aziz menjelma menjadi seorang pemimpin yang amanah, jujur, sederhana, dan antikorupsi.
Bagaimana dengan keluarga kita? Sudahkah kita menjauhkan keluarga kita dari tindakan korupsi sekecil apa pun? Sebab, harta yang berasal dari hasil korupsi, akan dimakan oleh anak keturunan kita, menjelma menjadi darah dan daging. Darah dan daging seperti apakah yang akan membentuk anak-anak yang diberi makan oleh harta hasil korupsi? Orang tua yang korupsi, pasti akan menghasilkan anak-anak berakhlak buruk karena diberi makan dari hasil korupsi.

Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
1.      Menjauhkan diri dari tindakan korupsi sekecil apa pun, karena dari yang kecil itu lama-lama menjadi besar.
2.      Menanamkan budaya antikorupsi sejak dari lini terkecil, alias keluarga. Orang tua harus menjauhkan diri dari perbuatan korupsi, tidak memberi makan anak-anaknya dari harta hasil korupsi, dan mengajarkan kejujuran kepada anak-anak sedari kecil.
3.      Tidak memberi kesempatan kepada koruptor untuk melakukan tindakan korupsi. Misalnya dalam pengurusan surat-surat yang membuka celah korupsi, gunakan jalan biasa, bukan jalan cepat dengan menambah biaya yang akan masuk ke kantong koruptor.
4.      Laporkan ke pihak berwenang, misalnya KPK atau LSM antikorupsi, apabila menemukan atau melihat adanya tindak pidana korupsi.
5.      Menjadikan pemimpin-pemimpin jujur sebagai suri teladan untuk dicontoh perilaku mereka dalam keseharian, contohnya Umar bin Abdul Aziz.

Semoga negara kita terbebas dari perilaku korupsi, baik oleh pejabat negara maupun masyarakatnya, menjadi negara yang diberkahi, makmur, dan sejahtera.
************* 

Sunday, October 7, 2012

Tiga Proses Melahirkan: Tiga Pengalaman Menjadi Pahlawan

Dahulu, saya sendirian. Kini, tiga orang anak selalu mengikuti saya ke mana pun. Ketiganya terlahir dari rahim saya, melalui proses yang luar biasa. Ya, luar biasa, bagi saya. Juga bagi semua ibu yang telah mengalami proses melahirkan. Apa pun prosesnya, semua proses melahirkan adalah istimewa. Proses pertaruhan nyawa seorang ibu demi sebuah kelahiran baru, nyawa baru. 

Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran


Kalau membicarakan soal tawuran, saya jadi ingat kejadian belasan tahun lalu ketika masih duduk di bangku kelas satu SMA. Saya pernah ikut tawuran! Ups… gak, ding. Saya gak pernah  ikut tawuran kok, tapi saya pernah berada di medan  tawuran dua SMA yang letaknya berdekatan dengan SMA saya. SMA saya sendiri seingat saya, belum pernah terlibat tawuran. 

PLN... Oh... PLN


Kemarin, tanggal 3 Oktober 2012, aku sudah berniat untuk mengetik tulisan demi mengikuti kontes blog yang diselenggarakan oleh blogdetik dan PLN, berjudul, “Harapanku Untuk PLN.” Setelah menyelesaikan urusan anak-anak, memandikan, menyuapi makan, dan terutama menidurkan anakku yang masih bayi, jam 9.30 pagi, aku melirik komputerku yang sudah menunggu. Ah, tapi aku masih harus memasak nasi untuk makan siang nanti. Jadi, aku mencuci beras dulu. Masak nasi sekarang jauh lebih mudah sejak ditemukannya rice cooker. Seperti ibu-ibu perkotaan lainnya (meskipun aku tinggal di kampung :D), aku juga masak nasi dengan rice cooker. Sayangnya, saat beras sudah siap dimasukkan ke dalam rice cooker, eeeeeh… mati listrik!

Monday, October 1, 2012

Pemenang Giveaway Novel Cinderella Syndrome

Menyempatkan diri untuk posting pengumuman ini, mumpung dede bayi sedang tidur. Mohon maaf kepada semua peserta, jika pengumumannya agak lama, karena saya baru saja melahirkan putra ketiga.

Pertama-tama (kayak pidato ajah), terima kasih atas keikutsertaannya. Semua ceritanya bagus, sampai bingung milihnya. Kayaknya bisa dibuat novel sendiri tuh, hehehe.... Tapi... bagaimanapun, harus dipilih tiga pemenang, karena saya hanya punya tiga hadiah. 

Saturday, September 15, 2012

Bekerja antara Passion dan Kewajiban

Saya ingin... sehari saja menulis tanpa gangguan.
Tapi... benarkah ada (hari itu)?
Tidak pernah ada sejak saya memiliki anak-anak yang tak pernah lepas dari saya, sedetik pun.
Anak-anak yang selalu berlarian wara-wiri di belakang saya, mengganggu konsentrasi dalam menulis.
Seperti hari ini, yang baru saja terjadi.
Melihat jam di dinding baru jam sepuluh. Usai mengantar sekolah anak-anak, rasanya ini waktu yang tepat untuk mengetik.
Buka komputer, internet lemot. Duuh.. benar-benar menguji kesabaran.
Seperti biasa, anak-anak berlarian di belakang saya. Keduanya sedang sakit, tapi tetap aktif. Masalahnya, karena sedang sakit, saking asyik bercandanya, mereka batuk-batuk lalu... muntah. Muntah DI MANA-MANA. Lantai, kasur.
Saya hanya bisa mengembuskan napas.

Damai Bersama Al Quran


DAMAI BERSAMA AL QURAN

Interaksi pertama saya bersama Al Quran dimulai ketika saya sudah menyelesaikan iqro enam. Saya  lupa kapan tepatnya,  kira-kira saat saya masih SD. Setiap selesai salat Magrib, saya dibiasakan untuk mengaji bersama-sama keluarga. Bukan tadarusan, tapi mengaji sendiri-sendiri, hanya waktunya bersamaan. Ketika SMA, saya sempat jauh dari Al Quran karena pulang sekolah selalu kemalaman. Saya sekolah siang. Saat itu tubuh rasanya sudah letih sekali sehingga tidak sempat membaca Al Quran. Akhirnya saya hanya bisa mengaji seminggu sekali.

Thursday, September 13, 2012

Cerpen: Forever Jomblo


FOREVER JOMBLO
(Leyla Imtichanah)

“Gue jadi ingat omongan guru Matematik gue pas kelas dua SMA dulu. Katanya, kalau udah kelas dua SMA belum punya pacar juga, alamat kagak laku selamanya!” kata Tami, sambil mengaduk-aduk es teh manisnya.
“Wis! Sadis amat! Ya nggak gitu, dong! Selama ini gue belum pernah pacaran bukan karena nggak laku, tapi emang nggak mau!” Dini protes.
“Iya, gue juga.” Ati ikut bicara.

Puisi-Puisi Cinta (yang katanya bikinan) Ku

Bongkar-bongkar file di multiplyku, baru sadar kalau aku pernah posting puisi. Tapi, aku benar-benar lupa kapan bikinnya. Apa benar aku yang bikin? Wkwkwkwk.... Ya sudahlah... sebelum MP ditutup, pindahin dulu ke sini, takutnya hilang dan gak ada filenya di komputer. 



Daftar Peserta Giveaway Novel Cinderella Syndrome

Cinderella Syndrome, Ssalsabila, 2012
Alhamdulillah, terima kasih teman-teman yang sudah mengikuti even giveaway Novel Cinderella Syndrome. Mohon maaf karena waktu penyelenggarannya yang teramat singkat, sehingga ada yang ketinggalan info dan tidak bisa mengikuti even ini. 

Wednesday, September 12, 2012

Seandainya Binatang-Binatang Itu Dapat Berbicara Bahasa Manusia


Kamu sudah pernah menonton film kartun Happy Feet? Film yang cukup terkenal itu mengisahkan tentang Mumble, seekor penguin yang bisa menari, tapi tidak bisa menyanyi. Alhasil, ia menjadi pecundang. Meskipun tariannya bagus, rasanya percuma kalau tidak didukung dengan suara yang oke. Demi menghapus kesedihannya, Mumble pun memilih meningggalkan rumahnya dengan tujuan mulia; mencari ikan yang akhir-akhir ini sulit didapatkan.

Kenangan Lebaran 2012


Kalau saja tidak ada even giveaway dari Bunda Sumiyati, mungkin aku akan melewatkan begitu saja momen spesial lebaran kemarin. Bukan semata karena hadiahnya, meskipun tentu aku senang bila dapat hadiahnya. Melainkan karena tema giveawaynya yang luput dari pikiranku, padahal cukup berkesan untuk dituliskan; kenangan saat lebaran (2012) kemarin. Menuliskan kenangan ini, selain untuk mengisi waktu menjelang detik-detik melahirkan, juga agar blogku tetap terisi tulisan, mengingat sebentar lagi melahirkan. Minggu-minggu pertama usai melahirkan, kemungkinan blogku sepi tulisan :D

Monday, September 10, 2012

Ketika Cinta Itu Datang, The Reviving Moment


Seorang gadis pemimpi yang mendambakan cinta….
Ya, itulah aku, sejak memasuki masa pubertas.
Berkali-kali jatuh cinta pada “cowok” dan  berkali-kali pula gigit bibir. Kisah gagalku itu telah berkali-kali kutuliskan di dalam novel, untung tidak semuanya diterbitkan. Kalau iya, terbaca deh tipe cewek macam apa aku ini. Demen naksir, sering ditolak :D

Saturday, September 8, 2012

Sedekah Lebih Mudah Melalui Penggalangan Dana Online dengan Marimembantu.Org


Membaca sebuah berita di salah satu situs berita online, membuat saya mengurut dada. Seorang ibu hamil, meninggal karena pendarahan di emperan sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Rumah sakit tak mau segera menanganinya, karena tidak ada penjamin. Pria tak dikenal yang mengantarnya—sebelum melarikan diri—bercerita bahwa ia sudah mengantar ibu itu ke dukun beranak dan bidan, tetapi semua menolak membantu persalinannya karena terjadi pendarahan hebat.

Wednesday, September 5, 2012

Saatnya Untuk Ng-ASI Lagi


Kupandangi wajahnya yang lelap tidur. Rambutnya ikal, tak mirip rambut ayah dan mamanya yang lurus. Ia memang lebih mirip kakeknya dari pihak ibu, alias mirip ayahku. Lahir 4,5 tahun lalu, pada tanggal 11 Desember 2007. Masih kuingat betapa sakitnya melahirkan putra pertamaku itu, yang diberi nama oleh ayahnya; Ahmad Ismail Haniya. Malam itu, aku hanya merasa kontraksi sedikit-sedikit. Neneknya sudah khawatir bukan main dan segera mengantarku ke bidan. Kata bidan, baru pembukaan satu. Untuk mempercepat kontraksi, aku diinfus mulas. Andai saja dulu aku tahu sakitnya diinfus daripada mulas alami, tak akan kusetujui saran bidan. Aku benar-benar buta soal hamil dan melahirkan. Hanya berbekal informasi dari bidan dan pengalaman ibu mertua, karena ibu kandungku sudah meninggal. 

Thursday, August 30, 2012

Giveaway Novel Cinderella Syndrome

Novel Cinderella Syndrome.





Di tengah keterbatasan saya, novel ini terbit. Penantian yang cukup panjang dari mulai penulisan sampai penerbitan. Ditulis saat saya masih lajang, 7 tahun lalu. Menemukan jodoh penerbit, setahun lalu. Dan baru masuk ke toko buku tahun ini. Alhamdulillah. Meskipun sedang menunggu hari perkiraan lahir anak ketiga, 19 September, saya sempatkan untuk membagi-bagikan tiga eksemplar novel Cinderella Syndrome. Daripada bukti terbitnya hanya menumpuk di rak buku saya, hehehe....

Tapiiii berhubung bukti terbitnya hanya diberikan 10 eksemplar, maka tidak semua orang bisa kebagian. Beli dunk di toko buku ;p Tiga eksemplar tentu saja buat tiga teman penulis yang sudah memberikan endorsers. Tiga eksemplar lagi akan saya berikan untuk tiga orang beruntung yang jawabannya paling memuaskan saya pada even giveaway ini.

Btw, Cinderella Syndrome itu apa? Novel ini terlahir usai saya membaca buku psikologi yang mengupas tentang Cinderella Syndrome; sebuah penyakit psikis yang menimpa para wanita lajang, yang merasa bahwa hidupnya akan selamat, sejahtera, dan makmur kalau menikah. Tentu bukan menikah dengan lelaki sembarangan, melainkan lelaki seperti pangeran pasangan Cinderella. Lelaki penyelamat yang mapan dan tampan. Hadeeeeuuuu..... 

Dari hasil imajinasi, terlahirlah tiga tokoh utama dengan karakter masing-masing;

Erika, 30 tahun. Wanita karier sukses yang tidak mau menikah seumur hidupnya karena ada trauma masa kecil yang sulit dihilangkan. Namun, ia tiba pada pilihan harus menikah, karena hanya dengan menikahlah ia bisa terlepas  dari masalah yang sedang membelitnya. 
Annisa, 28 tahun, seorang guru TK dengan gaji pas-pasan, yang merasa dirinya seorang pecundang. Karier gak beres, jodoh pun tak ada. Hingga ia jatuh cinta pada seorang duda, ayah dari seorang muridnya, yang sepertinya juga menaruh hati kepadanya. 
Violet, 25 tahun, seorang penulis yang jarang keluar rumah, hingga menjadi amat manja dan tidak bisa bepergian ke mana-mana sendirian. Ia harus mengajak teman atau  ibunya kalau tidak ingin tersesat. Terpikir untuk menikah supaya punya pengawal pribadi yang siap mengantarnya ke mana-mana. 

Bagaimana kisah yang terjalin di antara ketiga tokoh itu? Ada di dalam novel ini. Sebagai penulisnya, aneh juga kalau saya sendiri yang menceritakan kelebihan novel ini, hehehe..... 
Mau dapat novel ini plus hadiah lebaran dari saya?

Pilih salah satu dari tokoh di atas, dan ceritakan dengan imajinasi Anda sendiri, apa yang terjadi pada tokoh yang Anda pilih itu ketika mereka mendapatkan calon suami yang dianggap sebagai pangeran si Cinderella? 
Ceritanya bebas. Tidak perlu mencari jawabnya di novel ini, karena yang saya inginkan adalah jawaban karangan Anda sendiri. Okeeeey.... sekalian belajar nulis novel ^_^

Hadiah untuk tiga pemenang, masing-masing mendapatkan satu eksemplar novel Cinderella Syndrome dan Jilbab Syiria/ Pashmina. 

Deadline, 10 September 2012. Berhubung mau melahirkan, jadi cepat-cepat saja deadlinenya biar beres semua. 

Persyaratan teknis: 
1. Jawaban ditulis di blog pribadi, dengan judul Giveaway Novel Cinderella Syndrome, Leyla Hana. Link blog dituliskan di kolom komentar di postingan ini.
2. Follow twitter @leylahana dan like fanpage Leyla Hana. Lalu, tautkan link blog yang berisi postingan Anda di twitter dan dimention ke @leylahana. Tuliskan juga linknya di fanpage Leyla Hana.
3. Bagi yang tidak punya twitter, tetap boleh ikutan dengan memposting link b log yang berisi tulisan Anda di status facebook Anda, dan ditag ke Pages Leyla Hana.
4. Tulisan berbentuk SINOPSIS CERITA. Jumlah kata tidak dibatasi.
5. Sertakan kover novel Cinderella Syndrome di dalam tulisan, bisa didownload dari postingan ini.
6. Siapa pun boleh ikut, gak mesti cewek dan gak mesti lajang. Yang sudah nikah pun boleh ikutan. 
7. Bagi para pemenang, alamat pengiriman Indonesia yah. 

Ditunggu partisipasinya yaaah....

Novel Cinderella Syndrome sudah bisa didapatkan di toko buku-toko buku terkemuka.
Penerbit: Salsabila, Pustaka Al Kautsar.
Harga   : Rp 33.000
Pemesanan via  online: www.kautsar.co.id



Wednesday, August 8, 2012

Suka Duka Naik Mobil Second-Hand


Kebutuhan akan mobil sudah tidak dapat dielakkan lagi oleh keluarga kami.  Punya dua anak yang masih kecil, ditambah dengan calon anak ketigaku yang sebentar lagi lahir, membuat sepeda motor suamiku tak dapat diandalkan untuk membawa kami berlima. Terlebih, kami tinggal di perumahan yang cukup jauh dari kota. Kalau mau ke kota,  harus menempuh perjalanan minimal 1,5 jam. Sudah banyak pengalaman tidak mengenakkan selama berkendara dengan motor. Jika matahari sedang terik, aku harus bersusah payah menutup kepala dan tubuh anak-anakku dari sengatan matahari. Terlebih kalau jalanan sedang macet. Kasihan, anak-anak jadi rewel karena tidak tahan dengan panas matahari.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...