Wednesday, November 16, 2011

RESENSI FILM: A Longesth Night in Shanghai

Adegan dibuka dengan penampilan seorang lelaki Jepang , Mitzusiwa, yang bekerja sebagai penata rias, sedang berada di Shanghai, Cina. Syukurlah, ternyata penata rias  yang satu ini tidak gay atau homo, malahan terlihat gagah dengan jas hitam yang membalut tubuhnya. Dia sedang bertugas menata rias para penyanyi Jepang yang diundang menghadiri Anugerah Musik Asia, di Shanghai. Naasnya, dia tertinggal rombongan dan tersasar di belantara kota Shanghai.

Saat sedang bingung, tanpa sadar dia berada di tengah jalan, dan ditabrak sebuah taksi yang dikendarai seorang supir wanita, Lin Xi (diperankan oleh Vicky Zhao). Untung tidak terluka, meskipun pingsan. Karena merasa bersalah, Lin Xi memberikan tumpangan kepada Mitzusiwa. Sayangnya, Mitzusiwa tidak bisa berbahasa Mandarin, dan Lin Xi tidak bisa berbahasa Inggris. Kacau, kan? Mereka ngobrol, yang satu pakai bahasa Jepang, yang satu lagi Mandarin. Memang tidak nyambung, yang penting hepi.  Mitzusiwa tidak tahu harus ke mana, ia berusaha mengingat nama hotel tempatnya transit, tapi tidak bisa karena menggunakan bahasa Mandarin.

Di tengah jalan, Lin Xi mendapat telepon dari sahabatnya, Tong Tong, yang mengabarkan bahwa Tong Tong akan menikah besok. Lin Xi terpukul, karena sebenarnya ia jatuh cinta kepada Tong Tong. Lin Xi, yang berpenampilan seperti seorang laki-laki, memutuskan untuk pulang ke rumah dan memindahkan Mitzusiwa ke taksi lain. Ternyata Mitzu tidak punya uang. Tas dan handphonenya hilang entah di mana. Lin Xi pun mengantar Mitzu ke sebuah hotel. Berhubung tidak punya uang, hotel itu pun menolak menerima Mitzu. Semula, Lin Xi bersikap cuek, ia pergi meninggalkan Mitzu. Di tengah jalan, rasa kemanusiaannya tergugah. Ia pun kembali lagi untuk menjemput Lin Xi.

Sebagaimana judulnya, adegan di film ini memang kebanyakan bersetting malam hari. Setelah menginap semalam di rumah Lin Xi, esok malamnya, Mitzu diantar ke kantor polisi. Lagi-lagi Mitzu kembali kepada Lin Xi dan Lin Xi terpaksa menerima Mitzu. Lin Xi sebenarnya sedang gamang karena Tong Tong akan menikah dengan gadis lain. Seharusnya sedari dulu dia mengungkapkan isi hatinya kepada Tong Tong. Mitzu sendiri juga punya masalah terhadap kisah cintanya dengan gadis Jepang yang adalah rekan kerjanya. Percintaan mereka terasa hambar. Sepanjang malam itu di dalam taksi, Mitzu dan Lin Zi mengobrol dengan dua bahasa, sampai keduanya sedikit-sedikit memahami bahasa masing-masing.  Lin Xi minta diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, apa artinya, “Apakah kau mencintaiku? Dan, Aku mencintaimu.” Mereka lalu berhenti di sebuah jalan yang sepi, turun dari taksi, dan Lin Xi belajar menulis dalam bahasa Jepang, kata-kata yang diajarkan Mitzu.

Apakah kau mencintaiku? Aku mencintaimu.

Kemudian, Lin Xi menabrakkan taksinya ke tiang listrik, dan menelepon Tong Tong, minta diperbaiki. Tong Tong memang seorang montir. Ternyata itu hanya trik Lin Xi agar Tong Tong datang, dan Lin Xi pun mengucapkan dua kalimat di atas dalam bahasa Jepang. Tentu saja Tong Tong tak mengerti, tetapi Lin Xi sudah merasa lega. Setidaknya ia sudah mengucapkan isi hatinya kepada Tong Tong. Sayangnya, hanya Mitzu yang mengerti.

Lalu, bagaimanakah akhir kisah Lin Xi dan Mitzu?

Ini film komedi romantic yang bisa memberikan inspirasi bagi teman-teman yan ingin menulis novel bergenre serupa. Kelucuan terjadi saat Lin Xi dan Mitzu saling berbicara dalam bahasa yang berbeda. Meski romantic, nyaris tidak ada adegan vulgar, seperti hot kiss, dan sebagainya di dalam film ini, sebab film ditutup dengan Mitzu memermak penampilan Lin Xi yang semula tomboy menjadi feminin. Sayangnya, kisah cewek tomboy yang berubah feminine, agak klise ya. Banyak film dan novel yang mengangkatnya. Karakter Lin Xi sudah banyak yang mengangkat. Tapi, karakter Mitzu, bolehlah. Sebagai lelaki penata rias yang tampan dan kalem. Meski, agak aneh juga, karena biasanya lelaki penata rias itu gay dan bersikap seperti wanita. Tadinya saya pikir Mitzu  ini seorang penyanyi atau artis yang diundang dalam Anugerah Musik Asia itu. Apa pun, film ini lumayan juga buat hiburan saat mood untuk menulis sedang menguap. 

No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...