Saya dan Bapak |
“Tidak.”
Terlihat sekali Pak
Dokter kesulitan meresepkan obat yang terjangkau oleh keuangan bapak saya, tanpa adanya perlindungan asuransi.
“Ini pengobatannya akan
lama. Sepertinya Bapak akan bergantung pada obat. Penyakitnya sudah kronis.
Kalau pakai asuransi kan enak. Uang untuk obat bisa digunakan untuk keperluan
lain. Lumayan kan tiap berkunjung menghabiskan ratusan ribu,” Dokter
menjelaskan.
Saat itulah, saya yang
kebagian menemani Bapak memeriksakan kesehatannya di rumah sakit, semakin
menyadari pentingnya perlindungan kesehatan bagi keluarga, terlebih di masa
tua. Bapak saya divonis terkena penyakit diabetes dan tekanan darah tinggi yang
terjadi karena kesalahan pola makan. Kalau dari garis keturunan, tidak ada
keluarga Bapak yang terkena diabetes. Beberapa tahun belakangan, Bapak suka
mengonsumsi makanan yang manis-manis. Saya ingat kalau berbuka puasa, dia bisa minum
lebih dari tiga gelas besar sirup.
Kejadian kemarin bukan
kejadian pertama yang mengingatkan saya mengenai perlindungan kesehatan,
terutama di masa tua. Dulu, tetangga saya juga kesulitan memperoleh biaya
berobat untuk ibunya yang terkena stroke dan harus dirawat di rumah sakit
dengan biaya sehari Rp 1 juta. Lalu, teman suami saya menawarkan rumah kakeknya
yang dijual untuk membiayai pengobatan sang kakek yang katanya bisa
menghabiskan dana ratusan juta.
Tak ada orang yang
ingin sakit, apalagi sakit berat. Semua pasti ingin merasakan kondisi tubuh
yang enak, nyaman, dan terbebas dari rasa sakit. Tak heran, orang dengan
penyakit kronis cenderung akan menempuh jalan apa pun demi mengobati
penyakitnya, sekalipun itu tidak logis. Masih ingat dengan dukun cilik, Ponari,
yang konon bisa mengobati sakit dengan perantara batu? Berbondong-bondong orang
datang kepadanya untuk minta diobati, karena Ponari hanya meminta biaya
seikhlasnya.
Kondisi ekonomi yang
kurang mampu, menyebabkan orang kesulitan berobat ke rumah sakit. Sekali berobat
di rumah sakit swasta, bisa menghabiskan uang minimal Rp 300 ribu. Itupun sudah
menggunakan resep obat generik. Jika dirawat, sehari bisa Rp 1 juta (sudah
dengan dokter dan obat), tergantung jenis penyakitnya. Dalam kondisi ekonomi
yang pertengahan semacam bapak saya, tidak mungkin mengurus kartu Jamkesmas
(Jaminan Kesehatan Masyarakat). Kami bukan keluarga miskin, tetapi juga akan
kelimpungan bila membiayai semua pengeluaran rumah sakit dari kantong sendiri.
Gaya
Hidup Sehat untuk Akhir yang Baik
Ada-ada saja penyakit
zaman sekarang ini. Masih muda saja sudah sakit. Teman kantor suami saya, meninggal di usia 40 tahun karena
serangan jantung. Rasanya jadi aneh kalau mendengar ada orang yang masih hidup
di usia 40 tahun, seperti orang tua si bibi (pembantu rumah tangga yang bekerja
di rumah saya). Bahkan beliau masih bisa berkebun. Hebat, kan? Bandingkan
dengan orang-orang dari kelompok menengah ke atas, baru berusia 50 tahun saja
(seperti bapak saya), sudah terkena beraneka ragam penyakit. Membandingkan
kesehatan keduanya, tentu juga harus membandingkan gaya hidupnya. Memang ada
perbedaan yang drastis di antara keduanya:
- Makanan Alami: Orang-orang kampung, makananannya lebih alami. Sebagian besar hasil tanam dan beternak sendiri. Keluarga si bibi juga menanam sayur sendiri (walau tidak semua jenis sayuran), juga memelihara ayam dan kambing yang diberi makanan alami (rumput dari daerah sekitar). Bandingkan dengan orang kota yang semuanya mesti beli dari hasil perkebunan dan peternakan massal. Bukan rahasia lagi kalau pertanian dan perkebunan massal menggunakan Pestisida (racun serangga) untuk melindungi tanaman. Pestisida itu menempel pada sayuran dan buah-buahan, sehingga harus dibersihkan benar-benar. Itupun belum tentu bisa bersih sepenuhnya. Ada pilihan sayuran yang tidak memakai Pestisida, tapi harganya sangat mahal. Begitu juga dengan hewan ternak. Ayam kampung memang tersedia, tapi harganya dua kali lipat daripada ayam broiler (ayam yang menggunakan hormone pertumbuhan supaya cepat besar). Sedangkan harga ayam broiler saja sedang melambung tinggi. Mau menanam sendiri, tidak ada lahan yang tersedia. Kebanyakan tinggal di kompleks perumahan dengan lahan terbatas.
- Makan Berlebihan: Orang-orang kota juga cenderung mengonsumsi makanan lebih banyak daripada orang kampung. Pilihan makanannya pun tidak mendukung gaya hidup sehat, tinggi kalori, dan tinggi gula. Ya, memang enak sih, tapi tabungan penyakitnya juga banyak. Kolesterol, asam urat, diabetes, tekanan darah tinggi, sampai kanker.
- Aktivitas Fisik: Bapak saya juga dinasihati oleh dokter agar memperbanyak berolahraga. Kenyataannya memang beliau tidak pernah berolahraga, terlebih setelah pensiun. Ke luar rumah pun tidak, kecuali terpaksa. Otomatis jadi kurang menghirup udara segar. Aktivitas orang-orang perkantoran sangat minim aktivitas fisik. Kebanyakan hanya duduk di depan komputer, dan sesekali berdiri untuk ambil minum atau ke toilet. Lain dengan orang kampung, terutama yang berativitas di kebun dan kandang, pergerakan tubuhnya lebih banyak. Walaupun tidak berolahraga dalam bentuk gerakan-gerakan beraturan, tetapi jantung terus memompa optimal dengan adanya pergerakan fisik yang banyak.
Apakah sulit
mendapatkan kesehatan? Gaya hidup sehat sebenarnya tidak sulit, asal mau
bersungguh-sungguh melakukannya. Berikut tips-tipsnya:
- Pilih makanan yang tidak mengandung bahan pengawet, pewarna makanan berbahaya, dan pemanis buatan.
- Cuci bersih sayur mayur
dengan air hangat yang mengalir untuk meminimalisir kandungan Pestisida.
Petani sedang menyiram sayuran dengan Pestisida - Batasi mengonsumsi ayam broiler, ganti dengan ikan segar. Ikan pun tak terhindarkan dari pegawet berformalin, jadi harus pandai-pandai memilihnya.
- Kurangi konsumsi makanan berlemak, karena berpotensi meningkatkan serangan jantung.
- Kurangi pemakaian garam dan MSG (penyedap rasa) dalam pengolahan makanan, karena berpotensi meningkatkan serangan hipertensi.
- Kurangi mengonsumsi
gula, karena berpotensi meningkatkan serangan diabetes.
Di antara penyebab diabetes - Olahraga teratur dan sering jalan-jalan menghirup udara segar. Di daerah perkotaan seperti Jakarta, jalan-jalan sehat bisa ke daerah Bogor (Kebun Raya Bogor). Di daerah perkotaan lain, tentu ada daerah pinggir kota yang menawarkan udara segar dari pepohonan rindang.
Pentingnya
Perlindungan Kesehatan Bagi Keluarga Melalui Produk Asuransi Kesehatan
Namun, datangnya
penyakit bisa tak terduga. Sekalipun kita sudah berusaha hidup sehat, bukan
tidak mungkin terkena penyakit. Kita memerlukan perlindungan kesehatan dalam
bentuk biaya rawat jalan dan rawat inap, salah satunya melalui jasa asuransi. Beberapa
perusahaan memberikan tunjangan asuransi bagi karyawannya, beberapa yang
lainnya tidak. Tunjangan asuransi pun sering kali terbatas, misalnya hanya
untuk dua anak. Otomatis, anak ketiga dan seterusnya, perlu dilindungi oleh
asuransi lain.
Selamat berkompetisi mbak... semoga menang. Tulisannya cukup detil, mbak. Keren.
ReplyDeleteMakasih, mba. aamiin... :-)
DeletePerlu memang perlindungan kesehatan untuk anggota keluarga mbak... aku setuju. Tapi menjaga pola hidup sehat itu juga tak kalah penting.
ReplyDeleteDua-duanya penting, Mba :-)
Deletelanjut terus mbak ell..... :)
ReplyDeleteLanjut ke mana? :D
Deletesemoga menang mbak :)
ReplyDeleteAamiin :-)
DeleteSemoga menang ya... artikel lengkap dan enak dibaca :)
ReplyDeleteAamiin.. makasih, Mba Santi :-)
Delete