Wednesday, September 9, 2015

From Allah to Allah: Rezeki Itu Milik Allah

https://www.pinterest.com/pin/309552174360631780/
Sumber: Pinterest
"Saya nggak mau jadi ibu rumah tangga saja. Kalau suami meninggal atau kita bercerai, gimana? Siapa yang kasih makan saya dan anak-anak? Istri itu harus mandiri finansial supaya bisa punya uang untuk jaga-jaga kalau ada apa-apa dengan suami." 


Seketika, kalimat itu buyar kala saya berhadapan dengan seorang wanita berusia 47 tahun yang datang ke rumah saya untuk mengisi pengajian. Wanita bersahaja itu datang jauh-jauh, cukup jauh dari komplek perumahan tempat tinggal saya, untuk memberi pengajian secara gratis. Ingat, gratis lho.... Nggak ada bayaran sepeser pun kecuali sajian makan siang yang saya berikan. Dia datang untuk menggantikan guru ngaji saya yang berhalangan. Sambil menunggu teman-teman lain, kami ngobrol-ngobrol.

"Coba tebak, anak saya berapa, Bu?" tanyanya, ketika kami sedang ngobrol soal anak-anak. Saya sedikit mengeluhkan kondisi rumah yang berantakan karena anak-anak nggak bisa diam, lalu dia memaklumkan. Namanya juga anak-anak. Dia sudah berpengalaman karena anaknya lebih banyak dari saya.
"Ehm... empat?" (pikir saya, paling-paling cuma selisih satu).
"Masih jauh...."
"Tujuh...."
"Kurang... yang benar, delapan."
Mata saya membelalak. Masya Allah! DELAPAN?!
"Itu masih kurang, Bu. Ustazah Yoyoh (almarhumah Yoyoh Yusroh, mantan anggota DPR) saja anaknya 13. Jadi, saya ini belum ada apa-apanya," katanya, merendah. 

Setelah itu, mengalirlah cerita-ceritanya mengenai anak-anaknya sampai teman-teman saya datang dan acara mengaji pun dimulai. Di sela pengajian, wanita itu bercerita mengenai keluarganya. Dari situ saya baru tahu kalau suaminya sudah meninggal dunia! Meninggal karena kecelakaan motor, meninggalkan istri dan delapan anak, yang terkecil berusia 2,5 tahun dan sang istri, ya... wanita itu... seorang IBU RUMAH TANGGA. 

Ibu rumah tangga di sini maksudnya nggak kerja kantoran, tapi juga bukan pengangguran. Beliau aktif mengisi pengajian. Lalu, bagaimana kehidupannya setelah suaminya meninggal? Beliau nggak punya gaji, nggak kerja kantoran. Coba, gimana? Apa beliau lalu sengsara dan anak-anaknya putus sekolah? No. no, no....

Kalau saya mengingat kalimat pembuka di atas kok kayaknya mustahil ya seorang ibu yang nggak bekerja dan suaminya meninggal dunia, bisa bertahan hidup dengan delapan anak dan anak-anaknya bisa tetap kuliah. Mustahil itu... NGGAK MUNGKIN! 

"Bagi Allah, nggak ada yang nggak mungkin, Bu. Asal kita percaya sama Allah. Allah yang kasih rezeki, kan? Percaya saja sama Allah. Saya cuma yakin bahwa semua yang saya dapatkan selama ini adalah karena kebaikan-kebaikan saya dan suami semasa hidup. Saya cuma berbagi pengalaman ya, Bu, bukan mau riya. Memang, suami saya dulu itu orangnya pemurah. Kalau ada yang minta bantuan, dia akan kasih walaupun dia uangnya pas-pasan. Alhamdulillah, Allah kasih ganti. Sewaktu suami masih hidup, kami hidup sederhana. Rezeki suami itu dibagi ke orang-orang juga, padahal anak kami ada delapan. Suami nggak takut kekurangan....."

Kami menahan napas.....

"Hingga suami saya meninggal dunia... uang duka yang kami dapatkan itu... Masya Allah... jumlahnya 100 juta. Padahal, suami saya itu biasa-biasa saja, bukan orang penting. Uang itu langsung dibuat biaya pemakaman, tabungan pendidikan anak, dan sisanya renovasi rumah yang mau ambruk."

Dengar uang 100 juta dari uang duka saja, saya sudah kagum. 

"Saat renovasi rumah, saya serahkan saja ke tukangnya. Dia bilang, uangnya kurang. Saya lillahi ta'ala saja. Yang penting atap rumah nggak ambruk, karena memang kondisinya sudah memprihatinkan. Khawatirnya anak-anak ketimpa atap....."

Saya membayangkan, keajaiban apa lagi yang didapatkan oleh wanita itu?

"Nggak disangka. Begitu orang-orang tau kalau saya sedang renovasi rumah, mereka menyumbang. Bukan ratusan ribu, tapi puluhan juta! Sampai terkumpul 100 juta lagi dan rumah saya seperti bisa dilihat sekarang.... Sampai hari ini, saya masih dapat transferan uang dari mana-mana, Bu-Ibu. Saya nggak tau dari siapa aja karena mereka nggak bilang. Saya juga udah nggak pernah beli beras lagi sejak suami meninggal. Selalu ada yang kasih beras."

Duh, nggak bisa nahan airmata deh jadinya....

Apa rahasianya?

"Berbuat baik kepada siapa saja, sekecil apa pun. Insya Allah ada balasannya. Rezeki itu milik Allah. Kalau Allah berkehendak, Dia akan kasih dari mana pun asalnya...." tutupnya. 

Rezeki itu milik Allah, siapa pun tidak boleh takabur. Bekerja bukanlah sarana menyombongkan diri bahwa hidup kita bakal terjamin karena bekerja. Yang menjamin hidup kita adalah Allah. Bekerja diniatkan untuk ibadah. Pembuka rezeki bisa datang dari mana saja, salah satunya dari berbuat kebaikan sekecil apa pun. Ucapan, "Kalau suami meninggal atau bercerai, siapa yang kasih makan saya dan anak-anak?" itu sama saja dengan sirik, atau menduakan Allah. Menganggap diri kita super, dengan kita bekerja, maka rezeki terjamin. Padahal, Allah yang kasih rezeki. Jika dulu Allah kasih rezeki melalui suami, besok Allah kasih lewat jalan lain. From Allah to Allah. 



 

84 comments:

  1. Masya Allah... super banget ya mbak. Bener deh kalau yakin dan percaya 100% rejeki itu sudah ditanggung Allah, kita akan nyantai ya ngejalaninnya. Usaha tetep perlu, tapi datangnya rejeki siapa yang tau dari mana :)

    ReplyDelete
  2. Allahu akbar aku juga sering takut mikirin kalau tiba2 suami dipanggil Tuhan mbak sementara keuangan bergantung sepenuhnya pada suami jadi gak perlu cemas ya krn rejeki Allah yg jamin

    ReplyDelete
  3. Memang itu menakjubkan, akan tetapi apakah enak/baik jika hidup hanya dari dikasihani orang? Allah menyukai orang yang bekerja dan makan dari hasil keringatnya sendiri. Itu lebih mulia menurut saya daripada dipandang tidak mampu dan terus dikasihani.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya rasa bukan dikasihani ya, karena ibu itu tidak minta dikasihani. Ini balasan dari kebaikan suaminya dulu yg selalu membantu orang2 yg minta bantuan. Ngomong2, kalo komen pake nama supaya gak kayak pengecut gitu, komen anonim :-)

      Delete
    2. Ibu ini bekerja kok, bekerja untuk Allah seperti ngasih pengajian gratis itu :-) koreksi dulu makna bekerja itu apa?

      Delete
    3. iya aku sangat setuju, wallahu a’lam bisa jadi krn usaha dakwah ibunya itu jadi rejeki mereka langsung Allah yang kasih.. pernah dirasakan alm.ayah saya yg pensiun dini malah ikut pengajian dakwah, dikasat mata nekat krn udah gak ada mata pencaharian duniawi, tapi ternyata rejeki itu selalu ada dan cukup

      Delete
    4. Iyah nih.. sy ga suka bgt kata di kasihani nya. Krn ga ngemis. Bs jd loh uang transferan itu lgsg dr Allah lwt malaikat jibril meski berwujud transferan manusia. ALLAH maha Tau. Semua anak terlahir dgn rejekinya. Meskipun misal suaminya bukan org baik tiap anak pasti pny rejeki.. mudah2an cerita ini membawa kebaikan bukan utk org2 yg dangkal

      Delete
  4. Masya Allah, barakallah utk ibu itu dan kita semua yah mba...selalu ada kemudahan di balik kesulitan, makasih tulisannya mba

    ReplyDelete
  5. Hasbunallah w ni'mal Wakil. Hanya Allah SWT satu-satunya penolong dan tempat kami bersandar. Terima kasih mba Leyla sharingnya. Sangat bermanfaat buat saya, yang lagi galau karena omongan orang. Tapi lillahita'ala, semua kembali pada Allah. Selalu ada pertolongan Allah SWT. aamiin

    ReplyDelete
  6. Allah selalu menyediakan berkatNya dg caranya yg ajaib.itu jg saya alami mak tiap abis ambil uang dr ATM Allah selalu ganto dg jumlah yg sama.

    ReplyDelete
  7. Setuju bgt mba. Aku ga pernah setuju dg kalimat perempuan bekerja supaya kalo ada apa2 sama suaminya dia bisa tetap srvive. Karena pemberi rezeki bkn perusahaan tp Allah.

    ReplyDelete
  8. Setuju bgt mba. Aku ga pernah setuju dg kalimat perempuan bekerja supaya kalo ada apa2 sama suaminya dia bisa tetap srvive. Karena pemberi rezeki bkn perusahaan tp Allah.

    ReplyDelete
  9. Masya Allah. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus ya mbak. Dan keyakinan yang terpenting :')

    ReplyDelete
  10. Subhanallah.... inspiratif bgt mbak... yaa...kita milik allah dan alam semesta ini milik allah, sgt mudah bagi allah menjamin rezeki bg setiap makhluknya...mksh sangat mbak :)

    ReplyDelete
  11. Rezeki Allah amat luas & tak terduga.

    ReplyDelete
  12. Kuasa Allah memang mengagumkan, ibadah spt tabungan kita untuk kemudian hari. Mudah2n sya bsa lbh tawadhu jg dlm beribadah.

    ReplyDelete
  13. Selalu ada jalan ya Mbak, postingan yang sangat bermanfaat Mbak ^^

    ReplyDelete
  14. Subhanallah...perdagangan dengan Allah memang nggak akan merugi.

    ReplyDelete
  15. Tapi uang duka 100 jt trus gimana anak 8 suami ngga ada uang duka?

    ReplyDelete
  16. Allahu akbar. Menahan nafas bacanya Mak, ikut mbrebes.
    Pelajaran yg luar biasa. Harus berbuat baik kapanpun dimanapun.
    Jadi inget satu quote yg sy baca di fb: Rezeki sudah ada yg ngatur. Deketi aja yg ngaturnya.

    ReplyDelete
  17. Allohu akbar.. rezeki itu urusan Alloh.. suami hanya jalannya.. haru banget saya bacanya mak

    ReplyDelete
  18. makasih ya mba, tulisannya adem banget..
    semoga banyak yang nangkep jelas maksud tulisan ini, bukan cuma baca paragraf awal lalu bikin "benteng" buat diri sendiri :)

    ReplyDelete
  19. Masya Allah mak, nangis bacanya.
    Terima kasih sudah berbagi hikmah.
    Sehebat apapun usaha kita, setinggi apapun jabatan kita, Sang Pemberi Rejeki tetap Allah Azza Wa Jalla.

    ReplyDelete
  20. Masya Allah...jadi ingat almarhumah eyang saya yang juga memiliki 8 anak dan ditinggal eyang kakung (meninggal) ketika anak-anak masih kecil2. Eyang putri cuma guru SD dan hidup serba kekurangan. Meski hidup sederhana tapi eyang juga memiliki beberapa anak asuh dan masih tetap memberikan bantuan pd saudara2nya yang kekurangan. Alhamdulillah semua putra-putrinya sekarang bisa menjadi "orang". Kekuatan berbagi dan selalu berbuat baik itu memang dahsyat. Itu juga yg menjadi pegangan teguh buat saya.
    Kisahnya inspiratif, mb Leyla...semoga Ibu itu selalu diberi kekuatan oleh Allah SWT..

    ReplyDelete
  21. Barokalloh Ibu :)

    Alloh emang gak akan pernah jauh dari seorang ibu yang tulus berjuang membesarkan anak-anaknya. Ibuku single parent sejak adik bungsu masih 1 tahun. Alhamdulillah semua anak-anaknya bisa kuliah, padahal ibu cuma seorang guru honorer (honorer lho, bukan PNS).

    Alloh selalu mendengar do'a ibu untuk anak-anaknya :)

    ReplyDelete
  22. Bagus Mba...
    Saya sebelumnya orang yg mikir gitu, "Mau kerja terus, karena kalau besok ditinggal suami, saya tetap bisa menghidupi keluarga." Meski sebenernya, akhir2 ini lagi sumpek dan pingin resign dri kantor. :)))
    Tapi, tulisan ini bikin saya makin yakin. Keputusan sy untuk terus kerja bukan karena itu, tapi karena ibadah dan menyalurkan ide kreatifitas. Dengan tetap berbuat bagi pada sesama. :)
    God Bless You, mba.. :)

    ReplyDelete
  23. Masya Allah.. menginspirasi sekali.. Kita memang punya kecenderungan suka "hitung-hitungan" terhadap kebaikan kepada orang lain dan kemampuan Allah untuk mewujudkan Kun FayaKun. Semoga rejeki dan keberkahan selalu menyertai Ibu tersebut dan Mak Lyla yang sudah berbagi kisah beliau.

    Aamiin...

    ReplyDelete
  24. setuju bagd mba. Saya dulu pernah berpikiran begitu, apalagi saya gak kuliah kaya teman-teman yang lain. Tapi semenjak mengenal islam secara kaffah., Apapn yg terjadi sudah kehendak Allah SWT, meski banyak pelajran yg saya dapat dari ibu saya. Tapi saya ttp yakin, kemampuan seseorang tidak terbatas percaya saja sama Allah SWT

    ReplyDelete
  25. Ya Allah ya rabb... Sy merinding mendengarnya. Semua yg hidup akan mati tp amal yg ikhlash akan tetap hidup dan menghidupi atas izin Allah.
    Sedikit banyak hal serupa kami alami meski ditinggal bapak 14 tahun lalu. Kehidupan berjalan...semua makhluk ada rezekinya. Kami jg merasakan rezeki yg Allah beri salah satunya mungkin dr amal almarhum Bapak yg meski kecil insyaAllah beliau ikhlash. Bukan dr warisan harta krn baliau tak mewariskan itu. Smoga jadi pelajaran... Duuuh kadang susah nih meluruskan niat...apapun biatkan ibadah agar berkah

    ReplyDelete
  26. Ya Allah ya rabb... Sy merinding mendengarnya. Semua yg hidup akan mati tp amal yg ikhlash akan tetap hidup dan menghidupi atas izin Allah.
    Sedikit banyak hal serupa kami alami meski ditinggal bapak 14 tahun lalu. Kehidupan berjalan...semua makhluk ada rezekinya. Kami jg merasakan rezeki yg Allah beri salah satunya mungkin dr amal almarhum Bapak yg meski kecil insyaAllah beliau ikhlash. Bukan dr warisan harta krn baliau tak mewariskan itu. Smoga jadi pelajaran... Duuuh kadang susah nih meluruskan niat...apapun biatkan ibadah agar berkah

    ReplyDelete
  27. Subhanalloh... semoga ibu itu selalu diberkahi oleh Allah swt. Amiin.
    Ceritanya mengingatkan pada mama saya. Saya 8 bersaudara. Ketika saya masih bayi, papa saya meninggal. Mama hanya ibu rumah tangga. Alhamdulillah Allah memberikan anugerah kreatifitas, kami hidup dari kegiatan mama menjahit dan berdagang.
    Semoga kita semua menjadi orang yang pandai bersyukur ya Mak...

    ReplyDelete
  28. postingan yang inspiratif banget. Saya bener-bener terharu biru membacanya

    ReplyDelete
  29. Mirip kisah nenek saya yang punya anak sebanyak 14 orang. Ditinggal kakek ketika anak2nya masih kecil dan ada yang bayi. Nenek tidak bekerja tapi menerima jahitan dan membuatnkue. Alhamdulilah belasan tahun hidup seadanya. Sekarang anak2nya sudah sukses semua. Walaupun paling rendah pendidikan mereka SMA saja. Kini nenek sudah merasakan kebahagiaan melihat anak2nya sukses

    ReplyDelete
  30. nangis deh nangis.. nyiapin tisu dulu.. ya alloh betapa hati gak kerasa jd syirik.. lupa dgn sang Maha Penggenggam Dunia dan seisinya..

    ReplyDelete
  31. makasih sharingnya mbak bermanfaat sekali..bisa jadi penyejuk hati dan semakin percaya akan kebesaran Allah...

    ReplyDelete
  32. Orang sholeh dan sholehah pasti akan dijaga Allah, ia menyerahkan rezekinya kepada Allah. Kisahnya inspiratif banget :)

    ReplyDelete
  33. merinding saya baca mbak. terima kasih sudah berbagi ilmunya.
    jadi diingatkan. terkadang kita memang sering lupa pada Allah dan khawatir berlebihan tentang rizki. padahal rizki Allah yang mengaturnya. asal kita yakin pada pertolongannya

    ReplyDelete
  34. Luar biasa, Mak. Memang rasanya jaman sekarang segalanya dipikir pake logika. Padahal masih ada tangan Alloh yang Maha Mengatur segalanya. Terima kasih untuk inspirasinya yg semakin meyakini kebesaran Alloh. Hasbunalloh wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'mannasiir. Bekerja untuk ibadah. Untuk wanita, juga saya, tidak perlu memaksakan keadaan apalagi kalau sampai menelantarkan anak dan tanggung jawab yg semestinya ia pimpin.

    ReplyDelete
  35. Masya Allah, kisahnya ngena dan 'nampar' banget bu. Kadang suka sedih diri sendiri masih suka banyak ngeluh padahal sudah diberi rezeki lebih dari cukup. Terima kasih sudah berbagi bu :)

    ReplyDelete
  36. Subhanallah menggunggah sekali cerita ini, kadang kita terlalu menyepelekan ya atas rezeki dari Allah, saya juga masih suka ketakutan bagaimana nanti kalau kurang dan lain sebagainya, makasih mbak atas pencerahannya

    ReplyDelete
  37. hmm rezeki itu sudah di atur oleh allah swt ya mbak

    ReplyDelete
  38. Semoga ALLAH melindungi kita semua, dan selalu memberikan kelapangan dunia dan akhirat .. ALLAHUAKBAR,,

    Terharu, trenyuh dan takjub. Memang ALLAH menyuruh kita untuk membaca, lewat tulisan ini kita jadi semakin tau bahwa ALLAH tidak pernah tidur, tabungan energi positif akan dikembalikan dengan hal-hal yang positif, kalau tabungan energinya negatif ya huwallahua'lam...
    Makasih mak sharingannya,,

    ReplyDelete
  39. Aku setuju banget mbak...walaupun skrg aku bekerja...aku bercita cita ingin jd ibu RT sejati..krn kalau mengejar uang mah nggak bakalan habis habisnya...lalu pertanyaannya bagaimna tanggung jawab moril kita kepada anak-anak yg kita sediakan cuma waktu waktu sisa....? Ah mbaaa doakan sayaaaaaaaaaaaaa

    ReplyDelete
  40. Masya allah...
    Barakallah...
    Artikelnya sangat bermanfaat, terima kasih
    :)

    ReplyDelete
  41. Masyaallaah. Istri saya Astri Noor Marlina yang kasih lihat tulisan ini. Makasih untuk berbagi hikmahnya. Ini latihan otot ikhlas agar dalam setiap aktivitas, berharapnya hanya agar Allah happy, ridho.

    ReplyDelete
  42. Ya Allah.. Makasih sudah diingatkan, Mak.

    ReplyDelete
  43. Subkhanalloh... tulisaanya keren dan memotivasi Mba.. mau baca-baca artikel yg lain di blog ini ah :)

    ReplyDelete
  44. Allahu akbar! Inspiratif banget kisahnya. Terimakasih mbak Leyla, sudah berbagi :)

    ReplyDelete
  45. jd terpacu utk trus memperbanyak sedekah dan berbuat baik ya mba...terharu bgt bacanya :)

    ReplyDelete
  46. pas banget nemu ini..
    dan saya yakin ini kehendak Alloh..
    karena saya sendiri sedang selalu galau.. takut ini dan takut itu..

    sudah sering dinasihati suami kalau rezeki itu Alloh yang menjamin..
    pengin bangun rumah, pengin beli ini dan itu.. tapi untuk sekarang belum mampu..
    dan ketika curcol sama suami.. suami cuma bilang "nanti pasti ada, Alloh yg menjamin rezeki kita, nanti pasti bisa, nanti pada suatu masanya Alloh memampukan"

    terimakasih..
    sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  47. Subhanallah maak, bikin merinding ceritanya. Saya juga suka mikir pas mau resign gimana nanti soal rejeki kalo udh ga kerja pasti berkurang. Tapi ternyata kita emang ga pernah tau hitung-hitungan Allah. Pintu rezeki selalu ada aja jalannya buat terbuka...

    ReplyDelete
  48. inspiratif kak, terima kasih untuk sharing ny :)

    ReplyDelete
  49. ciyeeeeh, yang lagi jadi viral, uhuuuii...!
    Congrats ya mak. Aku sukaaa tulisan2 "berjiwa" seperti ini.

    Aku udah lama enggak baca novel/ buku yang ditulis pakai hati.
    Jadinya, diksiku agak kerontang, hahahah

    *eh, la kok malah bahas dunia kepenulisan, wekekekekek*

    ReplyDelete
  50. rezeki milik Allah harus di syukuri , mudah-mudahan kita selalu bersyukur ya mbak dan tidak saling iri dengan rezeki oranglain

    ReplyDelete
  51. Tidak jarang orang-orang berpikiran bagaimana jika ditinggal, Mbak Layla Hana ... hanya kalau menurut saya, kalimat itu juga bisa diucapkan dan diniatkan dengan dua intonasi :
    1. Benar-benar ingin melakukan sesuatu agar jika tidak ada suami sudah terbiasa berkarya. Memompa potensi dalam intonasi ini bisa mengarahkan kepada rasa syukur.

    2. Hanya bingung, menyesal karena sebelumnya ongkang-ongkang. Mau melakukan apa-apa ujung-ujungnya futur lagi.

    Mohon maaf bila saya keliru berpendapat :)

    Salam santun

    ReplyDelete
  52. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
    Tulisannya sangat menginspirasi. :)
    ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬

    ReplyDelete
  53. Masya Alllah..terharuu..terima kasih ceritanya elaaa

    ReplyDelete
  54. MAsya Allah....makasih mbak sharingnya..
    Tau nggak,di group WA keluarga besarku ada tulisan ini,pas q baca nama diatasnya ada tertera namanu mbak leyla (sambil mbatin,ini mbk leyla hana temenku blogger g ya??),ternyata beneran ya ada diblog hehehe...

    ReplyDelete
  55. Satu lagi cerita keajaiban yang mengispirasi kita... Terimakasih

    ReplyDelete
  56. Trmkasih mbak.., how nice true story. Sy izin share dg mencantumkan sumbernya yaa.

    ReplyDelete
  57. Trmkasih mbak.., how nice true story. Sy izin share dg mencantumkan sumbernya yaa.

    ReplyDelete
  58. Masya Allah...merinding baca ceritanya

    ReplyDelete
  59. Masya Allah. Rezeki emang udah ada hitung2annya dari Allah ya, Bun. Bukan dari manusia tapi dari Allah.

    ReplyDelete
  60. Tulisannya sangat menginspirasi mbak. Saya ijin share ya mbak.

    ReplyDelete
  61. Inspiratif...jadi terharu plus tertegur dgn diri yg masih belum maksimal dalam kebaikan... trims mak atas sharingnya

    ReplyDelete
  62. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  63. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  64. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  65. Masyaa Allah.. ijin share ya mbak Leyla, dgn mencantumkan sumbernya...jazaakillah khairan...

    ReplyDelete
  66. Mbaa, terharu sekali membacanyaa. Rejeki Allah luar biasa ya mba. MasyaAllah

    ReplyDelete
  67. Saya selalu percaya kalkulator ALLAH tak sama dg punya manusia. Cuma kalimat pembuka soal bekerja 'menampar' juga. Sepertinya harus meluruskan niat lagi. Makasih sudah diingatkan mbak Leyla :)

    ReplyDelete
  68. makasih baca ini sangat pas sekali ketika suasana hati saya sedang banyak sekali yg dipikirkan.. inshaaAllah ini hidayah dr Allah.. #sambil bercucur air mata.. AllahuAKbar...

    ReplyDelete
  69. Masya alloh, membaca postingan ini saya sambil berkaca-kaca


    Budy | Travelling Addict
    Blogger abal-abal
    www.travellingaddict.com

    ReplyDelete
  70. tingkat keyakinan yg tinggi... dan Allah membalasnya...

    mungkin ada sedikit ragu thdp jaminan allah maka kita kdg ketakutan

    ReplyDelete
  71. Mbak Leyla, aku nemu cerita Mbak di fb grup. Masya Allah ❤️ iseng2 googling eh benar ya aslinya dari blog Mbak Leyla. Barakallah mbak

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...