Saturday, June 25, 2016

Rezeki Tak Ke Mana, Walau Tak Ke Mana-mana?

Salim selalu melarang mamanya pergi :D
Assalamu'alaikum. Pagi ini saya teringat percakapan kemarin malam dengan suami. Gara-gara saya melihat seorang teman memposting foto-fotonya sewaktu sedang traveling ke luar negeri. Ya, mungkin karena saya baper plus iri. Teman saya sudah mewujudkan sebagian mimpi masa kecil saya. Keliling dunia. Siapa yang tidak mau? Sedangkan saya, punya passport saja belum. Jangankan keliling dunia, mau ikut acara blogger saja tidak lolos seleksi. Astaghfirullah, semoga saya tidak jatuh ke dalam kufur nikmat. 


"Masih ingat nggak si Mbak itu, yang dulu foto-fotonya ada di komputerku? Dia belum nikah juga sampai sekarang, tapi udah pelesiran ke luar negeri," kata saya. Suami seperti langsung tahu arah pembicaraan saya. 

"Maksudnya apa? Mama nyesel udah nikah dan nggak bisa ke mana-mana?" 

"Ya, itulah konsekuensi dari sebuah pilihan. Menikah tapi nggak bisa ke mana-mana atau nggak nikah-nikah tapi bebas ke mana-mana?" 

Percakapan selesai, karena saya malah merenung sendiri. Apakah saya menyesali pernikahan, punya anak, dan diam saja di rumah? Saya pernah merasa setiap hari rasanya monoton. Kegiatan yang dilakukan begitu-begitu saja. Saya ini sebenarnya mau apa? Apa tujuan hidup saya? Mau ikut acara buka bersama blogger saja tidak bisa karena anak-anak tidak ada yang jaga. Alih-alih membahas tentang pelesiran ke luar negeri, saya malah bicara yang lain, 

"Nanti anak keempat, lahirannya ceasar aja kali ya. Nggak sakit." 

"Emangnya Mama mau punya anak lagi?" suami kelihatan bingung. Maklum, sedang berhadapan dengan emak galau. 

"Ya, siapa tau kan. Kalau Allah menghendaki. Manusia berencana nggak mau punya anak lagi, tapi kalau kebobolan?" Saya tertawa. Yang sebenarnya sih, barangkali kalau punya anak lagi, saya makin yakin dengan tujuan hidup. Yaitu, membesarkan anak-anak. Daripada saya tidak bisa ke mana-mana, mending sekalian saja tidak ke mana-mana tapi tetap sibuk di rumah. Mengasuh anak-anak.

Pernah saya membaca meme di facebook bahwa rezeki tak ke mana, tapi kita harus ke mana-mana untuk menjemput rezeki. Barangkali itu benar bagi sebagian orang, tetapi nyatanya saya jarang ke mana-mana dan tetap dikasih rezeki. Saya tak harus ke luar negeri untuk mencari rezeki. Saya tak harus mendatangi event blogger untuk meraup rezeki. Saya lebih banyak di rumah, tetapi Allah tetap memberikan rezeki. Seperti rezeki yang saya terima pagi ini dari penerbit buku Istri dan Suami yang Dirindukan Surga. 

Insya Allah, buku Istri dan Suami yang Dirindukan Surga AKAN CETAK ULANG.

Alhamdulillah. Tangan saya gemetar saat membaca pesan itu. Berkah Ramadhan. Jawaban dari pertanyaan "Rezeki Tak Ke Mana, Walau Tak Ke Mana-mana?" Di zaman sekarang ini, ketika kehadiran buku sudah banyak digantikan oleh Smartphone, bisa cetak ulang adalah luar biasa. Menghabiskan 2000 eksemplar saja sudah ngos-ngosan. Banyak buku yang dikembalikan ke gudang penerbit dan diobral. Buku-buku saya pun banyak yang bernasib seperti itu. Makanya, ketika buku ini terbit, saya pasrah saya (selain usaha promosi semaksimal mungkin). Kalau Allah berkehendak, insya Allah buku ini bisa diterima pembaca. 

salah satu pembaca yang memposting foto buku ini di Instagram
Nyatanya, sampai hari ini saya masih menerima testimoni dari pembaca. Mereka juga tidak sungkan-sungkan memposting foto bukunya di Instagram. Di antara buku-buku saya yang lain, baru buku ini yang cukup banyak mendapatkan respon pembaca. Bukan orang-orang yang sudah mengenal saya, tetapi orang-orang yang baru mengenal saya setelah membaca buku ini. Buku saya tidak dibeli oleh teman-teman atau keluarga sendiri, tetapi orang-orang yang tidak kenal siapa saya. Mereka membeli karena tertarik dengan bukunya (bukan karena kenal penulisnya). Dan buku ini bercerita tentang pernikahan. Pernikahan yang (insya Allah) bisa membawa ke surga, meski ditulis oleh penulisnya dari dalam rumah saja. 

Mimpi untuk bisa pelesiran ke mana-mana tentu saja masih saya simpan. Mungkin nanti. Insya Allah. Bahkan mungkin bisa jalan-jalan sekeluarga. Bersama suami yang menyayangi dan anak-anak yang selalu merindukan ibunya. Rezeki terbesar yang saya miliki saat ini. Tanpa harus ke mana-mana. Terima kasih, Allah. Dan terima kasih pembaca yang sudah mengambil buku saya ini dari rak di toko buku. Saya kembali bersemangat melanjutkan naskah-naskah buku lainnya yang masih belum selesai sebagai cara menjemput rezeki dan berbagi, walau tak ke mana-mana.



24 comments:

  1. Tetap semangat ya, Mba Leyla. Pengalamanku ditawarain beberapa kali ditawarin keluar negeri tapi aku tolak karena alasan anak. Hamil A saat kandungan 5 bulan harus ke Eropa tapi aku tolak dengan alasan kuatir kehamilan. Tapi Allah langsung beri aku rejeki umroh setelah A makin mandiri dan bisa aku tinggal pergi keluar negeri. Nikmat Allah mana lagi yang harus aku dustakan :). Selamat ya mba Leyla untuk bukunya .. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah hebat mba Rach, bisa menepis tawaran itu. Barokallahu, gantinya jauh lebih indah yaa..

      Delete
  2. Salam kenal mbak, tenang aja mbak kalau sudah rezeki gak akan kemana, ibarat sedekah insyaAllah ganti berlipat2, apalagi ngurus anak ma suami, pasti ada gantinya, seperti saya dulu suami tidak setuju saya ngantor dan ngajar tiap hari apalagi senin pe sabtu karena kasian saya capek dan weekend gak bisa bareng2, Alhamdulillah sekarang saya dapet kerjaan yang tidak tiap hari masuk kerja dan bisa nyambi mgblog suami bisa anterin kemana2 acara gathering blogger, dan pernah dapet jalan2 keluar negeri berdua dari kantor suami 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Vita, kita udah pernah ketemuan belum ya di acara blogger? Semoga kapan2 bisa ketemu ya.. Asiknya jalan2 keluar negeri sama suami :-)

      Delete
  3. Selamat buat bukunya yang cetul Mbak. Alhamdulillah. Biarpun nggak ke mana-mana, tapi tetap bisa menghasilkan itu sudah luar biasa. Biarpun saya belum menikah, tetap saja belum bisa ke mana-mana kok, Mbak. :') Maklum, perempuan.

    ReplyDelete
  4. wah selamat y mbk dicetak ulang! memang rezeki gk kn kemana mana. ttap smangt ngasilin karya mbk. Mdah mdahan nnti ada waktunya mbk dan kluarga bkal kliling ngri :))

    ReplyDelete
  5. Dengan menulis termasuk pergi kemana-mana. Pikiran menjelajah dunia walau badan tetap didalam ruangan. Rsezeki tidak kemana-mana tapi memang kita harus kemana-mana. biarkan tinta yang menentukan arah jalan perginya.
    Untung aku masih bujang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe.. Untung ya masih bujang. Kalau laki2 mah biar udah nikah juga bisa ke mana-mana :D

      Delete
  6. Kadang, memang perlu merubah mind set orang, bahwa kalau ingin mendapatkan uang, itu ya kerja di luar rumah :)

    ReplyDelete
  7. Barokallah Mbk, akan tiba waktunya Mbk buat ke luar negri, sekarang banyak mengalah dulu demi anak-anak.

    ReplyDelete
  8. Kayanya "rezeki tak kemana walau tak kemana-mana" itu bagus buat buku selanjutnya mbak. Bakal banyak orang (terutama emak-emak) yang dihadapkan pada rutinitas monoton di rumah tapi pengen banget menghasilkan.

    Barakallah untuk cetak ulang bukunya. Semoga berkah Allah selalu bersama mbak dan keluarga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah ide yg bagus, Ci. Makasih ya sumbangan idenya hehe.. Aamiin makasih doanya.

      Delete
  9. Ha..sama mbak aku juga sering ngerasa sama.. Kok bnr2 bosenin dirumah, terbatas 4 tembok, ketemunya tiap hari anak2 ma perkakas dapur, ma baju2 tuk diberesin.ada juga tmn seumuran yang wira-wiri jalan2, menjelajah nusantara... Tp mmng blm nikah... Sering mbandingin..enakan di posisi mana..

    ReplyDelete
  10. Ini senada sama tulisan saya, Mbak. Untuk dapat rezeki, kita memang harus "ke mana-mana" dalam arti melakukan sesuatu. Tidak hanya berarti pergi secara fisik tapi berusaha sesuai kemampuan sekuat tenaga. Nah, menghasilkan karya kreatif seperti Mbak itu juga termasuk "ke mana-mana" karena melibatkan proses pikiran yg panjang, tidak diam saja. Saya yakin nanti ada jalannya, bisa ke LN.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah...barakallah yaa Mak, tulisannya selalu menginspirasiku deh :)

    Rezeki emang tak kan kemana yaa, kemana2 selalu ada rezeki hehe

    ReplyDelete
  12. Setuju mbaa, dari SMP saya punya cita-cita jadi penulis. Tapi sampai sekarang nggak ada satupun draft yang selesai :D
    Dulu mikirnya enak banget jadi penulis, nulis jadi uang. Pas kerja sempet mikir, enak kali ya dirumah biar bisa jadi penulis beneran. Eh pas abis resgin malah tetep aja nggak ada tulisan yang selesai :D (curhaat banget myyy)

    ReplyDelete
  13. waaah alhamdulillaaah Elaa.ikut seneng :)

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...