Wednesday, July 12, 2023

Persiapan Pindah Sekolah Baru

Tak terasa liburan sekolah pun usai. Sekarang saatnya sekolah lagi. Alih-alih liburan, saya dan suami malah sibuk mengurus sekolah baru. Si sulung lulus SMP dan si bungsu pindah sekolah. 


Persiapan Pindah Sekolah Baru


Yup, anak bungsu yang kelas 4 SD terpaksa harus pindah sekolah nih karena kami pindah ke rumah yang jaraknya lebih dekat dengan SMA si sulung. Memang sih masih sama-sama di Depok, tapi jaraknya jauh. Nggak disangka ya Depok itu luas banget.

Jarak dari rumah lama ke SMA si kakak itu ada sekitar 11 km. Sedangkan dari rumah baru ke sekolah si bungsu itu 10 km. Bisa sih ditempuh naik ojol, tapi biayanya mahal. Untuk si kakak, biaya ojolnya Rp 50 ribu sekali jalan. Akhirnya kami sepakat pindah rumah saja ke rumah baru yang sebenarnya sudah dibeli sejak si kakak masih TK. 

Rumah itu sudah dikontrakkan berkali-kali, lalu direnovasi total saat pandemi. Sekarang sudah nyaman ditempati. Dari dulu kami sudah berencana pindah ke rumah ini, tapi karena rumahnya belum layak huni ya masa tunggunya panjang. Renovasi nggak langsung jadi, bertahap sambil mengumpulkan biaya. Rumah ini memang rumah bekas tante saya yang dijual murah ke saya tapi banyak yang harus direnovasi. 

Baca Juga: Wisuda Anak, Perlu atau Tidak? 

Nah, sekolah baru si bungsu ini adalah sekolah yang jaraknya dekat sekali dari rumah baru kami. Hanya 300 meter, jadi bisa jalan kaki. Benar-benar menghemat ongkos transportasi. Sedangkan sekolah si sulung jaraknya sekitar 4 km dari rumah baru, masih agak jauh tapi nggak sejauh dari rumah lama. 

Persiapan Pindah Sekolah Baru 

Berikut ini persiapan pindah sekolah baru yang ternyata nggak serumit yang saya bayangkan sebelumnya: 

Meyakinkan Anak untuk Pindah Sekolah 

Anak saya sudah tentu awalnya menolak pindah sekolah dengan alasan temannya sudah banyak di sekolah lama. Setiap hari saya pun harus terus meyakinkan si adek tentang sekolah barunya. Semua kelebihan sekolah baru itu harus saya sebutkan, salah satunya dekat dari rumah baru. 

Nggak disangka saya mengalami kecelakaan motor saat mengantar si bungsu ke sekolah, gara-gara ngebut. Si bungsu salah pakai seragam, jadilah balik pulang lagi dengan ngebut. Syukur anak saya nggak kenapa-kenapa. Cuma saya yang memar dan bengkak sampai sebulanan. Kejadian itu pun menjadi alasan pindah sekolah karena jarak dari rumah lama ke sekolah lama pun nggak bisa dibilang dekat ya, sekitar 7 km. Sama-sama jauh.

Menghubungi Sekolah Baru 

Selanjutnya suami saya mendatangi sekolah baru untuk menanyakan prosedur pindah sekolah dan biayanya. Ternyata biayanya jauh lebih mahal ya daripada biaya masuk kelas 1, walaupun tinggal dua tahun lagi sekolahnya. Selisihnya lumayan banget. Ada biaya gedung dan mutasi juga. Jadi jangan dikira biaya pindah sekolah itu lebih murah hehe. 

Kalau kita pindah sekolah baru berarti kita bayar biaya gedung untuk dua sekolah. Gimana? Syok kan. Apa boleh buat, toh kalau dihitung-hitung biaya gedung itu masih lebih murah daripada biaya ojol setahun jika memaksakan tetap sekolah di sekolah lama. Belum lagi anaknya akan lelah dengan perjalanan panjang naik ojol dan risiko kecelakaan seperti mamanya. 

Mengikuti Seleksi Masuk 

Setelah membayar biaya pendaftaran, si bungsu pun mengikuti seleksi masuk sekolah baru. Ternyata tetap ada seleksinya meskipun sekolah swasta. Alhamdulillah lulus seleksi. 

Mengurus Surat Mutasi 

Setelah dipastikan lulus, sekolah baru akan memberikan surat diterima. Nah, kemudian surat itu saya berikan kepada wali kelas agar diurus surat pindah atau surat mutasinya. Ada dua surat mutasi yaitu dari sekolah dan diknas. Terakhir ya saya berikan kedua surat itu ke sekolah lama. 

Membayar Biaya Sekolah Baru 

Tahapan terakhir ya membayar semua biaya masuk sekolah baru, mulai dari biaya gedung, biaya kegiatan setahun, biaya mutasi, seragam, dan buku. Alhamdulillah masih ada rezekinya. Kebetulan memang seragam si bungsu di sekolah lama pun sudah compang camping. Jadi memang sudah waktunya beli seragam.

Baca Juga: Belajar Berhitung dengan Morgage Calculator 

Beradaptasi dengan Sekolah Baru 

Barangkali tidak mudah. Dari awal pun sudah berbeda. Pindah dari SDIT ke SD swasta biasa ternyata di seragamnya saja berbeda. Di SDIT, anak saya memakai celana panjang. Di SD swasta ternyata celananya pendek. Anak saya pun awalnya protes karena nggak biasa pakai celana pendek ke sekolah. Malah dia bilang ini aurat hehe. Entah nanti apa lagi ya adaptasinya. Deg-degan juga nih. 

Itu dia persiapan pindah sekolah baru yang sudah kami lewati. Mohon doanya semoga si bungsu betah di sekolah barunya ya. 



No comments:

Post a Comment

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...