Monday, August 6, 2012

Berpuasa Saat Hamil, Insya Allah Bisa

Anak-anakku sudah ikut berpuasa
sejak dalam kandungan









Alhamdulilah, tahun ini Allah kembali menganugerahi saya momen berkesan; puasa di saat hamil. Ini kehamilan ketiga saya. Mulanya saya ragu, apakah kuat menjalani puasa saat sedang hamil delapan bulan? Pengalaman dua kali hamil, di usia 7-9 bulan kehamilan, nafsu makan meningkat drastis. Maunya makan terus, sampai susah jalan, hehehe…. Bagaimana kalau puasa nanti? Apakah bayinya tidak akan kenapa-kenapa? Bismillah. Saya niatkan saja untuk tetap berpuasa, meskipun sedang hamil.


Saat hamil anak pertama dan kedua, saya juga tetap berpuasa di bulan Ramadan. Alhamdulillah, tidak ada yang bolong sehari pun. Enaknya memang puasa saat hamil, ibu tidak akan mendapatkan menstruasi, jadi puasanya bisa penuh. Hanya saja kala itu usia kandungan baru 5 dan 6 bulan, jadi nafsu makan belum meningkat. Meski tetap terasa berat.

Ya, berat, terutama di hari pertama. Bayi jadi sering berkontraksi, mungkin karena lapar. Yang paling saya ingat adalah saat hamil si sulung dan baru puasa di hari pertama. Di tengah hari, si sulung seperti sedang berputar-putar di perut saya, lalu terdengar suara perut keroncongan. 

Saya usap-usap perut dan berkata kepada si sulung; “sabar ya, Kak. Setengah hari lagi, buka.” Awalnya pesimis bisa puasa sampai Maghrib, Alhamdulillah sukses. Si sulung juga tidak kenapa-kenapa sampai Ramadan berakhir. Lahir sehat, tidak kurang suatu apa pun.

Begitu juga saat hamil anak kedua. Saya puasa di saat usia kandungan menginjak enam bulan. Terlebih anak pertama masih bayi dan harus disuapi makan. Otomatis, godaan lebih besar. Pernah saya kelupaan, memakan sisa pisang si sulung, padahal sedang puasa. 

Lalu, pembantu saya bertanya, “Ibu gak puasa, ya?” Astaghfirullah…. Bawaan kebiasaan memakan sisa makanan anak, lupa kalau sedang puasa. Untung pisangnya baru di mulut, belum ke tenggorokan. Saya segera buang dan cuci mulut. Insya Allah, puasa tidak batal karena lupa. Alhamdulillah, puasa Ramadan saya waktu itu juga bisa penuh selama sebulan.

Nah, puasa Ramadan kali ini pun istimewa karena lagi-lagi harus dijalani sambil hamil. Bukankah ada keringanan bagi ibu hamil dan menyusui untuk tidak berpuasa? Ya, memang ada. Berikut sabda Rasulullah:


إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى وَضَعَ شَطْرَ الصَّلَاةِ أَوْ نِصْفَ الصَّلَاةِ وَالصَّوْمَ عَنْ الْمُسَافِرِ وَعَنْ الْمُرْضِعِ أَوْ الْحُبْلَى

“Sesungguhnya Allah ta’ala telah MENGGUGURKAN SETENGAH SHALAT dan PUASA bagi seorang musafir; SERTA WANITA YANG MENYUSUI dan WANITA YANG HAMIL." 


[Diriwayatkan
oleh Abu Daawud no. 2408, At-Tirmidziy no. 715, An-Nasaa’iy 4/190, Ahmad 4/347 & 5/29, ‘Abd bin Humaid no. 430, Ibnu Maajah no. 1667 & 2042 & 2043 & 3299, ‘Abdullah bin Ahmad dalam tambahannya atas Musnad Ahmad 4/347, dan Ibnu Khuzaimah no. 2044; DISHAHIHKAN oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Daawud 2/71].

Apabila ibu hamil atau menyusui memilih untuk tidak berpuasa karena khawatir demi keselamatan diri dan bayinya, maka puasanya dapat diganti di lain hari, atau dengan membayar fidyah (memberi makan orang miskin). Demikianlah Allah memberikan keringanan kepada para hamba-Nya.

Baca Juga: Tips Bepergian bersama Bayi

Namun, saya memilih untuk tetap berpuasa, merujuk pada ayat berikut ini, bahwa berpuasa adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.



“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. 

Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [QS. Al-Baqarah : 183-184].

Bismillah, saya tetapkan niat untuk berpuasa di bulan Ramadan tahun ini dalam kondisi hamil delapan bulan. Sebelumnya, saya bertanya kepada seorang dokter di jejaring sosial twitter, bolehkah ibu hamil 8 bulan berpuasa? Dokter itu menjawab, boleh. Jika kondisi si ibu dan janinnya sehat, serta tidak terdapat tanda-tanda yang membatalkan puasa, semacam pingsan, muntah, keluar darah, dan sebagainya. 

Hari pertama puasa, memang terasa berat, terutama buat janin saya. Perut berkontraksi teratur, hingga saya mengira akan melahirkan. Saya bawa tidur saja. Suami bahkan menyuruh untuk periksa ke bidan, tapi saya ragu-ragu. 

Alhamdulillah, setelah buka puasa dan makan, perut normal kembali. Sepertinya janin saya sedang beradaptasi dengan ketiadaan makanan dan minuman di siang hari. Hari kedua, ketiga, dan seterusnya, janin mulai terbiasa ikut puasa. Seminggu kemudian, saya periksakan kandungan ke dokter, di-USG. 

Dokter mengatakan, janinnya sehat. Semua normal. Tidak ada gangguan apa pun. Berat janin sesuai umur, plasenta di atas, kepala sudah di bawah, detak jantung normal, dan gerakan janin teratur. Alhamdulillah.

Berpuasa saat hamil, insya Allah bisa
Memang, para ibu yang sedang hamil kerapkali mengkhawatirkan kondisi janinnya, juga dirinya, apabila berpuasa. Mereka pun memutuskan untuk tidak berpuasa. Itu sah-sah saja, sesuai sabda Rasulullah di atas. 

Asal ada konsekuensinya, yaitu membayar hutang puasanya, atau kalau tidak sanggup karena terlalu banyak, maka diperkenankan membayar fidyah, yaitu memberi makan orang miskin. Mengapa hutang puasanya jadi banyak? Karena biasanya, setelah melahirkan, para ibu akan menyusui. Dan kalau bertemu dengan Ramadan berikutnya, bisa jadi akan kembali tidak berpuasa karena menyusui. Walaupun sebenarnya hutang puasa itu bisa dicicil, kalau kita memang benar-benar menguatkan diri.

Pengalaman berpuasa saat menyusui, juga pernah saya alami saat anak kedua baru berumur delapan bulan. Saya tetap kuatkan diri berpuasa, meski orang-orang dekat menyarankan untuk tidak berpuasa. Khawatir bayinya mencret atau BB-nya turun. Bismillah saja. 

Saya yakin Allah bersama saya, jika saya punya tekad yang kuat. Memang, hari pertama puasa, bayi saya mencret dan sedikit rewel karena ASI menjadi kering di pertengahan hari. Tapi, hari selanjutnya normal saja dan bayi saya tidak kenapa-kenapa. Berat badannya normal.

Nah, berhubung saya berpuasa saat hamil, maka makanan dan minuman pun harus benar-benar cukup. Buka puasa, saya minum sebanyak-banyaknya. Madu dan susu juga menjadi teman berbuka dan sahur yang utama.  Makan nasi dan cemilan, juga suplemen kehamilan. Lain halnya kalau bulan Ramadan jatuh pada saat saya sedang hamil muda. 

Baca Juga: Cara Membentuk Karakter Positif pada Anak 

Kondisi saya di saat hamil muda memang mengenaskan. Sering muntah, pusing, mual, sudah seperti orang sakit berat. Keadaan demikian sudah tentu diharuskan untuk tidak berpuasa, karena muntah-muntah juga membatalkan puasa. Jadi, ibu hamil dan menyusui bisa tetap berpuasa dengan melihat kondisi kesehatannya dulu. Jika benar-benar sehat, tak masalah untuk berpuasa. Tapi, kalau memang tidak sehat, silakan untuk tidak berpuasa.

Intinya, Allah tidak memberatkan hamba-Nya di luar kemampuannya. Tetapi, kita juga tidak serta merta memanjakan diri dengan keringanan-keringanan yang diberikan-Nya. 

Puasa adalah bukti kecintaan kita kepada Allah.  Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw bersabda yang artinya “Segala amal kebaikan manusia adalah untuknya; satu kebaikan akan dibalas sepuluh hingga 700 kali-lipat. Allah SWT berfirman ‘Kecuali puasa krn ia adalah milik-Ku dan Aku pula yang akan membalasnya. Ia meninggalkan syahwatnya, makanan, dan minumannya karena Aku’. Ada dua kebahagiaan yg diperuntukkan bagi orang yang berpuasa; kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sesungguhnya bau mulut orang yg berpuasa lebih harum bagi Allah daripada aroma minyak misik.” 

Allah mengutamakan ibadah puasa dibandingkan dengan ibadah lainnya, karena pada ibadah puasa-lah terdapat pengorbanan kita kepada Allah, berupa menahan diri dari nafsu duniawi di siang hari. Maka, jika tidak ada sesuatu hal yang benar-benar memberatkan untuk berpuasa, tetaplah berpuasa di bulan Ramadan. Kalau ibu hamil saja tetap berpuasa, kenapa yang tidak ada kendala apa pun, apalagi bapak-bapak, masih kelihatan makan di warteg di siang hari ya? :D

Alhamdulillah. Sudah lima belas hari ini saya berpuasa, semoga bisa penuh puasanya sampai lebaran. Aamiin…..


-----------------------------------------------------------------

Alhamdulillah, jadi juara kedua dalam  lomba blog ini dan mendapatkan pulsa 150 rb. 

14 comments:

  1. Aaamiin... makasih doanya, mba Icha :)

    ReplyDelete
  2. aamiin... semoga lancar mbak Ella... sun sayang untuk caby di perut yaaa...

    ReplyDelete
  3. semoga lancar, sehat terus dan menang Mbak. aamiin :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaamiin.. makasih mba Shab.. ini sebenarnya gak untuk lomba, tp kebetulan ada lomba yg pas, hehe

      Delete
  4. saya dulu bolong satu, bunda.. gara2 badan panas sekali. tapi alhamdulillah, selanjutnya lancar. semoga lancar terus puasanya, bunda..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gpp blong satu, Mama Arkananta. Kan fisiknya memang lagi gak optimal. Ahamdulillah ya lancar. Aamiin, makasih doanya yah

      Delete
  5. Aku juga waktu hamil Shiddiq shaum juga mba, sebulan penuh. Alhamdulillah sehat2 saja. Waktu itu baru hamil 4 bulan..^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, nama anaknya jg Shiddiq ya, mba Indri.... alhamdulillah kuat ya puasanya

      Delete
    2. iya, sama ya mba??

      Delete
  6. semoga bs full ya mbak.. Insya Allah bisa :)

    ReplyDelete
  7. Semoga puasanya bumil bisa menambah kesholehan anak yang di dalam kandungan. Aamiin.

    ReplyDelete
  8. semangat, insyaAllah anak yang dikandung menjadi anak yang sholeh/sholehah.....

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...