Thursday, September 13, 2018

Cara Cerdas Atur Keuangan Rumah Tangga ala Ibu Bijak



Tanggal berapa ya sekarang? Oh sudah mau masuk pertengahan bulan nih. Ada yang sudah gusar hitung-hitung recehan yang tersisa untuk bertahan sampai akhir bulan? Wah padahal tanggal gajian suami masih lama nih. Hayo, bocor ke mana aja tuh kok baru tengah bulan sudah habis?


Menjadi ratu rumah tangga itu memang banyak pekerjaannya, salah satunya mengurus keuangan agar stabil sampai akhir bulan. Sebab, gajian suami cuma sekali. Kalau habis sebelum waktunya, gimana dong? Saya pernah berada pada masa itu. Masa-masa galau menjelang akhir bulan, meskipun sudah berusaha mengatur pengeluaran sehemat mungkin.

Ternyata, wanita Indonesia itu memang masih rendah literasi keuangan. Itu mengapa, VISA bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia mengadakan kampanye literasi keuangan #IbuBerbagiBijak untuk mengedukasi dan mendorong para wanita agar cerdas literasi keuangan.

Saya mengikuti salah satu kampanyenya yang diadakan di RPTRA Kopi Gandaria, Pekayon, Pasar Rebo tanggal 10 September 2018 lalu bersama Kumpulan Emak Blogger. Acara ini menghadirkan 2 narasumber yaitu Prita Ghozie selaku Financial Edukator dan Aditya Lugina seorang Pengusaha Wanita.


Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia, Riko Abdurrahman menyebutkan bahwa menurut hasil survei OJK tahun 2016, tingkat literasi dan inklusi keuangan wanita hanya sebesar 25,5% dan 66,2%. Sedangkan laki-laki 33,2% dan 69,6%. 

Riko Abdurrahman

Padahal, setelah menikah, sebagian besar wanita menjadi menteri keuangan rumah tangga. Alias dipercayakan oleh suaminya untuk mengelola keuangan rumah tangga. Bayangkan jika menteri keuangannya tidak bijak. Bisa dipastikan keuangan rumah tangga akan gali lobang tutup lobang.

Banyak contohnya para ibu terjebak utang.  Ironisnya, utang itu untuk membeli barang-barang konsumtif seperti baju, panci, bahkan belanja sayur untuk sehari. Yang mestinya pembelian barang-barang itu jangan berasal dari uang utang karena tidak produktif (menghasilkan).

Konsep kampanye literasi keuangan yang digalakkan oleh Visa ini adalah train the trainer. Belajar langsung dari pakar literasi keuangan. Diadakan melalui kegiatan workshop offline dan online via instagram @ibuberbagibijak. Hasilnya sejak diadakan tahun 2017, telah ada 200.000 wanita yang melek literasi keuangan. 

Perwakilan dari Kelurahan Pekayon, tempat terselenggaranya acara ini menyambut baik kampanye literasi keuangan oleh Visa agar para ibu dapat membantu mengurangi beban suami. Kalau uang kurang, jangan sedikit-sedikit minta. Tapi coba siasati bagaimana supaya cukup. Caranya, belajar literasi keuangan. Kalau istri bisa berhemat, suami pasti senang. 

Acara ini memang mengundang ibu-ibu PKK dari Kelurahan Pekayon agar nantinya mereka juga mengedukasi ibu-ibu di sekitarnya yang tak bisa datang. Salah seorang perwakilan dari ibu-ibu PKK ini juga menyampaikan antusiasmenya mengikuti Kampanye Literasi Keuangan. 

Perwakilan Kelurahan Pekayon

Perwakilan Ibu-ibu PKK Kelurahan Pekayon

Prita Ghozie sebagai pakar literasi keuangan dan juga dosen UI, memberikan 3 cara untuk mencapai kondisi keuangan yang ideal: 

Lakukan Financial Check Up (Periksa Kesehatan Keuangan) 
Ternyata tidak hanya kesehatan fisik yang perlu diperiksa. Kesehatan keuangan juga harus diperiksa lho. Kita bisa memeriksanya sendiri. Coba jawab pertanyaan-pertanyaan ini: 
  1. Punya Utang? Berutang itu boleh, tapi yang produktif. Jangan berutang untuk kebutuhan sehari-hari yang konsumtif seperti membeli makanan. Utang yang produktif adalah yang menghasilkan, misal untuk modal kerja. Jadi nanti utangnya bisa dibayar dengan keuntungan kerja. Bayar cicilan utang di bawah 30% dari total pemasukan. Jadi jangan sampai pemasukan dihabiskan untuk membayar utang. 
  2. Biaya Hidup kurang dari Pemasukan? Biaya hidup maksimal 50% dari pemasukan. Misalnya, pemasukan per bulan Rp 10 juta, maka biaya hidup maksimal Rp 5 juta. Yang termasuk biaya hidup itu ya pengeluaran konsumtif seperti makanan, ongkos transport, pakaian, dll. 
  3. Punya Dana Darurat? Ini penting jika sewaktu-waktu dibutuhkan seperti anggota keluarga tiba-tiba harus masuk rumah sakit, suami di-PHK, dsb. Dana darurat ini besarnya minimal 3x (totalnya) dari pengeluaran rutin dan bentuknya harus kas. Jadi bukan deposito ya. Nanti kalau mendadak ada kebutuhan, eh nggak bisa dipakai. Misal, pengeluaran bulanan Rp 5 juta, maka kita harus punya total dana darurat minimal Rp 15 juta. Jadi kan itu dana daruratnya bisa dipakai untuk 3 bulan, jika mendadak suami terkena PHK. Tapi ya semoga saja tidak. 
  4. Punya Tabungan? Wajib ini. Tabungannya bukan yang sekadar numpang lewat ya, tapi memang benar-benar uangnya disimpan dah tidak dipakai. Tabungan ini bisa untuk rencana investasi masa depan. 

Alokasi ideal untuk penghasilan bulanan adalah 5% untuk zakat, infak, dan sedekah, 10% untuk dana darurat atau asuransi,  30% untuk biaya hidup, 30% untuk membayar cicilan atau pinjaman, 15% investasi, dan 10% untuk gaya hidup. Jangan dibalik-balik ya. Biaya untuk gaya hidup lebih besar daripada untuk membayar cicilan. 

Prita Ghozie

Prita Ghozie menekankan pentingnya berzakat terutama untuk muslim. Zakat itu wajib bila penghasilan sudah masuk nishab. Jadi bayar zakat bukan menunggu sampai ada sisa uang. Justru harus dibayar di awal setelah menerima gaji. 

Mengelola Arus Kas
Selanjutnya adalah bagaimana mengelola arus kas supaya tepat sasaran dan tidak bocor. Jika masih bocor, berarti harus mencari tambahan pemasukan. Salah satunya dengan berwirausaha. Banyak lho ibu-ibu yang sukses berwirausaha dari rumah. Paling enak wirausaha yang sesuai hobi. Misalnya usaha katering karena kita hobi masak. 

Tantangan memulai usaha yaitu pertanyaan mau usaha apa? Selain usaha sesuai hobi, lihat juga apakah ada pasar yang sesuai hobi. Kemudian tentukan jam kerja yang disukai. Usaha katering, akan laris jika di sekitar kita banyak ibu bekerja yang tak sempat masak atau bekerjasama dengan sekolah yang menyediakan katering untuk siswa-siswanya. 

Tantangan lainnya adalah jangan sampai kita tidak tahu untung dan rugi. Pisahkan keuangan usaha dengan keuangan rumah tangga. Kita juga harus memiliki catatan arus kas. Jangan malas mencatat-catat. Dan terakhir, modal investasi vs biaya.

Untuk arus kas keluarga dan usaha, terbagi atas dana darurat, modal kerja, dan biaya usaha. Modal kerja disimpan di bank, jangan terpakai untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan dari biaya usaha, pemilik tetap harus menggaji dirinya sendiri. Jadi tidak hanya menggaji karyawannya. Keuntungan pemilik nantinya bisa diinvestasikan dalam bentuk lain, terutama yang mendukung kemajuan usahanya. 

Merencanakan Keuangan 
Terakhir, penting sekali untuk merencanakan keuangan sejak menikah atau mulai bekerja dan mendapatkan pemasukan. Perlu dibuat rencana ke mana saja pemasukan dialokasikan. Berikut 5 tips mengelola keuangan bagi pebisnis:

  1. Punya rencana pengeluaran
  2. Tidak ada utang konsumtif
  3. Punya tabungan dan investasi 
  4. Punya dana darurat
  5. Miliki asuransi kesehatan dan jiwa.
Aset-aset perusahaan juga sebaiknya diasuransikan.

Usai pemaparan dari Prita Ghozie, selanjutnya Aditya Lugina selaku seorang pengusaha wanita membagikan pengalamannya berwirausaha. Aditya memperkenalkan jenis usahanya yaitu produksi tas kulit dengan merk Gammara yang berlokasi di Bandung. Tasnya sudah diekspor ke luar negeri lho.

Aditya Lugina

Menurut Aditya, ada 3 langkah penting sebelum memulai usaha yaitu: 

Goals (Tujuan)
Kita menyusun dan membangun sasaran dengan perhitungan yang matang. Contohnya: menentukan ide usaha, bahan baku, perencanaan keuangan, harga jual, sasaran pembeli, promosi dan pemasaran. 

Afirmasi
Merumuskan sasaran dengan pikiran yang positif.

Visualisasi
Membayangkan sasaran yang sukses diraih.

Investasi dalam bisnis meliputi waktu, ilmu, bisnis, dan orang tersayang. Jika sudah mantap berbisnis, pastikan dapat berinvestasi pada keempat hal tersebut. Dukungan orang tersayang sangat dibutuhkan. Jika sudah terpenuhi semua, langsung mulai saja berbisnis dan jangan ditunda-tunda.

Gimana, Bu Ibu? Sudah dapat inspirasi dari pemaparan para narasumber di atas? Yuk kita mulai cerdas literasi keuangan demi kesejahteraan keluarga. Jangan lupa untuk mengikuti instagram @IbuBerbagiBijak untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai pengelolaan keuangan.



71 comments:

  1. Sangat bermanfaat sekali isi blognya, terimakasih sudah membuat.

    ReplyDelete
  2. Sangat bermanfaat sekali 5 tips mengelola keuangan bagi pebisnis.

    ReplyDelete
  3. Sangat menginspirasi sekali isi dalam blognya. Terimakasih sudah membuat :)

    ReplyDelete
  4. Saya sangat setuju sekali dengan Alokasi ideal 5% untuk zakat, infak, dan sedekah, 10% untuk dana darurat atau asuransi, 30% untuk biaya hidup, 30% untuk membayar cicilan atau pinjaman, 15% investasi, dan 10% untuk gaya hidup.

    ReplyDelete
  5. 3 langkah penting sebelum memulai usaha yang di paparkan Aditya sangat bermanfaat sekali untuk saya, terimakasih sudah membagikannya di dalam blog ini. Semoga bermanfaat bagi yang lain juga :)

    ReplyDelete
  6. Sangat inspiratis sekali ya mbak Aditya.

    ReplyDelete
  7. Ada dua nih yang masih belum telaten saya kerjakan, mencatat pengeluaran tiap bulan dan memisahkan antara uang buat usaha dan keperluan rumah tangga, masih campur aduk.

    Terimakasih sharingnya mbak, jadi pengingat untuk mulai tertib lagi mengelola keuangan

    ReplyDelete
  8. Memang agak susah gampang atur keuangan keluarga, memang musti cerdas mak. Kalau saya musti di catet pengeluaran harian dan pemasukan bulanan, kalau bisa sih ngak besar pasak dari tiang.

    ReplyDelete
  9. keren nih event nya, semoga merambah di kota kota lain di Indonesia. biar lebih banyak lagi ibu ibu yang cerdas finansial di Indonesia

    ReplyDelete
  10. sebagai ibu otomatis kudu pinter kelola keuangan, ya mbak...kudu ngerti juga ilmunya, dong. Perkara yang kadang bikin sensi juga nih yang satu ini. kudu pinter2 kelolanya

    ReplyDelete
  11. Senang ni ada yang ngasih insight persentase seperti ini 5% untuk zakat, infak, dan sedekah, 10% untuk dana darurat atau asuransi, 30% untuk biaya hidup, 30% untuk membayar cicilan atau pinjaman, 15% investasi, dan 10% untuk gaya hidup. Jadi punya patokan, ga meraba-raba dalam gelap lagi :)

    ReplyDelete
  12. Mbk ela, makasih bgd loh udh ngeshare ilmu kece begini. Pelajaran banget, secara aku kdg keteteran jd menteri keuangan di rumah. Hiks

    ReplyDelete
  13. Banyak sekali yg harus kupelajari dlm pengelolaan keuangan pribadi ini. TFS ya mba ..sangat membantu nih..

    ReplyDelete
  14. Setuju banget nih mba untuk bisa memiliki perencanaan keuangan keluarga sehingga bisa terkontrol dengan baik ya mba :)

    ReplyDelete
  15. Dana darurat memang penting ya untuk persiapan kalo ada kebutuhan mendadak, misal sakit dsb. Noted! Harus bijak nih mengelola keuangan agar keuangan rumah tangga sehat.

    ReplyDelete
  16. dana darurat memang pentin g anget disiapkan juga ya mbak, makasi hbanget sharin nya in imbak termasuk soal biaya hidup harus 50% dari penghasilan

    ReplyDelete
  17. konon utang itu malah menambah produktivitas. Jd memang bener ya, Mbak. Utang jangan digunakan utk hal hal yg konsumtif apalagi hobby. Eh tapi hobby bisa menghasilkan tak mengapa yaaa

    ReplyDelete
  18. Setelah ikutan workshop keuangan gini jadinya dompet awet muda terus ya :)

    ReplyDelete
  19. Postingannya bermanfaat banget, terutama buat saya yang masih suka keteteran ngatur keuangan

    ReplyDelete
  20. Seneng banget ya dapet ilmu bermanfaat dari Mbak Prita ini. Biarpun aku ketampar bolak-balik denger penjelasannya, tetep suka dengan caranya.

    ReplyDelete
  21. Bermanfaat banget ini mbak. Aku suka baca2 kayak gini biar ingatan tentang invest itu selalu fresh terus 😁

    ReplyDelete
  22. Hmm memang saya perlu bijak ini supaya penghasilan trading ga habis begitu saja.

    ReplyDelete
  23. Ibu yang bijak emang harus bisa mengatur ekonomi keluarga ya dengan mencatat pengeluaran dan juga pendapatan sehingga tidak besar pasak daripada tiang

    ReplyDelete
  24. Wow! Ilmu manajemen keuangannya mantap bgt. Bisa dicontoh nih. Terimakasih sdh berbagi ��

    ReplyDelete
  25. 5 tips mengelola keuangan itu ya bisa diterapkan siapa aja ya mba. ga cuma pebisnis sih. lha kalau pebisnis utang buat nambah modal. eh lah orang biasa malah buat konsumtif. ya kolaps deh

    ReplyDelete
  26. Langsung hitung-hitung di rumah nih biar jadi ibu bijak :)

    ReplyDelete
  27. Financial literacy itu memang penting banget mba, apalagi di jaman sekarang yang ekonomi makin berkembang dan godaan pun makin banyak yaaa

    ReplyDelete
  28. eventnya keren yah mbak. mau ah belajar lebih banyak sma mbak

    ReplyDelete
  29. Mbak Prita, saya pengen ketemu. saya punya bukunya soalnya. sudah habis dibaca dan sangat baik pemaparannya. saya menerapkan beberapa hal dari financial planner ini, salah satunya besaran dana darurat dan tabungan

    ReplyDelete
  30. Masih belum bisa disiplin dalam membagi jumlah alokasi dana, kebanyakan buat jajan :(((

    ReplyDelete
  31. Wah...pingin jadi ibu bijak juga. Etapi aku nggak pegang duit sendiri sih. Semua keuangan suamiku yg pegang dan atur. Aku nggak berani pegang duit krn takut boros. Harus belajar kayaknya ya

    ReplyDelete
  32. Aku belajar memegang keuangan keluarga udah 20 tahun lebih. Awalnya susah karena mesti nombok, tapi dari latihan dan gak mau terjebak hutang bikin aku harus bisa menolak belanja yg bukan keinginan pribadi. So far udah lama aman deh uang belanja, kebutuhan bulanan anak-anak, sedekah, tabungan, dan beli gamis, hihii

    ReplyDelete
  33. Save dulu ah info alokasi bulanannya. Mesti making pinter ngatur keuangan krn anak sdh 2 dan sbntr lagi si kakak masuk SD dan SPP sekolah incRannya lumayan hehe

    ReplyDelete
  34. Gaya hidup yang jadi momok kalau menurutku. Tapi kitanya yang jarang sadar.

    ReplyDelete
  35. Ga punya hutang konsumtif sih tapi kalau lihat promo tiket murah langsung khilaf hahahahah

    ReplyDelete
  36. Sepintar-pintarnya suami, tetap ua dibutuhkan istri yang cerdas mengelola keuangan rumah tangga supaya finansial keluarga terjaga dengan baik

    ReplyDelete
  37. Berutang boleh .Tapi yang produktif. Noted mba

    ReplyDelete
  38. Dana darurat ini yang masih agak susah 3x, tapi alhamdulillah bisa diusahakan. Bagaimanapun jg emang sebaiknya diitung2 di awal secara cermat, biar pas tengah bulan masih bisa nafas lega soal keuangan ini yaaa TFS

    ReplyDelete
  39. Wah makasih reviewnya mba. Jadi belajar juga mengelola keuangan keluarga. Berarti dana darurat itu dibedakan dari tabungan/investasi ya?

    ReplyDelete
  40. Pas banget nemu artikel ini ketika lagi pengen banget belajar kelola uang dengan baikkkk. Makasih Mba Leyla. Salam kenal

    ReplyDelete
  41. Ibu milenial harus banget bijak mengelola keuangan. Punya dana darurat juga wajib bgt ditengah semua ketidakpastian inih, hahah

    ReplyDelete
  42. Utang konsumtif yang kayaknya susah dihindari oleh ibu2 kita ini ya..padahal kalo berutang untuk usaha itu lebih berguna karena untuk mengembangkan usaha. Makasih sharingnya ya.

    ReplyDelete
  43. Mba Prita Ghozie kalau memberikan pemaparan memang mantep banget yaa, mba Leyla...
    Aku pernah ketemu bliau juga, lalu rasanya langsung ingin praktek di rumah.
    Sayang ilmu nya gak re-charge, hahhah...jadi sekarang menerapkan gaya hidup yang lama kembali.

    ReplyDelete
  44. Dana darurat dan tabungan itu beda ya mba? Aku mikirnya masih sama gitu. Uang darurat adalah uang yang ditabung

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beda. Tabungan untuk rencana masa depan, misal mau naik haji

      Delete
  45. Aku suka lupa nyisihin buat dana darurat nih -___-

    ReplyDelete
  46. Utang konsumtif paling bikin kocar-kacir keuangan keluarga. Sebisa mungkin memang harus dihindari ya. Mending berinvestasi untuk bisnis keluarga ya.

    ReplyDelete
  47. Makasih mbak sharingnya, saya nih yang masih kacau catetan keuangannya jadi belajar di sini

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah sih mbak, aku udah rada mirip rencana keuangan ke titik aman itu. Pengeluaran 50% dan hutangnya hutang produktif. Tapi kayaknya tetep harus punya penghasilan tambahan buat kebutuhan rekreasi dan hiburan

    ReplyDelete
  49. Saya juga oernsh mengalami ketika dsna sudah habis sebelum waktu nya mendapatkan dana kembali. Dana darurat sangat penting di anggarkan. Prinsip nya semua serba cukup sesuai dengan kebutuhan presentasinya. Lebih bagus lagi saving 30% dari penghasilan.

    ReplyDelete
  50. Terima kasih sharing nya mba.
    Aku jadi semangat membenahi keuangan di bisnis aku. Belajar jadi IbuBijak

    ReplyDelete
  51. Mbak, ngomongin tabungan,,ini yang kadang diabaikan besarannya. Nanti-nanti saja mikirnya
    Saya dan suami pernah dalam situasidimana tabungan bisa jadi penyelamatnya, akhirnya enggak kebingungan karena sudah disiapkan dananya Ahamdulillah
    Memang perencanaan keuangan yang baik akan menjadikan keuangan keluarga pun stabil ya
    Suka dengan ulasan lengkapnya Mbak..:)

    ReplyDelete
  52. Bermanfaat, terimakaish sharingnya, Teh..

    ReplyDelete
  53. Seorang ibu cerdas tentu bijak mengelola keuangan. Entah kenapa dan memang sudah jadi sunatullahnya perempuan yah bisa pandai kelola finansial

    ReplyDelete
  54. Hutang produktif jika dikelola dengan baik maka akan menghasilkan ya mba. Aku lagi belajar juga nih pengaturan keuangan keluarga mba

    ReplyDelete
  55. Zaman duly ada tukang kredit keliling. Utang bertambah terus sedangkan penghasilan dari istri tidak ada. Mendingan nabung dulu baru beli barang. Ibu bijak

    ReplyDelete
  56. Alhamdulillah belum pernah punya hutang untuk kebutuhan konsumtif. Saya sedang ada rencana untuk mulai usaha, tips mba Leyla sangat bermanfaat buat saya, terimakasih

    ReplyDelete
  57. Prita gozie nih kalau menyampaikan materinya enak ya. Mudah dicerna. Ade agak tersentil dengan dana darurat.. tergoda mulu utk dipakai. Xixixi

    ReplyDelete
  58. Tulisannya Mbak Keyla Hana ini lengkap banget. Saya jadi dapat ilmu banyak nih terkait pengelolaan keuangan keluarga. Sebagai istri yang suaminya juga freelance, perlu banget ilmu ini biar keuangan ga jebol dengan penghasilan kami berdua yang tak pasti

    ReplyDelete
  59. Alhamdulillah, seneng banget saya jg berkesempatan ikut acara yg bagus ini. Saya jadi lebih banyak belajar mengelola keuangan. Kalau masih baru, kayanya masih berasa berat ya mbak untuk konsisten kelola sebijak mungkin dgn dicatat,

    ReplyDelete
  60. Tugas besar banget nih utk makemak di kebanyakan rumah tangga, yang harus jd menteri keuangan di rumah. Harus pinter2 kelola keuangan demi kebahagiaan seluruh anggota keluarga.

    ReplyDelete
  61. Emak-emak emang harus jago atur keuangan ya, biar urusan rumah tangga sejaterah

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya.
Mohon gunakan kata-kata yang sopan dan santun yaaa.....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...